Budayakan vote sebelum membaca:))
Terdengar suara sepatu high heels yang lama kelamaan semakin kuat seperti akan menuju ke salah satu kelas. Membuat semua seluruh murid di kelas itu cepat-cepat untuk di bangku masing-masing.
“Assalamualaikum.” Bu Indri mengucapkan salam saat memasuki kelas 12 IPA 1.
“Wa’alaikum salam.” Semua murid menjawab salam Bu Indri.
“Apa kabarnya semua?”
“Baik Bu.”
“Ok, baiklah sekarang Ibu akan mengabsen kalian terlebih dahulu,” ujar Bu Indri.
“Adinda Nur Zahra.”
“Saya Bu.”
“Aji Pratama.”
“Saya Bu.”
“Amrullah.”
“Hadirrrr.”
“Arsyi Al Ki-“
“Assalamualaikum,” ucap seorang murid yang baru saja tiba di kelas itu. Semua murid yang berada di kelas itu pun kaget. Tak menyangka bahwa Kiran akan terlambat hari ini.
“Kenapa kamu terlambat Kiran?!” tanya Bu Indri tegas.
“Maaf Bu, tadi di jalan ga ada angkot.”
“Makanya bangun tidur itu pagi-pagi! Supaya ada angkot! Gitu aja ga bisa.” tegur Bu Indri.
“Maaf bu...”
“Kali ini Ibu maafkan. Tapi, jika kamu mengulanginya maka Ibu akan menghukumu,” cetus Bu Indri.
“Baik Bu.” Karin pun langsung menuju ke bangkunya. Bu Indri pun mengabsennya lagi, “Arsyi Al Kiran.”
“Saya Bu.” Hufft untung gue hari ini ga kena sembur sama ocehan Bu Indri, Batin Kiran.
Bu Indri kembali mengabsen semua murid. Lalu, ia mulai mengajar seperti biasa. Tak ada yang berani berbicara sedikit pun ketika Bu Indri mengajar. Bila ada yang berbicara maka ia tak segan-segan mengeluarkan murid tersebut.
Bel istrahat pun berbunyi. Semua murid pada berhamburan keluar kelas mereka terkecuali kelasnya Kiran. Mereka semua belum berani keluar jika Bu Indri sendiri tidak menyuruh mereka untuk keluar kelas dan istirahat.
“Ya, baiklah, kita akhiri pelajaran hari ini dengan mengucapkan lafaz hamdalah.”
“Alhamdulillah hirabbilalamin,” jawab semua murid.
Saat Bu Indri sudah keluar kelas barulah mereka keluar kelas.
“Hufttt.. Akhirnya sudah juga pelajaran tuh guru.” Aji merasa lega dengan berakhirnya pelajaran Bu Indri.
“Iya nih, Oh iya, Ran, tadi kenapa lo bisa telat?” tanya Zahra, teman sebangku Kiran.
“Gue ga telat kok. Cuma ibu itu aja yang kecepatan masuknya,” jawab Kiran sambil menghadapkan bangkunya ke belakang.
“Ya, tapi kan–“
“Ji, gue ga telat sama sekali.” Kiran memotong omongan Aji yang duduk di belakangnya, “Coba lo hitung ya. Setiap hari Senin kita apel 10 menit sebelum pelajaran dimulai. Dan gue ga ikut apel tapi, gue dateng tepat jam 06.58 pas masuk kelas seperempat dari nama gue lagi disebut lalu gue yang selangkah lagi masuk kelas langsung ngucap salam dan itu sudah jam 7 pas. Berarti gue sama sekali ga telat dong. Tapi, tepat waktu.” Kiran menjelaskan panjang lebar supaya Aji mengerti. Sedangkan, Aji hanya mengangguk entah itu mengerti atau tidak. Yang terpenting Kiran diam.
“Kalian ga ke kantin?” tanya Aji sambil menatap Zahra dan Kiran sekaligus ia mencoba mengganti topik pembicaraan.
“Kita nitip aja ya, gapapa kan? Hehe.” Kiran tersenyum dan memasang ekspresi mata berkaca kaca. Mendadak raut wajah Aji menjadi datar, “Yaudah, kalian mau makan apa?”
“Yang kayak biasa aja deh, Ji.” Zahra langsung menjawab.
“Oke.” Aji hanya menjawabnya singkat dan langsung pergi ke luar kelas bersama temannya yang lain.
***Guru ajaran Geografi tidak masuk hari ini. Merasa bosan di kelas, Bimo memutuskan untuk ke kelas Aji. Tanpa mengetuk pintu dan mengucapkan salam Bimo langsung saja masuk ke kelas Aji yang tepat berada di samping kelasnya juga.
“Hei,” sapa aji ketika melihat Bimo yang baru saja tiba itu. Dan ia langsung mengambil bangku dan duduk diantara kerumunan 12 IPA 2.
“Hei, kayaknya lagi asik banget nih nge-ghibahnya,” ujar Bimo yang melihat para penghuni kelas itu sedang berkumpul sambil memainkan gitar dan bernyanyi.
“Haha... Ini mah udah biasa, ya gak?” seru salah satu teman Aji yang saat itu memegang gagang sapu yang ia jadikan sebagai gitar mainan.
Suasana kelas kali ini di penuhi oleh nyanyian serta petikan gitar yang dibawakan oleh Aji. Kiran pun sempat bernyanyi, membuat Bimo yang sejak tadi melihatnya terpikat.
Semuanya nampak menikmati setiap nada yang keluar dari gitar tersebut. Hingga, bel berbunyi membuat mereka semua harus berhenti bermain dan kembali melanjutkan belajar seperti biasa.
“Ji, gue balik ke kelas dulu ya. Ntar pulang barengan aja.” Bimo yang juga mendengar suara bel langsung beranjak dari bangkunya dan memutuskan untuk kembali ke kelasnya.
“Iya, hati-hati.”
Jam pelajaran berikutnya berlangsung seperti biasa. Kali ini kelas Kiran sedang mengadakan kerja kelompok. Tak ada bahasan yang menarik selain menatap Bara secara diam. Itulah yang Kiran lakukan sekarang. Entah apa yang sedang terjadi di dirinya sekarang tapi setiap kali ia menatap Bara jiwanya merasa senang."Ran," panggil Putri
"Hah! Eh.. Iya?"
"Lo ngelamunin siapa sih?"
"Bukan siapa siapa kok. Hehe...," jawab Kiran gugup.
"Jangan ngelamun mulu. Nih, bantuin gue kerjain tugas," sambung Bara yang kala itu mendengar pembicaraan Kiran dan Putri.
"Apaan sih, Bar? Ogah ah..." tolak Kiran.
"Kiran... Ayolah... Pliss bantuin gue," pinta Bara sekali lagi.
"Ga mauuu, Wekk..." Kiran menjulurkan lidahnya lalu tertawa.
"
Kembali up:))
Jangan lupa untuk budayakan vote and comentnya sebelum membaca Ok:)
Karena author telah mengikutisertakan cerita ini di #WWF2019Selamat membaca dan selamat ngebucin:)
See you:)
Go follow
@ad_diva_shaPalembang, 15 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
RomantikKetika perasaan mulai tumbuh dan bermekaran mengapa kau patahkan semua itu? Tapi, justru kau malah memilih perasaan yang lain, perasaan yang dulunya kau buang kini kembali kau kenang. Mungkin bagimu sulit untuk memilih, apalagi menyangkut dengan p...