Part 2

10 1 0
                                    


Di dalam salah satu bilik kamar mandi. Ana duduk diatas kloset dengan wajah pucat pasi dan peluh memenuhi seluruh tubuhnya. Ia ketakutan, seseorang yang sangat-sangat ia hindari berada di sekitarnya. Ia takut kejadian sewaktu dulu akan terulang kembali. Kejadian yang membuat kondisi kejiwaannya sedikit terganggu. Kejadian yang sangat ia benci dan sangat ia ingin lupakan. Mengingat kejadian itu hanya akan membuat dadanya semakin sesak.

Ana memikirkan bagaimana caranya agar dia tidak bertemu dengan Arka dan tetap bersikap biasa saja didepan teman-temannya. Ia tidak boleh gegabah, karena ia tahu dibalik wajah dinginnya itu seorang Arka sangatlah picik.

"Oke na, lo harus tenang" ucap Ana dalam hati untuk menenangkan diri.

Ana membuka bilik kamar mandi dan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya agar terlihat segar kembali. Setelah itu ia memoleskan sedikit lipbalm agar bibirnya tidak terlihat pucat.

Drrt...drrtt...
Ana mengambil ponsel yang berada di saku roknya dan melihat nama Syalita tertera disana. Ana segera mengangkat panggilan itu.

"Lo masih di toilet?"

"Iyalah. Ngapain lo nelpon? Segitu kangennya lo sama gue?"

"Najisin ya lo. Udah cepetan ke kantin, kita lagi disini"

"Iya ah bawel lo"

Ana mematikan ponselnya dan memasukan kembali ke dalam saku roknya. Dan ia langsung bergegas menuju kantin dimana ada para sahabat-sahabatnya menunggu disana.

***

Keadaan kantin cukup ramai. Ana pun menolehkan kepalanya ke kanan dan kekiri untuk melihat dimana kedua sahabatnya berada. Dan dilihatnya Disti melambaikan tangan kearahnya. Ia pun segera menghampiri meja yang terletak di tengah-tengah kantin itu.

"Lo buang hajat ya tadi makanya lama?"ucap Syalita curiga.

"Ya emang. Gue tuh sibuk nyari sabun buat nyuci tangan. Pas gue lagi pup sabunnya habis, yaudah gue gak cuci tangan deh" ucap Ana sambil menahan tawa nya agar tidak menyembur.

"ANJIRR YA LO. SANA LO JAUH-JAUH. IIUHH ANA BERAK GA CUCI TANGAN!!!!" jerit Syalita seperti orang kesetanan. Tawa para murid yang berada di dalam kantin seketika pecah ketika mendengar teriakan Syalita. Disti yang berada disamping kanan Ana pun tertawa terbahak-bahak sampai memukul meja.

"Ehh gak, itu gue cuma becanda doang gausah dengerin Syalita" Ana tersenyum canggung sambil menutup mukanya agar tidak dilihat oleh orang-orang.

"Lo juga sih udah tau Syalita bego masih aja boongin dia" ucap Disti dengan sisa tawanya.

"Ah bodo lah, pokoknya lo yang pesenin gue makanan sebagai permintaan maaf lo" perintah ana kepada Syalita.

"Ck. Kok jdi gue sih, kan salah lo sendiri yang ngibulin gue" Syalita menggerutu kecil dan langsung  memesan menu andalan yang selalu di pesan Ana.

"Kok tumben cowo lo ga nyamperin lo?"tanya Ana kepada Disti.

"Itu dia baru nyampe" Disti pun melambaikan tangannya ke arah pacarnya yang baru saja sampai dikantin. Ana pun mendongak dan mengalihkan matanya dari ponselnya. Ia terbelalak melihat seseorang yang datang bersama dengan Defa cs. Sialan. Double kill Kalo kata dayat mah.

"Udah lama nunggu?" tanya Defa kepada Disti sembari duduk disamping sebelah kanan Disti.

"Nggak lama kok" ucap disti lembut.

Ketika Ana ingin menggeser tubuhnya untuk memberikan teman-teman defa tempat untuk duduk, Syalita datang dengan membawa nampan yang berisi makanan miliknya dan milik Ana. Syalita pun mengambil tempat yang berada disamping kiri Ana.

Di depan Syalita ada Razan Maulana Ibrahim yang senang mengganggu Syalita. Ia terkenal di SMA Bina Bangsa karena memiliki paras yang cukup tampan, berkulit sawo matang dan bermata sipit. Ia juga dikenal karena prestasinya dibidang karate. Walaupun begitu Razan adalah seorang yang nakal, susah diatur,sering membolos dan aktif. Ia adalah makhluk kedua paling ribut setelah Dayat.

Yang di duduk depan Disti ada Prasetya hidayat atau biasa dipanggil Dayat. Ya dia adalah laki-laki bermulut cewek, kalau ngomong suka ceplas-ceplos dan sering ngegosip, tenang guys dia cowok tulen kok. Dayat adalah makhluk yang bener-bener gabisa diam dan banyak bacot, walau begitu ada saja adek kelas yang suka sama dia dan meleleh setiap kali melihat keringat yang menetes di tubuh Dayat saat sedang bermain sepak bola dilapangan. Ya emang mukanya tampan sih, tapi sifatnya dong kek ulet keket.

Disamping Disti ada Defasya Okta Alfarizi biasa dianggil Defa. Defa adalah pacarnya Disti, mereka sudah berpacaran dari kelas 10. Defa terkenal ramah dan sopan ketika sedang berbicara dengan lawan bicaranya. Ia adalah ketua basket. Ia banyak disukai oleh para siswi-siswi, tapi ia hanya menyayangi pacarnya yaitu Adistiani Lestari yang memiliki sifat agak pendiam, namun ketika sedang berada di dekat orang yang ia sayangi, iya akan menjadi seseorang yang bijak dan terkadang heboh. Berbeda dengan Syalita Deswita Putri yang memiliki sifat sebelas dua belas dengan Ana yang heboh, ceria, banyak bicara dan gak bisa diam.

"Eh woy. Ngapa lo ngelamun?" panggil Syalita sambil menepuk bahu Ana.

"Ah bebeb mah gitu. Ini kan aku udah disini ngapain kamu ngelamunin aku" sahut dayat dengan suara yang dilembut-lembutkan membuat yang mendengarnya menjadi jijik.

"Diem lo mayat. Mau gue siram pake air keras lo?!"ucap Ana setengah kesal. Arka tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari wajah gadis yang berada di depannya ini.

"Bebeb jahat deh" ucap dayat dengan nada yang dibuat-buat menjadi sedih.

"Lo kenapa ngeliatin Ana segitunya Ka?" tanya Defa yang sedari tadi melihat Arka yang terus memandangi wajah Ana dengan intens. Arka hanya merespon dengan mengedikkan bahu tak peduli. Seketika Ana mendongak dan mengalihkan tatapan dari makanan menuju ke Arka. Ia terkejut karna ucapan yang keluar dari mulut Defa.

"Wah-wah lo mau ditikung tuh yat" sahut Razan sambil terkikik geli.

"Jangan gitu dong bro, lo harus tau kalau Ana punya gue" ucap dayat sambil menepuk pundak Arka.

"In your dream!" ucap Ana.

"Gapapa loh na kalau lo sama Arka daripada lo sama Si mayat yang sampe sekarang belum dikubur-kubur" ucap Syalita sambil mengunyah makanannya.

"Sekate-kate lu kalau ngomong" Dayat berujar kesal. Disti dan Defa hanya tetawa geli melihat adegan adu mulut yang setiap hari mereka temui.

"Kok kalian gak pesen makan?" tanya Ana.

"Kita pas dateng kesekolah langsung kekantin tadi. Keburu laper soalnya" ucap Razan sambil mengelus perutnya.

"Oh gitu, pantesan" sahut Disti.

"Yaudah gue balik ke kelas duluan ya" pamit Razan sambil mengedipkan satu matanya kearah Syalita.

"Aku balik juga ya, Adis. Gue balik ya Na, Sya."

"Dadah bebeb, sampai bertemu pas pulangan" pamit Dayat sambil memberikan kissbye. Ana hanya memberikan pelototan kepada dayat. Arka pun ikut pergi tanpa berkata apapun. Dan akhirnya Ana pun bisa bernafas lega, karena sedari tadi ia gelisah dan sibuk makan sambil memainkan kakinya untuk menghilangkan kegelisahannya.

"Arka kayaknya tertarik deh sama lo" ucap Syalita

"Gak mungkin dan gak akan mungkin."ucap ana dengan yakin.

"Tapi gada yang gak mungkin dong na."

"Ck, udah ah berisik. Balik yok" ajak Ana dan segera ia bangkit dari kursi dan beranjak pergi dari kantin.

××××

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNSWEETNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang