PART 2 - Na Jaemin

72 12 4
                                    


"WAH," Joohyun geleng-geleng kepala. Tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Menikah dengan Choi Minho katanya? Hari ini saja ia secara tidak langsung ditolak oleh anak laki-laki itu. Kebohongan ini benar-benar keterlaluan. "Aku sudah mulai percaya padamu sampai kau bilang kalau aku akan menikah dengan Choi Minho. Kau benar-benar orang gila, ya?"

"Aku tidak bohong!" Jaemin berkata dengan sungguh-sungguh tapi Joohyun meninggalkannya di belakang. Gadis itu mempercepat langkahnya menuju ke rumahnya yang tinggal beberapa meter lagi.

"Kalau kau mau memerasku, maaf aku tidak punya uang. Kau datang pada orang yang salah," kata Joohyun saat mereka berdua sampai di depan pintu gerbang rumahnya.

"Percayalah, bu aku-"

"Berhentilah memanggilku, ibu!" bentak Joohyun merasa kesabarannya habis mendengar dipanggil 'bu' berkali-kali. "Itu sungguh menyebalkan!"

Tanpa mendengarkan kata-kata anak laki-laki itu, Joohyun membanting pintu gerbangnya lalu menguncinya rapat-rapat. Apalagi kini anak itu sudah mengetahui alamat rumahnya. Ia takut kalau-kalau anak itu memang benar sedang berusaha untuk menipunya.

Joohyun masuk ke dalam rumah lalu merebahkan dirinya ke atas kasur. "Choi Minho menyebalkan!" umpatnya kesal.

Awalnya ia hanya ingin beristirahat sebentar tapi ternyata Joohyun jatuh tertidur. Ia baru terbangun saat merasa haus. Rumahnya masih gelap. Belum ada yang menyalakan lampu, itu artinya ia hanya di rumah seorang diri.

Joohyun melirik jam dinding. Pukul 10.00 WIB. Tidak biasanya ayahnya belum pulang padahal sudah selarut ini.

Ia lalu berjalan menuju ke arah kulkas saat ditemukannya sebuah notes yang tertempel di pintu kulkas. Pesan dari ayahnya.

Joohyun-a ayah mendadak harus melakukan perjalanan bisnis selama seminggu. Maafkan ayah karena tidak membangunkanmu. Di kulkas masih ada makanan yang bisa kau hangatkan.

PS: uang kebutuhan selama seminggu ada di laci meja ayah.

Joohyun kembali ke kamarnya. Ia bermaksud menutup tirai jendela kamarnya saat dilihatnya anak laki-laki yang tadi siang ditemuinya masih berada di sana. Joohyun kembali melongok ke bawah jendela kamarnya siapa tahu ia salah lihat.

Benar, anak itu masih ada di sana.

Joohyun buru-buru keluar rumah dan membuka gerbangnya. Jaemin langsung sumringah saat melihat Joohyun lagi.

"Kau bisa mati kedinginan!" Joohyun menatap Jaemin kesal. Hidung anak itu sudah merah dan tubuhnya mulai menggigil.

"Kau bawa apa saja di ranselmu? Tidak punya jaket?"

Jaemin menggeleng. Ia tahu Joohyun sedang khawatir padanya. Itu membuat senyum di wajahnya bertambah lebar.

"Ayo masuk," kata Joohyun akhirnya. Ia tidak tega melihat kondisi anak laki-laki itu. Toh, kalau memang anak laki-laki itu berbuat jahat padanya, ia harusnya sudah melakukannya sejak tadi.

"Kakek sedang pergi, kan?"

Joohyun tiba-tiba berhenti. Kakek yang dimaksud anak itu pasti ayahnya. "Darimana kau tahu?"

"Ibu pikir, kenapa aku memilih hari ini? Itu karena aku sudah tahu kalau hari ini kakek sedang melakukan perjalanan bisnis. Semua sudah terjadi di masa depan."

Joohyun tiba-tiba merinding. Apa benar anak laki-laki ini datang dari masa depan?

"Aku lapar," Jaemin memegangi perutnya. Ia memang belum makan apa-apa sejak datang tadi. "Buatkan aku omelet."

Son from the FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang