I

14 5 0
                                    


Selamat membaca 🌹

🌍

Tara itu berjalan cepat menuju kelasnya,di bawah mata ratusan manusia yang sekarang memegang jabatan sebagai kakak kelasnya.
Tara menginjakkan kaki di kelasnya,kelas Bahasa ini tak banyak beda dengan kelas IPA IPS,hanya saja jenis orang nya yang berbeda,di kelas ini hanya tiga orang yang sejenis dengannya.
"Tara"
Tara menoleh ke arah asal suara itu, dilihatnya seorang cowok sudah berada di samping mejanya
"Kenapa"
Jawab Tara sekalem mungkin,walaupun masih terdengar jutek
"Gini,jadikan kelas kita udah permanen jadi gimana kalo kita bikin grup kelas aja...."
"Intinya Lo mau wa kan"
Cowok itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal,sambil nyengir lebar,jabatan Tara sebagai ketua kelas juga kadang bisa di manfaatkan untuk keperluan tertentu:')
"Gimana ra?"
Tara mengeluarkan handphone dari dalam saku kemejanya
"Nih catet,gua mau ke luar dulu,taro aja ntar di kolong"
Tara segera meninggalkan cowok itu.
Di ujung koridor Raja telah menampakkan dirinya,berjalan mendekat,semua anak cowok di koridor sudah paham,bahwa tidak boleh ada yang menggangu tara kalau tidak mau berbagi urusan dengan cassanova sekolah yang jago berantem itu.
Tak sadar senyum tipis terbit di bibir Tara,
"Ntar ngantin?"
Tara hanya mengangguk sebagai jawaban, rasanya beda jika hanya raja yang ke kelasnya,beda jika tidak ada Darka dan agif.
Tara tersenyum, menetralisir suasana,
"Iyaa"
"Ya udah,sampe nanti"
Raja mengacak rambut Tara sebelum meninggalkan kelas cewek itu.
***
"Tara!!"
Suara yang tak asing itu langsung masuk ke gendang telinga Tara
Tara segera menoleh ke sumber suara
"Wee,gembel"
Tara membalas sapaan seraya berkata tos ria.
Tara menoleh ke arah raja sekilas,perbedaan sikapnya sangat drastis sekarang dan tadi saat hanya bersama raja,Tara tau itu.
"Ra,ngantin yuk,si raja kangen sama Tek ijum katanya"
Cerocos agif mengalihkan perhatian nya.
Mendengar namanya disebut sebagai  korban fitnah raja menoyor kepala agif.
Tara tertawa,
Dia tak punya teman cewek di sekolah ini,bukan tak punya hanya saja tak bisa akrab
Raja Alatas Mahaputra
Dia yang selalu ada,sejak SMP
Bilang saja teman akrab
Ghifari Brama Diharga
Dapet di SMA tak sekelas tak sejalan,tak se tempat,tak sehati,tak se alam:v
Melano Darka Aryawangsa
Anak IPA,cogan,OSIS,segala galanya
Mereka terbentuk karena raja,raja yang mudah bersosialisasi di lingkungan baru,membawa Tara ikut Serta di dalamnya.
***
Kantin ramai,penuh sesak dengan Kakak kelas
"Gimana mesennya?"
"Kalian duduk aja,gua yang mesen"
Darka langsung menerobos puluhan manusia di depannya
Sontak mereka memberi jalan,dan di saat seperti ini jabatannya sebagai cogan SMA praja bisa di manfaatkan sebagai efektif mungkin.
***
Lelah.
Lelah.
Lelah.

Lima belas menit lalu bel pulang berbunyi,tapi Tara belum juga meninggalkan sekolah.
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore,tapi yang ditunggunya tak kunjung datang,sekolah sudah seutuhnya kosong,hanya ada dia disini dan,orang itu walau ntah di sudut mana dia sekarang.
Matahari sore ntah mengapa semakin terik membakar kulit,suasana gersang tergambar jelas di tengah musim kemarau ini,Tara mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru sekolah,dan belum ada tanda tanda seseorang yang sedari tadi ditunggunya.
Tara menghela nafas kasar,tak ayal akhirnya dia memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Gerbang sudah dari beberapa menit lalu ditutup,Tara menarik roknya aga ke atas,bersiap untuk melewati pagar besi itu,
Drap
Drap
Drap
Langkah seseorang terdengar jelas dibelakangnya,dan dia tau pemilik langkah itu,tapi sudah tidak mempedulikannya.
Tara meloncat dari atas pagar setinggi tiga meter itu, langsung pergi meninggalkan pekarangan sekolah,tanpa menoleh sedikitpun kepada seseorang di belakang nya.
***
Tara berjalan tergesa Gesa, setengah berlari, berusaha secepat mungkin menghindari orang tersebut.
Lucu, sebenarnya terlintas dalam pikiran nya kenapa harus menghindar lagi?
Kenapa harus pergi
Kenapa harus marah?
Tara menoleh ke belakang,
Kini jaraknya sudah cukup jauh dari sekolah.
Tara menarik nafas dalam-dalam, menghirup oksigen sebanyak mungkin,dan kini dadanya terasa sesak,
Buka karena berjalan terlalu jauh.
Tapi,kesal,marah,jengkel.itu yang membuat Tara jengah untuk terus menunggunya,
"Bangsad"
Tara mengumpat
Dia sudah mulai terlihat di ujung jalan.
Kini dadanya kembali sesak, secepatnya memberhentikan angkutan yang lewat, berharap secepat mungkin sampai ke rumah.
***
Rumah sepi
Tara langsung masuk ke kamarnya, merebahkan diri, menetralisir kecamuk di dadanya.
Tara menghela nafas panjang,
Sebenarnya tak ada yang harus dia kesalkan
Toh tidak ada apa apa di antara mereka
Seharusnya dia tidak pergi dengan sikap begitu
Bukannya selama ini memang selalu begitu.
Tara merasa handphone nya bergetar,
Dilihatnya si pemanggil.
Batin Tara kembali sesak,saat tau siapa yang menelepon nya

"Iya,kenapa"
" "
"Gue sakit perut makanya pulang duluan"
" "
"Mana gue tau lo ada di situ,udah ah"
Tara memutuskan sambungan sepihak, seharusnya dia tidak marah, untuk apa,
Kan mereka hanyalah TEMAN.
"Gue benci lo"
Terlalu labil,
Terlalu bodoh,
Itulah yang dirasakan Tara atas dirinya sekarang,kenapa pula dia kesal tak jelas,
Memang penting?
Tapi tak ada ruang untuk berfikir sejauh itu saat ini,semuanya terasa sesak.
Memang seharusnya dari dulu dia tak mengikut sertakan hati dalam urusan ini.
Dia tak tau,apa yang akan terjadi jika semua temannya tau,akankah semua baik baik saja.
Entahlah, hatinya lelah, fisiknya lelah,bukan saat yang tepat untuk memusingkan diri sekarang.






Maaf ya gaes ga sempet update🙏
Besok besok lebih rutin ngecht update👌
Penasaran terus yaaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Merah jambu biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang