1

44 6 0
                                    

CHOICE milik saya. BTS milik BigHit. Membernya milik Tuhan

Enjoy :)

.

.

.


Suatu malam, ayahnya membawa pulang seorang pria asing.

Kim Taehyung mengamati mereka dari lantai dua, di sebuah titik yang luput dari dua orang laki-laki yang tengah bercumbu itu. Ia menahan mual. Sungguh tidak tahu malu. Mereka melakukannya seperti sepasang pengantin baru. Sialan juga pria gemuk yang terpaksa disebutnya 'Ayah' itu. Sejak kapan orientasi seksualnya berubah? Apakah pria itu sudah bosan dengan perempuan-perempuan yang dikencaninya? Taehyung membuang napas karena jengah.

"Tuan Kim, tunggu sebentar," kata si pria berambut perak itu menahan dada sang ayah. "Ada yang melihat kita."

Taehyung hanya terdiam ketika dua pasang mata menatapnya. Tuan Kim, ayahnya, mengibaskan tangan. "Ah, dia anakku. Biarkan saja," Ia melingkarkan tangannya ke pinggang si pria. "Mungkin kita bisa mulai saja, Sugar?"

Sugar? Taehyung tidak yakin ia bisa menahan isi perutnya yang sebentar lagi akan keluar. Begitu menjijikkan. Ia melihat Sugar tersenyum dan melambaikan tangan sebagai ucapan salam. Matanya meruncing cantik dan tampak indah dengan lensa kontak kebiruan (atau mata pria itu benar-benar biru? Entahlah). Kulitnya putih bersih tanpa cela. Rambutnya yang keperakan tampak begitu halus untuk dibelai. Sebuah anting panjang yang menggantung di telinga kiri tampak berkilat-kilat indah diterpa cahaya. Tubuh itu tampak mungil dan ramping dalam balutan blus putih dan celana panjang coklat. Taehyung menelan ludah. Ia benci mengakuinya tapi pria yang dipanggil Sugar itu benar-benar cantik. Sosoknya selalu mengingatkan Taehyung pada pesona kucing Persia yang anggun.

Taehyung memandangi kedua orang yang melangkah pergi itu lalu kembali ke kamarnya. Ada setumpuk lego di meja belajar yang menunggu untuk disusun. Psikiatri menyarankan Taehyung untuk menekuni hobi masa kecilnya itu sebagai salah satu terapi pemulihan pasca depresi yang menderanya sepeninggal sang ibu. Ayahnya menanggung segala biaya terapinya selama berbulan-bulan dan memastikan dirinya terus hidup karena ia adalah pewaris satu-satunya dari bisnis Tuan Kim yang tersohor.

Taehyung tidak akan bisa lupa saat-saat terakhir sang ibu. Hanya ada mereka berdua di kamar dengan irama statis dari mesin yang ia tak ketahui namanya. "Teruslah hidup, Tae sayang," kata sang ibu dengan napas lemah. Alat-alat penunjang kehidupan memaksa tubuh ringkih itu untuk terus berfungsi. Taehyung hanya menggenggam erat tangan kurus itu dengan mata berkaca-kaca. "Teruslah hidup demi Ibu...ya?" Begitu napasnya menghilang, seketika juga Taehyung kehilangan semangat hidup

Taehyung mendengus. Jika saja dirinya tidak ketahuan tengah menyayat lengannya, mungkin ia tidak akan menjalani semua terapi menjengkelkan itu dan duduk di sini sembari menyusun lego. Dan mungkin saja...ia tidak akan bertemu si pria kucing itu.

Wajah Sugar menari-nari di pikirannya. Sayang sekali, pria secantik itu harus melayani sang ayah yang begitu buruk rupa. Tapi, di dunia ini, apa yang tidak bisa dibeli dengan uang? Tuan Kim tidak akan membangun dinasti bisnisnya dengan susah payah kalau bukan kekayaan yang ia cari. Harta pria itu begitu melimpah seolah seisi dunia bisa dibelinya. Mungkin Sugar melakukan pekerjaan ini demi hal yang sama: uang. Di dunia ini uang sama dengan kekuasaan dan kekayaan. Taehyung mulai bertanya-tanya. Bila ia sekaya ayahnya, apakah ia akan memiliki kekuatan yang sama?

Menit demi menit berlalu dan Taehyung tidak segera menyusun legonya. Justru dirinya mendadak merasa haus. Sebenarnya, ia bisa menyuruh pelayan membawakannya segelas air tapi remaja itu memilih pergi sendiri ke dapur. Hanya saja untuk pergi ke dapur, ia harus melewati kamar ayahnya dan mungkin saja...ia akan bertemu kembali dengan Sugar.

CHOICESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang