Joohyun memberikan tatapan membunuh pada Jaemin yang masih menungguinya di luar setalah ia berganti baju.
"Bu, ah, maksudku Joohyun-a, kau tahu kan ini bukan bagian dari rencana kita," kata Jaemin yang juga masih belum pikir kenapa justru malah Junmyeon yang menawarkan baju ganti pada Joohyun dan bukannya Minho.
"Semua tidak akan jadi begini kalau kau memberitahuku dari awal apa rencanamu," kata Joohyun yang masih melihat-lihat baju Junmyeon yang ternyata kebesaran di tubuhnya. Ia terpaksa menggulung lengan baju olahraga milik Junmyeon yang membuat tangannya tenggelam itu. "Yang ada di kepalamu hanya makan, makan, dan makan saja."
"Bagaimana?" tanya Minho yang tiba-tiba muncul. Junmyeon mengikutinya di belakang. Ia menatap Joohyun, atau mungkin lebih tepatnya baju olahraga yang kini dikenakan gadis itu.
"Ini lebih baik, daripada harus memakai baju berbau daging," Joohyun tertawa seolah itu bukan masalah besar, namun Jaemin tahu ibunya itu hanya berpura-pura saja. Joohyun pasti akan mengomel padanya setelah ini.
"Aku benar-benar minta maaf, Bae Joohyun," kata Minho dengan wajah menyesal.
Tolong seseorang siapkan tisu karena Joohyun sekarang merasa ingin menangis. Ia tidak tahu kalau Minho tahu namanya. Maksudnya murid populer seperti Minho bisa tahu nama lengkapnya bukankah itu adalah hal yang mengharukan?
"Tidak apa-apa, kau kan tidak sengaja," kata Joohyun.
"Tapi aku rasa tadi ada seseorang yang menjegal kakiku," kata Minho lalu melirik Jaemin. Jaemin sendiri sudah membuang mukanya. Menghindari tatapan curiga dari Minho.
"Lalu ini?" tanya Joohyun, kini menatap Junmyeon.
"Kau bisa mengembalikannya kapan pun, toh anak ini tidak suka pelajaran olahraga," kata Minho menimpali.
"Aku akan mengembalikannya setelah mencucinya," kata Joohyun pada Junmyeon. Yang diajak bicara hanya mengangkat bahu lalu pergi lebih dulu.
"Sekali lagi aku minta maaf, Bae Joohyun. Dan, sampai ketemu di kelas," pamit Minho sambil menepuk bahu Joohyun.
Joohyun mengelus-elus bekas tepukan Minho dengan wajah berseri-seri.
"Wah, apa Kim Junmyeon selalu sedingin itu?" tanya Jaemin menatap punggung dua orang itu.
"Kau tahu namanya?"
"Ha?"
"Kim Junmyeon itu. Kau tahu dia?" ulang Joohyun ikut menatap punggung Minho. Ia ingin sekali tidak mencuci baju Junmyeon karena itu artinya jejak tepukan Minho di bahunya akan hilang. Tapi, ia tadi sudah berjanji akan mencucinya lebih dulu sebelum mengembalikannya. Membuatnya mendadak dilema.
"Dia kan sahabat Choi Minho. Bagaimana mungkin aku tidak tahu?"
"Mereka masih bersahabat? Di masa depan juga?" Joohyun takjub mendengar fakta itu.
Jaemin mengangguk. "Bu, kita memang sepertinya harus membicarakan rencana ibu agar bisa dekat dengan Minho agar tidak terjadi hal seperti ini lagi," kata Jaemin.
"Aku kan tadi sudah bilang begitu," Joohyun mulai kesal.
Jaemin nyengir bersalah, "kemari," ucapnya menyuruh Joohyun mendekatkan telinganya. Ia lalu membisikkan sesuatu di telinga Joohyun sementara Joohyun mengangguk-angguk mendengarkan rencana Jaemin selanjutnya.
"Apa itu tidak terlalu berbahaya? Minho bisa saja terluka," protes Joohyun setelah mendengarkan rencana itu.
"Minho punya tubuh yang atletis, bu," kata Jaemin mengingatkan.
"Umm... baiklah," ucap Joohyun akhirnya meski sebenarnya ia masih ragu-ragu.
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Son from the Future
FantasíaJoohyun tidak pernah menyukai anak laki-laki sebesar ia menyukai Choi Minho. Oh, siapa yang tidak akan menyukai anak laki-laki yang tampan, ramah, dan jago olahraga itu? Namun, harapannya mendadak hilang saat ia melihat Minho ditembak oleh Jina, the...