1. Some

18 1 0
                                    

Katanya pertemanan laki-laki dan perempuan itu palsu. Dapat dipastikan jika salah satu dari mereka menyimpan rasa. Tapi menurut gue itu cuman omong kosong, buktinya gue bersahabat empat tahun lamanya dengan dua perempuan dan dua laki-laki. Dalam persahabatan gue pun nggak ada tuh yang suka satu sama lain.

Sampai gue menyadari sebuah perasaan itu benar-benar nyata dan menganggap omongan 'katanya' ternyata benar-benar terbukti.

"Eh Frey, lo nggak pengin gitu ke Surabaya carnival park? Mumpung ada diskon 50 persen loh." tanya perempuan berkacamata kepada gue di saat kelas sedang tidak ada guru alias jam kosong.

"Ya ampun Adena, kita itu bakal ujian nasional enam bulan lagi. Ntar aja deh kalau ujian nasionalnya selesai." jawab gue yang sibuk menghitung angka-angka yang ada kumpulan buku soal.

"Ah, lo mah nggak seru!!" decak Adena lalu menghadap ke belakang.

Gue menghiraukan Adena yang berceloteh dengan dua laki-laki yang duduk di belakang bangku gue dan Adena. Tiba-tiba salah satu laki-laki tersebut berada di depan gue dengan tampang sok imutnya."Anjir, ngapain sih lo di sini? Bikin kaget aja." ujar gue memundurkan badan agar tidak terlalu dekat.

"Freya sayang, ikut hangout ya sama kita? Lo jangan pacaran mulu sama buku, kasihan otak lo ntar melepuh ngeliat rumus fisika terus." ujar laki-laki itu sambil menutup buku kumpulan soal gue.

Bukan, dia bukan pacar gue. Dia salah satu sahabat gue yang emang nyebelin abis. Gimana nggak nyebelin? Gara-gara dia hampir semua teman kelas, guru, bahkan ibu-ibu kantin ngira kalau gue pacaran sama dia.

"Aksa Ramadhan yang terhormat habis ini kita ujian nasional. Nggak ada lagi kata santai. Gue harus pergi ke bimbingan belajar habis pulang sekolah dan selesainya itu maghrib." ujar gue sambil memangku dagu gue dengan salah satu tangan dan menatap dia dengan sabar.

Aksa menatap gue dengan muka mikir keras mencari ide supaya gue mau ikut hangout. Tiba-tiba Anin salah satu sahabat gue yang tadinya ngobrol dengan Adena nyeletuk yang bikin gue pingin ngutuk dia jadi batu sekalian, "Yaudah sih Sa, jemput aja si Freya sekalian izinnin ke orang tuanya."

"Iya setuju, gue suntuk nih sama tugas sekolah. Apalagi habis ini kita sibuk ujian praktik." sambung Raka laki-laki yang duduk sebangku dengan Aksa. Si Aksa pun tersenyum lebar mendengar ide dari Anin sambil menatap gue melalui kacamata minnya.

"Oke!" ucap Aksa bersemangat.

Gue cuman menghela nafas mendengar ide dari sahabat-sahabat gue. Pada akhirnya gue pun menyesal ikut hangout dengan mereka.

Alasannya yaitu gue sedikit kebawa perasaan sama si Aksa.

Serius, gue ba-per.

Selama sahabatan, dia paling care sama gue waktu di Surabaya carnival park. Jadi kejadiannya itu gue muntah-muntah gara-gara naik wahana tornado. Dia ngejagain gue banget, bahkan dia nggak mau naik wahana tapi malah pengin nemenin gue.

Akhirnya gue kuat-kuatin buat naik bianglala karena gue ngerasa nggak enak sama si Aksa, dia ke sini bayar pakai duit tapi dianya cuman duduk-duduk doang tanpa nyobain wahana lain. Tapi sialnya si Aksa malah ngejahilin gue, tiba-tiba dia ngefoto wajah gue yang pucat pasi waktu kita naik bianglala, " Wajah lo imut juga ya kalau pucat gitu." ujarnya tanpa dosa melihat hasil potretnya.

Gue diem, kaget. Tapi gue merasa pipi gue panas gitu.

Gue yang tadinya nggak percaya tentang statement pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu pasti ada suatu rasa, namun di malam itu gue sedikit percaya kalau pertemanan laki-laki dan perempuan tidak selamanya tulus hanya berteman.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang