II

5 2 0
                                    

Happy Reading Guys'-')~

---

"Bisa aja kamu Clai" jawab Oma disertai sorakkan Clai sudah besar, cie..ciee..

---

Hal itu membuat wajah Clai merah padam menahan malu. Ia kabur kekamarnya untuk ganti baju, usai ganti baju ia memotong kue tersebut. Dan sekelibat ide bagus memasukki pikirannya.

AHA

Ia akan mengambil sisa-sisa krim kue tadi, dan krim itu ia taruh semua ditangannya. Berjalan mengendap-ngendap agar tidak ketahuan siapa target yang ia tuju. Semakin lama semakin dekat dengan target.

"Heh ngapain tu? Aku tau kok, kalo kamu ngendep-ngendep kayak maling disiang bolong" ujar Faiz membuat Clai tersontak kaget.

Sial, ketahuan lagi. Apa boleh buat

Clai berlari menuju Faiz dan dengan wajah tanpa dosa ia menempalkan kedua tangannya yang penuh dengan krim itu ke seluruh wajah Faiz. Setelah itu, Clai memeletkan lidahnya kearah Faiz yang masih terbengong-bengong.

'Wlee. Rasain tuu pembalasan Queen Clai'

Dasar Clai, belom tau aja kehebatan Faiz yang sebenarnya umpat Faiz dalam hati.

Clai tertawa terbahak-bahak melihat wajah Faiz penuh krim itu. Ia mengambil kamera dan memfoto wajah Faiz.

"CLAIRA DEVANIA ANGGITA" geram Faiz melihat tingkah sahabatnya ini.

Usai membantu membersihkan semua krim yang ada di wajah Faiz, ia dan Faiz pergi menuju taman belakang rumah. Disana ada Oma yang sedang sendirian menatap langit malam yang kosong tanpa adanya bintang disana.

"Oma?" panggil Clai.

"Ehh? Ada Clai dan Faiz toh. Gimana udah puas main-mainnya" ucap Oma.

Hehehe tawa mereka bersamaan.

"Habisnya ya Oma, Faiz duluan tu yang nakutin Clai" bela Clai.

"Dih apa-apaan, Clai itu yang curang Oma" sunggut Faiz. Terjadilah saling lawan melawan bela membela antara Clai dan Faiz, Oma hanya mendengarkan cucu-cucunya betengkar karena hal sepele.

Beberapa minggu kemudian rumah kembali seperti semula, tak ada yang bertengkar, tak ada yang menjahili, tak ada yang bikin orang naik pitam. Faiz dia pulang kerumahnya beberapa hari lalu, keseharian yang dilalui bersamanya membuat Clai merasa sedih ditinggal oleh Faiz. Tak ada satu hari tanpa perdebatan dan pertengkaran, banyak orang yang beranggapan bahwa jangan bertengkar tapi bagi Clai dan Faiz dengan bertengkar itu membuat dirinya dan Faiz semakin dekat.

Setiap saat dimanapun ada Clai disitu ada Faiz, seperti kembar siam memang. Padahal ia dan Faiz sama sekali tak ada hubungan darah sedikitpun. Sehari sebelum pulang, Clai mengajak Faiz kesebuah taman dekat rumahnya. Disitu mereka kembali mengingat hari dimana pertemuan mereka setelah sekian lama. Kata terakhir yang menjadi kenangan di taman itu adalah

#kejadian beberapa hari lalu

"Clai kamu nggak mau minta sesuatu sama aku? Mumpung nii lagi baik itung-itung sebelum aku balik" ucap Faiz.

"Hmm.. apa yaa??" ujar Clai nampak berfikir.

"Aha.. Kamu jangan bantu aku kalo pas lagi kesusahan. Kata kamu, aku harus jadi anak yang mandiri nggak cengeng lagi and nggak penakut" ujar Clai dengan penuh keyakinan.

"Janji lho.. awas aja. Entar kalo aku cengeng kamu marah-marah, makanya janji dulu bantu aku jadi nggak cengeng lagi" ujar Clai mengacungkan jari kelingkingnya.

"Terserah kamu, emang siapa yang mau nolongin kamu. Pede amat" ledek Faiz dengan membalas kelingking tersebut.

"Bodo amat, suatu saat nanti aku lebih berani dari pada kamu Iz" ujar Clai dengan semangat yang memburu.

"Iya deh" pasrah Faiz sambil mengacak-ngacak rambut Clai.

#Selesai

'Huh, nggak ada si Faiz sepi juga ya' runtuk Clai.

"Ehem, ada yang kangen nii. Baru juga beberapa hari ditinggal" ledek Ama.

"Apaan si Ma, Clai mau kekamar dulu" kesal Clai.

"Hahaha"

Clai menaiki anak tangga, saat ingin tiba di anak tangga terakhir ia merasakan sakit perut yang luar biasa. Dengan susah payah ia menahan itu dan melanjutkan kembali menuju kamarnya yang tinggal sedikit lagi. Tiba dikamar ia berbaring merilekskan perutnya yang terasa sakit, ia memutar ingatannya apakah hari ini ia salah makan? sepertinya tidak ia tak pernah makan makanan yang aneh-aneh.

Rasa sakit tadi berangsur-angsur hilang dan ia melangkah menuju kamar mandi dikamarnya. Dilihat dari cermin wajahnya pucat dan tirus, mungkin kekelahan.

Sejak hari itu keadaan Clai semakin memburuk, tiap hari ia muntah-muntah dan sakit perut. Tak hanya itu, kulitnya yang putih menguning seperti bayi yang tidak terkena sinar matahari, itu sebabnya setiap jam 7 ia selalu ijin pada gurunya agar berjemur disinar matahari pagi. Berkali-kali Ama dan Apa memaksanya untuk periksa ke dokter namun ia takut akan disutik.

"Ayo lah sweety dimakan yuk buburnya" ujar Ama dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Sudah 2 hari Clai drop dan membuat dirinya harus berlibur di rumah sakit yang membosankan. Kemarin ia sudah diambil sampel darah dan melakukan yang namanya biopsy. Ia tak tau apa-apa soal ini, yang ia tahu ia harus berani melawan rasa takutnya terhadap suntikkan.

"Ntar Ma, Clai nggak nafsu. Clai pengen jalan-jalan sama suster Any" pintanya.

Ama nya menghela nafas, sejak dinyatakan bahwa putri kecilnya dinyatakan terkena penyakit Hepatoblasma. Penyakit yang ia sendiri baru mendengarnya, menurut dokter putrinya harus dirawat intensif karena ini samacam kanker hati yang kapanpun bisa tidak terkontrol kapan stadium berikutnya naik. Ama sempat terpukul mendengar kabar putrinya dan ia pingsan dilorong bangsal rumah sakit, beberapa perawat yang melihat itu segera membopong tubuh Ama untuk mendapatkan perawatan dari dokter.

---

Hey:)

Gomen ini cerpen, sky publish cepet.

Karena lagi ngerjain deadline cerita satu lagi:)

selamat membaca

.

.

.

sky-

The Promise That Days [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang