| bertemu kembali

24 5 2
                                    

"Siapa?"
"Kurang tau, aku baru bertemu dengannya sekitar empat hari yang lalu."
"Lalu, apa yang kalian bicarakan?"
"Dia menegurku, lalu menanyakan namaku. Dia juga bilang bahwa dia senior kita."
"Senior?"
"Iya, kenapa?"

Seperti itu sekiranya percakapan Kiki dan Anya-----temen sebangku nya, mengenai senior tampan yang mengajak Kiki ngobrol beberapa hari yang lalu.

Saat bel lonceng menandakan istirahat berbunyi, mereka bergegas keluar untuk pergi ke kantin.

Koridor demi koridor telah mereka lewati, dan akhirnya mereka sampai di lorong utama kantin. Banyaknya siswa yang berhambur memenuhi meja hanya membuat Kiki dan Anya meneguk liur.

"Aku tidak melihat satupun meja yang tersisa." ucap Anya. Kiki mendengus pelan. "Kita makan diluar saja nanti."
Melihat keadaan, mereka memutuskan untuk tidak makan di kantin hari ini, tapi sesuatu menghentikan mereka.

"ANYA!!" teriak seorang lelaki dengan lantang seraya melambai ke arah mereka berdua. Kiki dan Anya menoleh, kemudian tersenyum.
"Sepertinya mereka punya bangku yang masih tersisa." kata Anya.

Mereka akhirnya mendatangi salah satu penjual dan membulatkan pilihan pada sup jagung
"Terima kasih, kelihatannya enak."
"Aaah aku membuatnya tadi, jadi masih sangat panas."
"Begitu? Baiklah, aku akan hati-hati."
"Nikmati makanmu." kata sang bibi penjual dengan riang lalu mendapat anggukan mantap dari Kiki

[-]

Akhirnya merek menuju tempat yang telah di sisakan oleh teman dekat Anya.
"Hai, salam kenal, aku... Kiki." mereka semua tersenyum. "Kiki?" salah seorang lelaki menghentikan makannya dan beralih menatap Kiki penuh tanya. Kiki menoleh. Mereka berakhir menatap satu sama lain.

Kiki merasakan sesuatu seakan telah menahan pernapasannya. Dadanya terasa sesak. Ia bingung harus menjawab apa. Dirinya seperti kehilangan kesadarannya. Ia membeku

"Apakah itu dia? Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi? A-apa dia masih mengingatku?" lirihnya dalam hati.

"Aaah... Apa kalian saling mengenal?" ucap lelaki yang duduk disebelah tempat Kiki berdiri. Kiki mengerjapkan matanya, membuyarkan tatapannya.

"Ooh itu..." Kiki menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Tidak. Aku hanya bertanya----" ucap lelaki itu lagi. Mereka semua mengangguk mengerti.
"----hei, ayo duduk dan makanlah makananmu." lanjut nya sambil tersenyum ceria.

"Senyum itu... Kenapa dia menunjukkanya padaku? Aku, aku benci itu. Senyum indah itu tidak harus seharusnya ada padanya. Aku harus apa?" lirih Kiki lagi dalam hati.

"Aaah iya..." Kiki menggeleng-gelengkan kepala berusaha fokus. Ia berjalan pelan ke tempat duduknya. Namun...

"BRAKK!!!"

"Hei! Perhatikan langkahmu." ucap perempuan yang menabrak Kiki saat melihat bajunya basah tertumpah sup panas milik Kiki.
"Maaf." jawab Kiki.

Hening. Keadaan benar-benar hening. Semua mata tertuju pada Kiki dan perempuan itu.

"Maaf katamu?! lalu bajuku? Apa kata maafmu bisa mengganti bajuku kembali seperti semula?" ucapnya lagi.
"Tunggu, aku belum pernah melihatmu. Kau... Anak baru? Lanjut salah seorang teman dari perempuan itu.

"Iya, aku anak baru." jawab Kiki santai.
"Bagaimana dengan bajuku?!" perempuan itu semakin kesal.

"Aku mengakui kesalahan ku, aku minta maaf. Lagi pula kau yang mendorongku tadi." jawab Kiki seraya merapikan nampannya yang jatuh
"Hei, jaga bicaramu. Mana sopan santunmu, anak baru? Kau sekarang sedang bicara dengan primadona di sekolah ini, sialan." ketus salah satu teman dari perempuan itu.

Kiki mengangkat kepalanya dan berdiri. Menatap tajam perempuan didepannya.

"Lalu?" ucap Kiki lagi dengan santai.
Emosi perempuan itu memuncak. Ia maju dan menarik kerah baju Kiki sampai dasinya melonggar dan menyebabkan kumal di beberapa bagian bajunya.

"Hei, anak baru sialan! Sudah kubilang untuk menjaga bicaramu." ucapnya. Keadaan yang tadinya hening berganti dengan bisikan-bisikan yang lumayan ramai. Perempuan itu masih mencengkeram kerah baju Kiki dan menatapnya tajam.

"Kau tau akibat dari seseorang yang berani main-main denganku? Mereka akan---" belum selesai perempuan itu berbicara, omongannya diberhentikan oleh salah satu lelaki jangkung dengan sebuah dorongan.

"----hei, apa yang kau lakukan?! Kenapa kau mendorongku?"
Perempuan itu tersurung pelan ke belakang. Ia mengerutkan alisnya.
"Dan kenapa kau mengkasari nya?" jawab lelaki itu dingin.

Kiki menoleh kepada lelaki itu. Ia memperhatikan dengan jelas lelaki disampingnya. Ia seperti teringat sesuatu.

"Apakah itu dia? Kenapa dia membelaku disaat seperti ini? Tunggu, apa benar itu dia?"

Kepala Kiki bertanya-tanya tentang siapakah lelaki yang tak asing baginya itu. Ia jelas membela Kiki, tapi kenapa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hymn Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang