Cerita dari Masa Lalu

70 1 4
                                    

" Karena orang tua, dihormati bukan karena ilmunya saja, tapi karena pengalaman hidupnya yang lebih banyak dari pada kita yang masih muda".

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Assalamulaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Hay guys..
gimana kabar hati kalian ? Masih baik-baik saja kan ?. Alhamdulillah kalo masih..kalau belum aku do'akan nanti bakal membaik ya 😊.

Oia, Kali ini dalam segmen #storyMAKA aku pengen berbagi dengan kalian, tentang sebuah kisah yang jujur aku alami sendiri. Sebuah cerita kenangan dari orang yang sudah tua. Mungkin kalian juga pernah mengalaminya.

Kemarin lusa, aku berkunjung kerumah nenek. Beliau adalah adik kandung dari simbahku, adik orang tua ayah tepatnya. Beliau satu-satunya yang masih hidup dari empat saudaranya. Umurnya hampir 100 tahun. Bicara beliau juga masih teteh, masih jelas banget dan nyambung. Ingatan beliau juga masih bagus, itu terbukti dari beliau yang selalu mengingat tanggal dan hari pernikahan cucu-cucunya ketika ibu bertanya tentang kapan pernikahan cucunya yang ketiga. Dijawab sangat detail dan tepat. Dan semuanya benar. Hanya pendengaran beliau saja yang berkurang, jadi kalau berbicara dengan beliau harus ditambah sedikit volumennya.

Yaa, malam itu aku dan ibu memang sengaja sowan kerumah beliau untuk minta do'a restu, ba'da magrib. Karena kalau terlalu malam khawatirnya simbah sudah tidur, sedangkan kalau siang hari aku nya yang gak bisa karena kerja.

Sedikit informasi saja, beliau ini tinggal sendiri. Anak-anak beliau sudah pindah ke rumah mertuanya, paling lima menit perjalanan saja dari rumah simbah. Beliau setiap hari juga di jenguk. Karena dirumah mertuanya, anaknya-anaknya juga mengurus orang yang sudah tua juga. Jadinya harus ngalor ngidul.

Aku memperhatikan saja dan sesekali tersenyum sendiri, ketika beliau mulai bercerita tentang kesehariannya, anaknya, cucunya. Ada semangat dan senyum terukir jelas dari raut wajah beliau. Wajah orang tua yang merindukan keceriaan anak dan cucu-cucunya.

Sesekali aku melihat bening kristal muncul dari sudut mata simbah yang kemudian ia usap dengan telapaknya ketika ia bercerita tentang cucunya yang kini sudah dewasa dan tidak lagi tinggal bersama beliau.

Sudah setahun ini cucu simbah dari anak pertamanya tidak tinggal dirumah itu. Karena kesibukan kuliah, dan pulangnya yang hampir selalu sore, membuat cucunya jarang sekali mampir kerumah simbah. Dulu, dia tinggalnya dengan simbah ketika masih sekolah di pesantren, tapi ketika sudah masuk bangku kuliah setahun yang lalu, cucunya ini tidak lagi tinggal dirumah beliau, hanya terkadang saja dia menginap dan mampir. Selebihnya, hanya simbah sendiri dirumah itu.

"Nduuk, sikil.e ora cetho, bene yo ?"
(Nak, kakinya gak sopan, biarkan ya) ?". Kata simbah ke ibu sambil menepuk-nepuk kaki beliau yang semula bersimpuh dan sekarang dijulurkan lurus kedepan.

"Enggeh mbah, mboten nopo-nopo ! sekecane jenengan mawon.
(Iya mbah, gak papa. Senyamannya simbah saja)." Jawab ibu.

Kalau sudah tua, kita semua mungkin juga akan merasakan, menahan posisi yang sama dalam waktu yang lama, pasti tidak betah dan rasanya menyakitkan, karena persendian sudah mulai usang dan harus sering di pindah posisikan. Itu mungkin yang sekarang dirasakan simbah.

Selama obrolan kami dengan beliau, beliau sering berpindah-pindah posisi duduk. Dan kami memakluminya karena memang beliau sudah tua.

Di usia yang sudah kian renta, beliau masih beraktivitas seperti biasanya. Seperti cerita beliau, setiap hari beliau masih masak dan membersihkan rumahnya sendiri. Pas tadi aku dan ibu datangpun, beliau masih membersih
kan ruang tengah rumah dengan sulak sambil berjongkok. Lantai rumah beliau dirabat dan di perhalus dengan acian semen diatasnya.

MEMELUK BADAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang