33

6K 1K 427
                                    

"Pelan pelan dong anjir! Gue ga mau mati muda!!"

"Bacot! Ini darurat!"

"Ya tapi--bang! awas itu di dep--"

BRAK

Kecelakaan itu terjadi, sukses membuat dua orang didalam mobil melotot sekaligus panik luar biasa.

"WOI! GUE BILANG KAN PELAN PELAN!! ANJIRR TOLOL BANGET SIH LO!! LIAT DI DEPAN NOH, LO NABRAK ORANG!!"

Anak lelaki itu melotot, telunjuknya menunjuk-nunjuk kaca mobil didepan mereka tak sabaran. Demi apapun, dia benar benar shock melihat seorang pria paruh baya yang tergeletak di aspal depan mobil mereka. Darah mengucur deras dari pelipisnya, bajunya bahkan sudah bersibak darah.

Astaga, APA YANG BARU SAJA TERJADI?!

Anak lelaki di sebelahnya, sekaligus yang berperan sebagai supir malam itu mengusap wajahnya kasar. Tubuhnya menegang, menyaksikan langsung kecelakaan yang sepertinya memakan korban jiwa.

Ck, sialan. Ini akan menjadi masalah besar.

"Ayo bang, kita turun! Kita harus nolongin bapak itu! Jangan sampai dia meninggal di tempat!!" anak lelaki itu sudah memegang pintu mobil, bersiap keluar untuk menolong pria paruh baya itu, sampai---

Klik

"KOK DI KUNCI?!" dia berteriak marah, matanya melotot tak percaya, tangannya sibuk membuka paksa pintu mobil disampingnya agar terbuka.

Walaupun hasilnya tetap saja percuma, karena pintu itu telah dikunci oleh si pengemudi.

"Ga usah turun, tetep dimobil. Jangan turun atau masalah ini akan jadi lebih besar."

"SINTING YA LO?!" anak itu lagi lagi berteriak marah, matanya semakin melotot, tak habis pikir dengan sikap kakaknya yang melarangnya turun membantu.

Brmmm

"BANG!"

"Alin! Bisa diem dulu gak?! Gue juga panik, sama kayak lo. Tapi gue harus ngambil keputusan ini Lin. Sahabat gue sekarat disana, dia butuh gue!"

"TRUS BAPAK ITU GIMANA?! MAU LO TINGGAL GITU AJA?! DIA LUKA BANG! LO YANG NABRAK HARUSNYA TANGGUNG JAWAB! BUKANNYA KABUR KAYAK GINI!"

Sang kakak memilih diam, tak menanggapi ucapan adik kecilnya yang semakin emosi. Dia memilih untuk fokus mengendarai mobil, raut dingin terpampang jelas di wajahnya.

"LO GAK PUNYA HATI, YA?! LO LIAT TADI, ADA ANAK LAKI LAKI YANG NANGIS KEJER LIAT BAPAK ITU KETABRAK! DIA PASTI ANAKNYA BANG! SECARA OTOMATIS SAMA AJA KAYAK LO NGEBUNUH ORANG TUA DIA!"

Anak lelaki yang lebih tua masih terdiam, sama sekali tak membalas teriakan adiknya yang semakin emosi. Dia menetralkan nafasnya, berusaha menenangkan dirinya yang tidak stabil.

"BANG YO---"

"IYA ALIN, GUE DENGER, GUE JUGA NGELIAT ITU SEMUA TADI!"

Guanlin terserentak, menjauh dari Yohan yang tiba tiba marah. Lelaki itu menatap sang kakak kaget, yang di balas tatapan sendu kakaknya.

"Lin, dengerin gue," tatapan itu melunak, bersamaan dengan garis wajahnya yang berubah sendu. Lelaki itu menghela nafas perlahan, mencoba mengatur emosinya yang sempat meluap.

"Gue ga tau keputusan gue bener. Gue cuman mau nolong Byung Hwi, udah ga lebih. Dan kejadian tadi buat jantung gue hampir mau copot, gue juga sama kagetnya kayak elo."

Tubuh Yohan melemas, dia bersender pada kursi mobil karena tak kuat duduk tegak. Lelaki itu berusaha fokus menyetir di tengah perasaannya yang kacau, sama kaget nya seperti sang adik.

b r u t a l ✔ «seodam»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang