Cause, I Love you

5.3K 418 31
                                    

"apa kau benar-benar tidak ingin bangun.? Dai merindukanmu, Inojin merindukanmu, aku.... juga merindukanmu." semilir angin berhembus mengenai tirai jendela yang tipis. Membuatnya berkibar, membawa udara dingin dan beberapa helai daun masuk ke ruangan yang di dalamnya terdapat seseorang yang tidur dengan lelapnya.

Napasnya membuat dadanya naik turun dengan perlahan, wajah gadis itu terlihat begitu damai, terlepas dari selang dan kabel-kabel penyokong kehidupannya.

Napasnya membuat dadanya naik turun dengan perlahan, wajah gadis itu terlihat begitu damai, terlepas dari selang dan kabel-kabel penyokong kehidupannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shikamaru memandang sendu pada Hinata, hampir lima minggu Hinata tertidur tanpa ada tanda-tanda ia akan bangun.

Shikamaru tak pernah absen menemani Hinata akhir-akhir ini, ia bahkan sampai lupa bercukur, jarang makan, dan jarang tidur.

"tou-san." Dai memanggil sang ayah yang tengah mengelap wajah Hinata dengan air hangat. Seluruh memar dan luka luar di tubuh Hinata sudah sepenuhnya hilang, hanya kesadarannya saja yang belum pulih. "tou-san tidak kerja.?" tanya Dai lagi.

"nanti saja, bagaimana sekolahmu hari ini.?"

"seperti biasa."

"tiga minggu lagi ujian kan.?"

"hmm."

"kapan dia akan bangun.?" Dai mendekati Hinata dan menggenggam tangannya yang tidak terdapat infus.

"entahlah." lalu mereka larut dalam keheningan.

Dai dan ayahnya tak tau harus berkata apa, sesungguhnya mereka tak tau cara saling menghibur. Sejak hari itu, hubungan mereka sudah jauh lebih baik.

Shikamaru dan Dai lebih memahami posisi satu sama lain, bagaimana posisi seorang anak yang merindukan kasih sayang kedua orang tuanya, perhatian dari ayahnya dan kelembutan seorang ibu.

Dai juga tau bagaimana sulitnya posisi sang ayah, terjepit oleh tanggung jawab dan selalu salah dengan apa yang ia kerjakan.

"baiklah kalau begitu, tou-san kerja dulu." Shikamaru akhirnya beranjak dari tempat duduknya setelah seharian hanya duduk menemani Hinata.

"hmm."

.

"mama harus bisa melepaskan." Dai tengah berbicara empat mata dengan sang ibu, kemarin ia sudah tau semuanya, dan kini ia ingin meluruskan keadaan.

"aku tidak akan pergi kemanapun, dan apapun yang terjadi, kau akan selalu menjadi mamaku." Dai menggenggam tangan Temari yang ikut bergetar karna ia sedang menangis.

"apa kau sungguh-sungguh tak ingin ikut mama.? Begitu banyak hal yang sudah mama lewatkan tentangmu, mama ingin menebusnya."

"mama tidak perlu menebusnya, aku bersyukur karna mempunyai mama seperti mama. Terima kasih karna telah melahirkanku, itu adalah hal yang akan selalu ku syukuri di sepanjang hidupku."

You Must be my MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang