Part 1

9 2 0
                                    

Rintik hujan itu masih saja betah bertahan sejak semalam. Tetesan airnya yang tidak begitu deras, menapak di jendela taksi online yang ditumpangi Ana menuju sekolahnya pagi ini. Aliana Maura Idris— atau lebih akrab disapa Ana ini baru saja memasuki tahun keduanya bersekolah di SMA Bina Bangsa. Biasanya ketika berangkat sekolah dia akan memesan ojek online, namun karena hujan yang turun sejak kemarin malam tidak juga berhenti, Ana memutuskan untuk berangkat menggunakan jasa taksi online. 

Gadis itu menatap pepohonan di pinggir jalan yang dilaluinya. Dengan mobil yang melaju sedikit cepat, rumah-rumah serta pepohonan yang dilalui seolah menunjukkan kilas balik dalam hidupnya. Di SMA nya sekarang, dia tidak perlu lagi menghadapi mimpi buruk seperti dulu. Semuanya berlalu dengan normal dan baik-baik saja. Tidak ada lagi yang perlu dia takutkan dan tidak ada lagi yang perlu dia hindari. Semuanya akan baik-baik saja. Yah, semoga

•••

Pernah mendengar bahwa tidak semua kisah akan berjalan baik-baik saja? ya. Tidak akan pernah ada kisah yang akan berjalan baik-baik saja. Bahkan romeo dan juliet harus berakhir dengan keduanya mati karena meminum racun

•••

Udara dingin dan tetesan air hujan masih melingkupi pagi pertama di tahun ajaran baru. Ana melangkahkan kakinya mendekat ke area mading sekolah. Dilihatnya sudah banyak siswa siswi baik kelas 11 ataupun 12 untuk mengecek pembagian kelas. Matanya menilik satu persatu kerumunan yang ada di sana untuk mencari teman-temannya. Sampai pada...

"ANAAA!!"

...badannya tersentak sedikit ke depan karena terkejut. Aish, itu Disti dan Syalita rupanya.

"Kalian nih! Gue kaget tau! untung aja gue gak punya penyakit jantung." ucap Ana sambil mengusap dadanya. dia masih cukup terkejut karena ulah kedua temannya barusan.

"Hehe sorry, Na. lagian lo celingukan gitu kaya orang ngenes di sini eh emang ngenes sih, ya udah deh kita kagetin" itu Syalita. Dia tampak cengar cengir setelah mengucapkannya. Disti yang berdiri di sebelahnya masih saja tertawa menatap Ana yang baru saja mereka kejutkan.

"Anyway, udah liat pembagian kelas gak, Na? kita di kelas mana nih?" Ana menggedikkan bahunya sebagai respon dari pertanyaan yang baru saja dilontarkan Disti. Mereka bertiga memperhatikan kerumunan yang berada di depan mading. Sebenarnya orang-orang di sana itu ngapain sih? gak puas amat ngecek nama mereka sendiri berulang kali.

Kali ini Ana berdecak, mencoba menerobos kerumunan secara perlahan. Ditolehkan kepalanya menuju deretan nama untuk kelas sebelas. Matanya menyusuri satu persatu kertas di sana. dan entah kenapa, dia justru berhenti di satu nama.

Bukan. Itu bukan namanya. Bukan juga nama Disti, Syalita, atau teman sekelasnya dulu. Matanya mengerjap berulang kali menatap nama itu. Mencoba untuk yakin bahwa dia tidak salah lihat. Mendadak gadis itu menelan ludah dengan getir. Dia tidak salah lihat. Nama itu ada di sana. Urutan ke-6 dari absensi kelasnya. Dan nama itu masih saja menimbulkan ketakutan tersendiri dalam dirinya.

•••

Ana duduk dengan tenang di bangkunya. Ah lebih tepatnya pura-pura tenang. Dia duduk di urutan ketiga di deretan sebelah kiri ruang kelas. Di depannya Disti duduk dengan salah satu siswi bernama Icha. Sedangkan Syalita kini duduk disebelahnya.

Setelah kejadian tadi, Ana tampak lebih diam lebih biasanya. Bahkan beberapa siswa dan siswi yang pernah sekelas dengannya dulu menyadari perubahan Ana hari ini. Disti dan Syalita juga menyadari hal serupa. Mereka menemukan Ana tampak terdiam terpaku di depan deretan nama siswa kelas 11 IPS 1.

Tadi setelah Disti menggoyangkan pelan lengannya, Ana tampak gelapan sendiri. Entah mengapa, padahal nama mereka sendiri tidak ada di deretan kelas itu. Begitu ditanya, Ana begitu menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya.

"Mungkin dia butuh waktu" bisik Disti pada Syalita. Syalita menganggukkan kepalanya setelah mendengarnya. Jadi keduanya membiarkan Ana tenggelam dalam keterdiaman sepanjang beberapa jam pertama.

Di meja depan, Icha dan Disti tampak heboh bercerita banyak hal. Sesekali Syalita tampak menanggapi obrolan mereka. Ana masih saja betah berdiam diri sampai pada satu topik  yang membuatnya terfokus pada obrolan mereka.

"Eh-eh gue denger ada murid baru loh."

"Eh iya-iya, tadi gue sempat dengar dari anak kelas sebelah kalau ada anak murid baru di kelas IPS 1."

"Wuih siapa tuh? cogan gak?" Syalita tampak terkekeh sendiri setelah mengucapkannya.

"Jangan salah, ganteng banget Sya. Namanya Arka"

Ana menelan ludah.
Arkatama Arzani bisiknya. Untungnya ketiga temannya tidak ada yang menyadari itu.

"Pindahan dari mana?" lagi-lagi Syalita bertanya.

"Denger-denger sih dari Bandung."

Tanpa ada yang menyadari, Ana diam-diam mengepalkan kedua tangannya. Dia menarik nafas dalam. Berusaha menenangkan diri.

Perlahan gadis remaja itu bangkit dari kursinya. Mengalihkan atensi Icha, Desti, dan Syalita yang asik mengobrol.

"Ada apa, Na?" tanya Icha.
Ana menggelengkan kepalanya pelan.

"Enggak, gue mau ke toilet dulu." mendengar itu, Syalita ikut bangkit dari kursinya.

"Sini gue temenin..."
belum sempat Syalita menyelesaikan perkataannya, Ana sudah lebih dulu menahannya.

"Gak usah Sya, gue sebentar aja kok. Mending lo lanjut gibah-gibah cantik aja sana daripada ikut gue" Ana tampak begitu terburu-buru meninggalkan kelasnya. Disti dan Syalita hanya menghela napas pelan, sedangkan Icha hanya diam memerhatikan mereka tanpa suara.

Ana menyusuri koridor yang masih dipenuhi oleh siswa-siswi, entah apa mereka lakukan dia tidak peduli yang penting dia ingin segera sampai kamar mandi dan menjernihkan pikiran. Siapa tau dengan begitu dia bisa menghilangkan bayangan orang itu.

Dengan tergesa-gesa dia berjalan sambil menundukan kepala-nya dan tanpa sengaja dia menabrak bahu seseorang.

"Ck. Klo jalan liat-liat dong, punya mata gak! Untung gue gak jatoh" sembur Ana dan seketika dia membeku ditempat sambil mengerjapkan mata-nya. Astaga!astaga! Ternyata yang ditabraknya adalah orang yang paling ia hindari! Shit! Aaaa Mamaa Tenggelamkan Anaaa!

"E-eh s-sorry gue gak sengaja" cicit Ana yang sudah sadar akan keterkejutannya. Tubuhnya sudah dipenuhi oleh keringat dan tanpa menunggu balasan dari lawan bicara-nya ia pun pergi dengan terburu-buru menuju kamar mandi yang menjadi awal tujuannya.

Yang ditabrak-nya pun hanya menampilkan ekspresi datarnya lalu tersenyum miring sambil memperhatikan punggung gadis itu. Akhirnya kita bertemu lagi Aliana.

××××××

Yehet, selamat datang or welcome to my first story. Hehe sorry ya masih jelek soalnya baru belajar. Ini cuma nyoba-nyoba bikin cerita. Siapa tau menarik.

Kalian bisa kasih kasih komentar, kritik, saran atau apapun kok disini.

Thanks for reading😘😘😘
Tbc.

UNSWEETNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang