(Based on true story)
Desa Harumsari geger. Pasalnya Utami, janda kembang didesa itu telah melahirkan seorang anak tadi malam. Sedang warga tahu bahwa Utami sudah lama menjanda dan belum ada kabar bahwa ia menikah lagi. Nah malam tadi ibunya memanggil dukun beranak untuk meminta pertolongan proses persalinan Utami. Warga sontak kaget dan timbul desas desus yang terus melaju dengan cepat.
"Jeng..jeng..udah dengar belum si Bunga Raflesia(Dengki mode: On) melahirkan malam tadi? Tanya seorang perempuan disebuah toilet umum
"Haaah,masa sih....(Dramatisir, padahal sudah tahu)" jawab seseorang
"Iya lho, katanya juga begitu. Tau ga kalau melahirkannya sambil terbang!" Timpal seorang lagi
"O em jii, wow" Bersahut-sahutan suara ibu-ibu menanggapi
"Trus..trus...."Bukan hanya kelahirannya yang mengundang gunjingan warga, tapi anak yang keluar dari perut Utami lebih membuat orang-orang kampung geger dan ketakutan. Konon bayinya berbulu lebat dan berwarna hijau. Matanya hitam pekat tanpa alis tanpa bulu mata. Kepalanya lonjong seperti buah melinjo, gigi taring keluar dari bibirnya yang mungil. Mbok Ipah, sang dukun beranak dikabarkan langsung sakit begitu selesai persalinan. Ramai kabar menyebutkan kalau Mbok Ipah masih gemetaran hingga pagi ini, badannya panas dingin dan terus mengigau sepanjang malam. Padahal Mbok Ipah dikenal sakti mandraguna, pengalamannya menolong orang melahirkan sudah lebih dari 30 tahun. Sebagai eksekutor ulung ilmu dan wibawanya sudah diakui hingga kekampung sebelah, dan hari ini warga harus menerima kenyaataan kalo si Mbok 'takluk' ditangan Utami.
Keresahan ini terus menjalar kekamar-kamar tidur, kesawah, kepasar, ke pos kamling sampai ke anak-anak sekolah yang mulai rewel minta diantar pulang dan pergi. Disela-sela rehat ditepian sawah bapak-bapak menyeruput kopinya dengan agak marah. Siapa yang berani menyentuh Utami sikembang desa? Kenapa harus orang lain? Kenapa sampai kecolongan hingga bukan bapak-bapak atau pemuda desa sendiri yang mengambil hati Utami? Wah ternyata....!
Dikamar tidur para istri menginterogasi suaminya masing-masing apakah pernah bertemu Utami atau tidak. Pertanyaan cerdas ibu-ibu kalau menyelidiki suami, tidak to the point tapi dipancing dulu. Kalau termakan umpan selesai sudah.
Sementara itu Pak Sugik selaku kepala dusun Harumsari mendapat tekanan kuat dari istrinya dan penduduk kampung untuk segera menyelesaikan masalah ini. Maka dengan ditemani beberapa orang tetua Pak Sugik pergi kerumah Utami.
"Assalamualaikum" pak Sugik mengucap salam sambil mengetuk pintu
"Waalaikumsalaam..." seorang perempuan tua membukakan pintu, "Mari masuk"
Pak Sugik segera masuk dan duduk diikuti para tetua.
"Saya sudah tahu maksud kedatangan Pak Sugik dan bapak sekalian kemari" kata Bu Inah, "Tak usah bertanya, akan saya ceritakan keadaan yang sebenarnya, semuanya"
Dan Bu Inah mulai bercerita,'Seminggu yang lalu sebenarnya Suripto, suami Utami pulang. Setelah bertahun tahun tak ada kabar berita tiba tiba ia muncul dirumah, ditengah malam hari Kamis atau malam Jumat tanggal tiga belas. Sebagai mertua tentu senang karena akhirnya suami anak saya pulang walaupun merasa sedikit aneh dan jengkel. Kok bisa-bisanya menghilang tanpa kabar terus muncul begitu saja. Tapi ya sudah saya juga ga banyak bertanya, ia langsung masuk kamar Utami. Wajah dan kulitnya pucat seperti tak punya darah, jalannya jinjit seperti takut terinjak sesuatu. Badannya bau anyir, tapi saya ndak mikir macam-macam mungkin karena ia belum mandi atau habis dari perjalanan jauh. Malam itu saya mendengar suara agak berisik dikamar Utami tapi saya maklum, mungkin karena mereka lama ndak ketemu.
Keesokan harinya Utami cerita kalau suaminya sudah pergi lagi sebelum azan subuh, katanya ada urusan penting dan nanti akan kembali lagi. Oalah, pergi tahunan pulang hanya hitungan jam!! Ga bisa dimengerti.
Nah siangnya Utami mengeluh sakit perut kaya orang kembung. Utami minta perutnya digosok minyak kayu putih tapi ga mempan, dan makin siang perutnya makin besar. Dihari ketiga sejak suaminya pulang didalam perutnya ada yang menendang nendang dan memang perutnya semakin membesar mirip orang hamil 6 bulan.
Sampai akhirnya kemarin lusa Utami mules hebat dan saya panggilkan Mbok Ipah. Dan itulah, ternyata Utami melahirkan, trus bapak-bapak juga sudah dengar bayinya sangat aneh.....Lha cuma seminggu sudah keluar'Bu Inah menangis seunggukan
'Saya ndak tahu harus berbuat apa Paak...Suripto suami Utami juga ga muncul-muncul. Saya malu sama warga desa. Malu karena hamilnya Utami ndak ketahuan, malu karena suaminya ndak ada, malu karena bayinya mirip...mirip...' tangis Bu Ipah makin menjadi.
--
Keesokan hari diwarung kopi 'Tante Cihuy' sang kepala dusun, Pak Sugik sedang duduk bersama warga yang lain. Secara tak resmi mereka membahas dan berbagi fikir untuk menolong Utami. Macam-macam usulan mereka, ada yang bersedia mengawini, ada yang usul agar dilaporkan kepolisi karena sudah meresahkan warga, ada yang berpendapat agar bayinya dibawa ke Rumah sakit kota untuk diperiksa dan ada pula yang mengusulkan agar Utami dan bayinya diusir dari desa.
Ditengah dialog Pak Sugik mengambil nasi rames berbungkus koran, tertera disitu koran keluaran Februari 2019, koran enam bulan lalu. Sambil membuka nasi bungkus Pak Sugik membaca-baca berita diselembar koran itu, 'Kolom Kriminal', tertulis judul berita besar-besar "Tersambar truk tronton, Kepala Suripto Pecah". Berdegub dada Pak Sugik, ia melanjutkan membaca isi berita : 'Malang betul nasib Suripto, yang diketahui dari KTPnya sebagai warga dusun Harumsari, Kab. Semerbak harus tewas seketika karena motornya diseruduk tronton yang hilang kendali karena rem blong. Sampai berita ini turun cetak tidak ada keluarga yang datang untuk mengambil jenazahnya"
Note : Based on True Story berbeda dengan True Story. Perbedaannya adalah Based on True Story diinspirasi oleh kejadian nyata tapi lokasi, nama dan alur cerita bisa berubah sesuai dengan imajinasi penulis. Sedang True Story adalah kejadian nyata dimana nama, lokasi dan alur cerita sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.