Surat Nikah

24 2 1
                                    

Hanya Minggu pagi biasa bersama ibu
Mencuci pakaian kotor,
Lalu menjemurnya,
Mencuci lagi,
Kemudian menjemur,
Semuanya terlihat normal.

Sampai seketika

"Dek,kakak mau nikah tuh."

Aku tidak terlalu terkejut
Karena ia sudah mengiming-imingkan itu sejak lama

"Kapan?"

"1 September."

Oh..
masih lama (batinku)

"Katanya biar tanggalnya bagus, satu...sembilan...dua ribu sembilan belas."

...

...

Ada hening yang cukup lama

"September..?2019...?"

"September?"

"2019?!"

Maksudnya 1 bulan dari sekarang?!

Mimpi apa aku kemarin?

Semuanya terasa lucu

Ada rasa tidak percaya sesaat

Tetapi semuanya terbantahkan

Sampai ketika ayah berkata

"Coba di gedung xxxxx aja..yang dekat kolam renang. Disitu suka disewain buat pesta nikah."

Ah...
Jadi sudah waktunya ya?

~●~


Kak..
Ingat gak?

Engsel pintu kamar 3 kali rusak akibat ulah kita
Rasanya dulu kalau kesal, banting-bantingan pintu adalah jalan keluar yang paling tepat
Setelah dipikir-pikir untuk ukuran anak SD
Kita cukup kuat ya haha
Ayah sangat geram sampai akhirnya mengancam tidak membuatkan pintu kamar lagi untuk kita

Dulu,
Keinginan terbesarku adalah punya kamar sendiri
Dengan kasur yang tidak bertingkat
Jadi semuanya
Menjadi kepunyaanku
Dan nampaknya kamu juga berharap demikian

Sampai akhirnya ayah mengabulkan itu semua
Ruang khusus tamu disulapnya menjadi kamar baru yang terlihat nyaman
Dan itu menjadi kamarmu

Hari pertama tidur sendiri..
Aku senang,semuanya terasa lega dan luas

Hari kedua...
Masih sama seperti biasa

Hari ketiga...
Menonton tv sendiri rasanya membosankan

Hari keempat...
Aku hendak bertamu ke kamarmu,hanya sekedar mengusir bosan,lalu kembali ke kamarku sendiri

Hari kelima...
Aku tidak bisa tidur,aku takut.

Hari keenam...



Tok...Tok...Tok...

"Kak...adek tidur sama kakak ya,boleh ga?"

Ia terkekeh

"Iya, sini."

Keesokan harinya aku terbangun
Hangat, nyaman, menenangkan

Semalaman ia memelukku

Dari situ aku tahu
Aku hanya tidak bisa jauh-jauh darinya
Semarah apapun, sekesal apapun
Tidak melihat wajahnya sehari
Rasanya ada yang salah

Kita tumbuh semakin besar
Semakin dewasa
Tidak ada lagi drama 'rebutan kamar mandi'
Tidak ada lagi main 'polisi-polisian keliling komplek'

Karena sekarang
Bukan saatnya untuk bermain
Dan saat-saat seperti ini yang membuatku tidak ingin menjadi orang dewasa

Rasanya ingin balik lagi
Menjadi anak kecil polos
Tanpa memikirkan apapun
Hanya main, main, dan bertengkar
Hehe.

Banyak yang bertanya-tanya
"Kenapa kalian sangat akur?apa ga pernah bertengkar sebelumnya?"

"Kalian kakak-beradik keinginan semua orang, aku iri pada kalian."

"Coba dong berantem,mau liat kaya gimana."

Bukannya tidak pernah,
Masa-masa itu sudah kita lewati,
Semakin bertambah usia,
Rasanya sama-sama mengalah menjadi pilihan kita dalam menyelesaikan masalah
Daripada beradu argumen
Kami lebih memilih diam dan mengintrospeksi diri masing-masing
Semenjak itu
Kata maaf menjadi mudah untuk diungkapkan

Kak,
Rasanya baru kemarin
Kamu mengantarku sampai ke depan kelas di sekolah dasar

Dan besok,
Aku akan mengantarmu ke pak RT dan pak RW
Untuk mengurus surat nikah tentunya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia PublikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang