#4. KENALAN BARU

60 15 0
                                    

🐨🐰🐱🦄🐣🐑🐯

Kelas pagi Biru selesai tepat pukul sepuluh.

Tiba-tiba ponsel Biru berbunyi.

RanBantet
Kalau udah selesai jamnya Tungguin aku depan lorong dua, di lantai dua.

Universitas Garuda terdiri dari 10 gedung.
Beberapa gedung saling terhubung, Kecuali kantor Direktorat, Fakultas Kedokteran. Ada lorong kecil penghubung di lantai dua dan tiga belas masing-masing gedung. Lorong menyerupai jembatan berdinding kaca transparan

Melihat itu, Biru dengan santai berjalan menuju lorong dua. Sepi. Terlihat jarang dilewati. Mahasiswa memang lebih banyak melewati lorong di lantai tiga belas, karena semua kegiatan berpusat di sana.

Biru melewati beberapa kelas. Beberapa langkah lagi Biru sampai lorong dua, sampai akhirnya ia menghentikan langkahnya. Matanya tertuju pada pintu sedikit terbuka, dari ruangan yang sekilas terlihat jarang terpakai.

Senja duduk di sana. Di atas sofa panjang bersandar pada tembok dengan sekotak perlengkapan P3K di sampingnya. Berusaha menggati perban. Biru Ingin beranjak. Suara ringisan keras dari dalam menahan langkahnya. Bingung.

Dengan refleks Biru mengetuk pintu. Biru memang sosok dingin, namun bukan berarti tak memiliki rasa iba. Senja terlihat kaget dan seketika menghentikan aktifitasnya. Biru berdiri dengan wajah tanpa dosa di ambang pintu.

"Mau dibantu?" tanya Biru ragu.

Senja mengangkat kepalanya, mengangkat sebelah alisnya, lalu kembali tertunduk.

Biru mendapatkan penolakan. Pergi adalah langkah terbaik.

"Heem, iya."

Seketika Biru berhenti. Memandang heran beberapa detik, lalu perlahan berjalan menuju Senja.

Biru melepas kembali semua baluran perban yang dililitkan berantakan. Senja hanya diam menyadarkan kepala ke sofa. Terlihat kelelahan. Biru memicingkan mata melihat luka-luka di Lengan dan buku-buku tangan putih pucat itu. Dengan telaten Biru memberikan obat merah. Sesekali ringisan keluar dari mulutnya. Lalu menutupnya kembali dengan perban. Walau bukan ahli, Biru sedikit tahu karena pernah diajarkan abangnya tentang pertolongan pertama.

Setelah selesai Biru mengemasi semua perlengkapan P3K itu dalam kotak tanpa bersuara sedikitpun. Karena Senja sudah terlelap di balik topinya. Biru Bangkit berdiri perlahan-lahan meninggalkan Senja bersenang-senang dengan alam mimpi. Berjalan keluar dan menutup pintu.

Di dekat ruangan kosong itu juga ada kursi tunggu panjang berdekatan lorong. Biru menghempaskan tubuhnya ke sana. Biru masih mengingat jelas luka yang ia lihat tadi.

"Lengannya penuh Lebam. Luka. Kenapa lagi, yah?" batin Biru

seketika Biru menepis pikirannya. "Bukan urusan akulah."

Biru kembali menunggu Kiran selesai jam kuliah. Mulai bosan Biru mengeluarkan ponselnya. Iseng Biru membuka dunia bacaanya. Melihat judul-judul baru, belum ada yang menarik perhatiannya. Biru kembali membaca cerita yang kemarin.

Biru menerawang kembali ke masa itu.

"hayolooh ... ngapain?" Suara membahana Kiran tiba-tiba mengagetkan Biru.

"Astaga Bantet. Untung nggak jantungan. Kayak hantu perasaan," kesal Biru

"Hantu nggak mungkin seimut ini." Kiran memasang wajah imut yang dibuat-buat.

"Eeeh,"

Kiran terkekeh.

"Kantin, yuk. Laper. Perut sama otak lagi butuh nutrisi nih," ajak Kiran

BAYANGAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang