It's Not End, But It's And

34 3 2
                                    

Well..

Kemarin,
Bisa dibilang hari yang cukup menguras emosi
Baik lahir maupun batin

Oke,
Sebelumnya izinkan aku perkenalkan kepada kalian "3 idiots" yang aku punya

Hana, Si Boyish kelahiran bulan Mei yang usil,manis, dan pantang menyerah.

Ian, Lelaki kelahiran bulan April yang penuh kreatifitas,ambisi dan lumayan keras kepala.

Dan terakhir

Dewi, Si cerewet yang pengertian dan juga menggemaskan.
Ya,gadis kelahiran bulan Juli ini yang paling lama mengenalku.

Merekalah yang menjadi saksi kehidupan masa sekolahku, bahkan sampai saat ini dan tentu saja untuk ke depannya

Jika dilihat sekilas, mereka banyak menampakkan hal-hal positif, menyenangkan, mudah akrab dan sangat aktif

Sedangkan aku?
Yah,menikmati kebersamaan dengan mereka bagiku sudah lebih dari cukup.

Aku lebih banyak menyaksikan,mendengar dan menanggapi.
Dan untungnya aku menikmati ke-3 hal tersebut.

Begitu banyak perbedaan.

Tapi kenapa aku nyaman?

Tak jarang aku mempertanyakan diriku sendiri

"Kenapa harus aku?"

"Banyak sekali teman dekatmu yang lebih menyenangkan dengan paras yang menawan, Kenapa masih menjadikanku rumah?"

Bukankah berteman dengan mereka akan membuat reputasimu lebih baik lagi?

"Kenapa masih bertahan sampai sekarang?"

Aku ini hanya manusia membosankan yang banyak cemasnya.

Aku rasa cukup perkenalannya,
Kembali pada persoalan semalam.

Mendengar kabar Hana yang baru saja lolos masuk perguruan tinggi negeri membuatku senang bukan kepalang

Sampai ketika Ian mengatakan
"Gue, campur aduk."

Di situ aku tersadar
Pedihnya rasa ditinggal akan kembali kurasakan
Memikirkan kata jarak kembali membuatku traumatis.

"Masih bisa ketemu kan ya?"

"Dia sendirian,kalau ada apa-apa di sana gimana?"

"Kalau aku butuh kamu,aku harus gimana?"

"Bagaimana kalau aku yang kenapa-kenapa di sini? Apa kamu akan tahu?"

Berada di satu kota yang sama saja sudah sulit bertemu, bagaimana jika berbeda pulau?

Kalau boleh jujur
Hati ini tidak rela
Tapi fakta bahwa ia akan menjemput impiannya membuatku bahagia di sisi lain

Segala percekcokan kita lewati hari itu
Yang tak perlu lagi dibahas masalahnya
Yang terpenting
Aku bisa melihat kalian lagi
Tidak peduli lama atau sebentar

Lucu sekali,
Rasa kesal dan jengkel yang ingin kutumpahkan sedari tadi,

Hilang seketika.

Karena aku tahu,
Setelah malam itu,
Butuh waktu yang lama untuk kita bertemu kembali
Akan sangat disayangkan bila ego terus menguasai.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam
Tandanya aku harus pulang
Yang artinya pertarunganku melawan rindu akan segera dimulai.

Aku memesan ojek untuk pulang
Tak lupa juga pamitan dengan ayah dan ibu Hana

Sepanjang perjalanan pulang aku hanya bisa mereka ulang semua kejadian hari ini,
Sampai akhirnya terdengar suara isakan menyadarkanku,
Segera kucari siapa pelakunya

Bodohnya aku,
Ternyata diriku sendiri pelakunya.

Aku sudah tidak peduli bagaimana rupaku saat itu
Yang kuinginkan adalah kembali dan melihat wajahnya sekali lagi

Tak sampai di situ
Setibanya di rumah
Aku bergegas rapih-rapih dan menon-aktifkan ponselku untuk segera ku isi ulang

Selesai beberes
Alangkah terkejutnya aku melihat banyak pesan di dalamnya

[7/14, 10:26 PM] Dewi: syaf sampe gaaa
[7/14, 10:26 PM] Dewi: syafa dimanaaa
[7/14, 10:26 PM] Dewi: syafa belom sampee?
[7/14, 10:27 PM] Dewi: Gue kehilangan diaa
[7/14, 10:27 PM] Dewi: Pas mau ngikutin, dianya gatau kemana
[7/14, 10:31 PM] Dewi: Eh kok syafa ga deliv??
[7/14, 10:31 PM] Ian: Sabar
[7/14, 10:32 PM] Dewi: Takutt
[7/14, 10:32 PM] Dewi: Biasanya kan dia delivvv
[7/14, 10:32 PM] Dewi: Yg punya pulsa tlp in dongg
[7/14, 10:31 PM] Dewi: syaf
[7/14, 10:31 PM] Dewi: Dimana u
[7/14, 10:33 PM] Dewi: Wei
[7/14, 10:33 PM] Dewi: P
[7/14, 10:33 PM] Dewi: P
[7/14, 10:33 PM] Dewi: P
[7/14, 10:33 PM] Dewi: P

Bukannya menjawab
Aku malah menangis hahah
Kenapa bisa secemas itu?
Padahal dia baru saja tertimpa musibah

Ya, saat kita bersama tadi
Tak ada angin tak ada hujan
Kabar duka menimpanya
Sebelum akhirnya kita bergegas pulang.

Bagaimana bisa ia mengkhawatirkanku di saat kondisinya seperti itu?
Terbuat dari apa hatinya itu?

Hah..
Wi,
Apa yang harus kulakukan agar pantas untukmu?

Oke,ini mungkin terdengar menggelikan
Tapi aku tidak mengerti alasan Tuhan mengirim dia dari sekian banyak orang untuk menemaniku.

Sekarang,
Saatnya mengambil napas dalam,
Perjalanan baruku akan segera dimulai.

Kini mulai nampak jelas
Kertas yang usang
Mulai tergantikan dengan yang baru
Kertas yang mudah sobek
Kini sudah mulai terlatih
Entah kerikil atau batu mana lagi yang akan menerjangku
Tetapi sekarang
Aku sudah memiliki tameng
Pelajaran terdahulu membuatku lebih kuat
Dan berusaha bersikap lebih dewasa dalam menanggapi suatu hal

Oh iya,
Tak lupa,
Ada pesan yang mulai sekarang akan selalu aku ingat.

"Semoga empat sekawannya sampai tua ya." - Ayah dari Hana

"It's not an END. It's an AND. AND we will meet again." - Dewi

Rahasia PublikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang