2

39 4 2
                                    

CHOICES milik saya. BTS milik BigHit. Membernya milik Tuhan

Enjoy :)

.

.

.

Taehyung berdiri mematung di antara tumpukan mangkok dan sumpit kotor. Yoongi baru saja menyuruhnya mencuci semua itu usai sarapan (meski tepatnya disebut makan siang karena saat ini hampir mendekati tengah hari). Sang tuan rumah sendiri tengah bersantai di sofa ditemani suara penyiar radio yang tak hentinya mengoceh tentang betapa bagusnya cuaca hari ini.

"Hei, Nak, kalau kau mau tinggal bersamaku, setidaknya kau harus membayar," kata Yoongi beberapa saat lalu. "Kalau tidak punya uang, bayarlah dengan tenagamu."

Pria itu mendengus kesal. Diambilnya satu mangkok. Tumpukan ini begitu banyak. Sudah berapa hari Yoongi tidak mencuci peralatan makannya sendiri?

"Aku tidak mendengar suara apapun," komentar Yoongi di seberang. "Ada apa? Tuan Muda Kim Taehyung merasa keberatan dengan pekerjaan rumah tangga?"

Ingin sekali rasanya Taehyung melempar mangkok yang tengah dipegangnya ke arah si tengil yang sedang berbaring dengan mata terpejam itu. Cih, enak saja. Tiga tahun lamanya dirinya tinggal di penjara dan tentu saja tubuhnya sudah hafal betul dengan semua tugas bersih-bersih yang menyebalkan ini. Taehyung mendecak. Cara bicara Yoongi sungguh kontras dengan penampilan luarnya yang begitu cantik. "Kau memang menyebalkan ya?" katanya sembari menggosok mangkok dengan spons.

"Terima kasih atas pujiannya," balas Yoongi.

"Lantas kemana Sugar yang manja kesukaan Tuan Kim itu?" sindir Taehyung.

"Dia sudah mati."

"Oh," Taehyung memutar otak untuk mencari kata-kata tajam yang dapat membalas Yoongi. Tapi, ia bukanlah tipe manusia yang berlidah tajam. Untuk kali ini, dirinya akan mengalah.

Usai mencuci piring dan membersihkan semua lantai (Yoongi memberinya pekerjaan mendadak), Taehyung duduk bersamanya dan membuka majalah lama. Suasana di sekitarnya begitu sunyi meski suara melengking girlband yang menyanyikan lagu tentang cinta pertama terdengar begitu ceria. Samar-samar terdengar bunyi langkah kaki, suara orang mengobrol, atau sepeda yang melintas di luar sana.

"Di sini sepi sekali," komentar Taehyung. Ia memandang ke jendela yang masih tertutup tirai.

"Ya," balas Yoongi dengan suara setengah mengantuk.

"Kau benar-benar tinggal sendirian? Tanpa keluarga?" tanya Taehyung.

"Ya," jawab Yoongi sembari membalikkan badan.

"Bagaimana kau hidup?" Taehyung memperhatikan lekuk tubuh mungil Yoongi. Kalau saja pria ini tidak berbicara, pasti banyak orang yang akan mengiranya sebagai perempuan.

"Aku punya tabungan," jawab Yoongi. "Kenapa kau tanya-tanya terus sih?"

Taehyung terdiam lalu memandang langit-langit. "Aku berniat mencari pekerjaan di sini," katanya. "Aku sudah memutuskan untuk tinggal bersamamu dan tentu saja aku harus membayar."

Yoongi berbalik menghadapnya. "Daerah ini miskin. Sulit sekali mencari pekerjaan di sini," katanya. Mata kucingnya terbuka lebar.

"Jadi benar-benar tidak ada pekerjaan?" Taehyung terkejut.

"Hmm, pekerjaan yang layak hanya ada di kota, tapi memangnya kau bisa apa?" kata Yoongi meremehkan. "Kalau kau mau, hanya ada bar malam di ujung jalan dan..."

"Ha! Kita bekerja saja di sana!"

Mata Yoongi menyipit. "Aku tidak mau kerja di bar," katanya ketus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHOICESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang