TWO

2.1K 100 19
                                    

Robert menggeram marah. Cukup, dia sudah tidak tahan dengan tingkah anak nya, sesekali putri nya harus di beri hukuman. Robert berjalan mendekat, tangan nya terangkat lalu mengayunkan nya dengan keras pada wajah cantik Clara.

Clara tertampar ke samping. Tangan nya meraih pipi nya yang memanas, Clara diam sebentar sebelum akhirnya tertawa renyah. Perlahan, Clara menatap manik kecoklatan ayah.

Robert menahan nafas nya yang memburu karena emosi. Namun sedetik kemudian, kening nya berkerut karena tamparan keras nya tidak membuat putri nya menangis.

"Ke-kenapa kau tidak menangis?"

Clara tersenyum miring, "Hati ku sudah mati."

Robert terdiam, namun kemudian ia menyesali perbuatan nya. "S-sayang, maafkan Daddy--"

Clara berdiri dan berjalan mendekat ke arah ayah nya. Clara mendongak menatap ayah nya yang lebih tinggi satu kepala dari nya. "Tampar lagi."

Robert mengerutkan kening nya menjauh, kekesalan yang tak terkendalikan berakhir dengan penyesalan. Begitulah kondisi Robert sekarang ini.

"Tampar aku hingga aku semakin membenci mu, Dad. Ayo lakukan."

Demi apapun. Robert frustasi. Dia tidak bisa mengendalikan fikiran nya dan kalimat apapun yang keluar dari gadis ini tidak akan pernah bisa membantu.

Robert menggeleng pelan, "Clara. Berhenti buat masalah. Aku akan pergi bekerja." Robert mengambil Jas hitam yang menggelantung di kursi nya dan berjalan pergi. Namun saat hendak mendorong pintu, ia berhenti lalu berbalik. "Aku akan mengijinkan mu tidak sekolah hari ini."

Clara mengeraskan rahang nya. Air mata nya mulai merebak dan meluncur bebas. Tangan nya terkepal kuat hingga akhirnya ia lampiaskan dengan menabrak kuat tangan yang terkepal kuat tadi ke dinding hingga beberapa bercak darah menetes dari tangan nya.

"Damn it!"

*******

Robert kembali ke rumah nya. Ia lembur lagi, kali ini dia ingin menghindari Clara untuk sementara waktu. Perselisihan nya dengan putri semata wayang nya itu memang tidak akan pernah usai.

Robert berjalan menaiki tangga dan saat melewati pintu kamar nya, ia berhenti. Manik coklat nya menatap dalam pintu berwarna hijau tosca itu. Robert menghela nafas, perlahan ia dorong pintu.

"Clara?" Hal yang pertama kali ia lihat adalah, gelap. "Honey? Kau sudah tidur?"

Robert mengerutkan kening nya saat tidak ada jawaban yang menyahut. Robert menghidupkan saklar lampu nya. Seketika mata coklat nya membulat kaget. Apalagi saat ia melihat tangan gadis itu yang terlilit perban.

"Sayang!" Robert berlari mendekat. "K-kau kenapa?! Apa ada orang yang menganggu mu? Gosh! Apa orang ku tidak sanggup menjaga mu?!" Robert membelai wajah cantik Clara.

Clara hanya diam seperti patung hidup. Tidak ada semangat dalam hidup nya. Entah kemana semua kebandalan dan fikiran aneh nya. Yang Robert lihat kali ini hanya lah, seorang gadis yang kehilangan alasan hidup nya.

Robert membingkai wajah indah yang kini berantakan dengan mata sembab dan hidung memerah. Bahkan saking keseringan menangis, Robert dapat melihat bekas sungai kecil di sana.

Clara perlahan menoleh, tidak ada semangat hidup di balik mata hitam nya. "Who. Are. You?"

Robert mengerutkan kening nya merasa heran. "Wh-what you mean?"

Clara tersenyum miris. Ia memperhatikan tangan di depan wajah nya. Robert yang masih terheran ikut menoleh ke arah tatapan gadis ini. Namun setelah nya, Robert melebarkan mata nya kaget.

"Damn, What are you doing Clara Downey?!"

Robert bingung harus berbuat apa di saat anak nya membuat garis-garis samar di tangan nya sendiri. Robert berdiri lalu mengacak rambut nya kasar. Ia frustasi sekarang. Dia tidak harus bagaimana.

Clara tertawa renyah, "Sebenarnya kau siapa? Dan aku," Clara berhenti sejenak. "Bagaimana bisa aku ada di sini bersama orang yang tak ku kenal."

Robert berhenti lalu menatap gadis itu sambil berkacak pinggang. "Apa masalah mu, Clara? Aku ayah mu, ingat?"

Clara kembali tertawa. "Ayah? Ayah kau bilang?" Kini seketika tatapan nya berubah tajam. "Kau bukan ayahku, Mr. Downey! Kau bukan ayah ku?!"

Robert terpatung. Tubuh nya gemetar. Ia menelan ludah nya dengan susah payah saat gadis ini mengeraskan suara nya.

"C-clara,"

"Apa? Hem? Apa?!" Clara kini menatap nya nanar. "Kau menyembunyikan ini selama 18 tahun aku hidup! Pantas saja kau tidak pernah peduli pada ku bahkan membiarkan ku begitu saja! Lebih baik kau mengatakan nya sejak awal agar aku tidak berfikir untuk bunuh diri karena ayahku yang tidak perduli!"

Mata Robert memerah, entah dia menangis atau apapun. Yang jelas mata nya berair. Perlahan, tubuh Robert mundur hingga punggungnya menyentuh dinding.

"D-d-dari mana k-kau ta-tahu ma-maksudku--"

"Dokumen itu." Potong Clara cepat. "Dokumen yang kau sembunyikan paling bawah lemari mu. Sial, harus nya aku membuka nya dari dulu." Gadis itu menenggelamkan kepala nya di antara lipatan tangan dan kaki nya.

Robert menarik nafas sejenak, ia menatap gadis itu lama, lama sekali. Kemudian berjalan keluar, menutup pintu dan mengunci nya. Lalu berjalan menuju kamar menghiraukan teriakan-teriakan Clara dari dalam kamar.

Ia membuka lemari nya, mengambil map berwarna merah lalu mengkoyak nya hingga itu menjadi berserakan di lantai. Robert memanggil pelayan nya dengan wajah yang tidak bersahabat sama sekali.

"Kumpulkan kertas-kertas dan bakar semua nya!"

TBC

HAIIII AKU KAMBEK MANTEMAN.

ADA YANG RINDUIN AKU TYDACK?!

AKHIRNYA BISA APDED WALAU TIDAK SEPERTI HARAPAN KAYLEAN YA. AKU NULIS INI PAS NUNGGU BIMBEL ANJIR WKWK

SEE YOU.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DADDY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang