Hinata berjalan di bawah rintik hujan dengan langkah pelan, hari ini adalah jadwal piketnya membersihkan kelas. Karna itu ia pulang lebih lambat dari yang lainnya.
Beruntungnya ia membawa payung hari ini, hingga ia tak perlu kebasahan sampai rumah nanti. Kebetulan hari ini ia juga ingin pergi ke toko membeli benang untuk membuat rajutan, jadi ia merasa sangat beruntung karna tak lupa membawa payung.
Daerah pertokoan ini adalah faforit Hinata, meski letaknya agak jauh dari panti, dan sangat ramai, tapi semuanya terasa sepadan. Mulai dari toko aksesoris, pernak-pernik, bahan kue dan alat menjahit, semua ada di sini.
Tring..! Bel di atas pintu berbunyi saat Hinata membuka pintu.
"selamat datang, ada yang bisa saya bantu.?"
"ah, saya ingin membeli benang Bulky."
"aah, apa adik ingin merajut sesuatu.?"
Hinata mengangguk, lamat-lamat mengamati salah satu petugas toko yang nampaknya sedikit lebih tua darinya.
"warna apa yang adik inginkan.?" ia menyerahkan beberapa contoh benang yang Hinata minta dengan beberapa perpaduan warna.
Hinata menatap benang warna warni itu, inginnya sih ia beli semua. Tapi apa daya, tabungannya selama setahun ini hanya bisa untuk beli selusin atau dua belas gulung benang. Ya, harga benang ini memang lebih mahal, karna berserat lembut.
"emmm, yang warna ungu 4 gulung, warna aquamarine, dan coklat muda."
"baiklah, karna adik adalah pelanggan setia kami maka ada bonus untukmu. Dua gulung benang tambahan." petugas toko itu memberikan bungkusan karton kepada Hinata yang berisi gulungan benang.
"terima kasih banyak." Hinata membungkuk dan keluar toko dengan perasaan riang.
Tring.! Bel pintu kembali berbunyi saat Hinata keluar dari sana, langit sudah tidak lagi mengeluarkan air hujan. Tapi langit tertutup mendung, dan udara berhembus kencang.
"nee-chan.!" Hinata berbalik dan melihat Inojin berlari ke arahnya.
"loh, kenapa kau ada di sini.?" Hinata bertanya bingung.
"oh, tante itu mengajakku makan es krim dan membeli kue." Inojin mengangkat swbuah bungkusan di depan wajah Hinata.
"tante yang mana.?" Hinata melihat ke belakang Inojin, dan tersentak.
"eh, se-selamat siang." tenggorokannya tercekat, dan Hinata menahan mati-matian tubuhnya yang bergetar ketakutan.
.
.
.
Shikamaru sudah lama tak mengaktifkan benda ini. Ia sudah lupa kapan tepatnya, mungkin saat anaknya tak lagi fanatik dengan buku dan ilmu pengetahuan. Sejak Hinata hadir di kehidupan putranya, dan mengubah sang anak menjadi lebih manusiawi.
Ini adalah alat pelacak sekaligus penyadap yang terpasang di anting-anting Dai, Dai selalu memakai anting ini sejak ia dan mantan istrinya bercerai dahulu.
Begitu layar laptop menyala, langsung terdengar suara. Suara yang ia tau, cepat atau lambat akan ia dengar kembali.
"mama tau mama salah, tidak berada di sampingmu selama bertahun-tahun. Karna itulah mama ingin menebusnya, tolong beri mama kesempatan."
"ma, kau meninggalkanku saat aku masih bayi. Membiarkanku bersama tou-san yang bahkan tak bisa masak air."
"aku tidak membencimu, karna bahkan aku tak memiliki rasa sayang untukmu, aku juga tak benci tou-san meski ia bukan ayah yang terbaik. Karna itu, aku akan pergi ke luar negri, meninggalkan rasa sakit di dalam hati ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must be my MOM
FanfictionShikadai hanya ingin seseorang untuk menemaninya mengerjakan PR. Membuatkannya bekal. dan mendengarkan cerita kesehariannya. tapi masalahnya, orang yang memenuhi kriteria ibu idamannya adalah sahabatnya sendiri. bisakah, atau maukah gadis manis...