Menyadari dirinya tengah meneteskan air mata, Tasya langsung mengelap air matanya dengan tisu yang ada dihadapannya.
"Lo kenapa Sya?", tanya Airin terkejut melihat Tasya tiba-tiba meneteskan air mata.
"Bakso aku kepedesan. Aku pergi dulu", ucap Tasya dan pergi meninggalkan Airin begitu saja menuju rooftop.
"Perasaan gue, tadi dia kagak masukin saos atau sambal dah ke mangkok baksonya dan ini juga mangkok baksonya malah bening. Lo gak bisa bohongin gue Sya.", ucap Airin dalam batin sambil melihat mangkok bakso Tasya dan kembali memakan baksonya.
♨♨♨
Aku berlari menyusuri koridor kelas hingga akhirnya aku sampai ke rooftop. Di rooftop aku menangis sejadi-jadinya sebab teringat kejadian dulu yang membuat aku kehilangan ketiga sahabatku dan kehilangan sedikit rasa percayaku pada Tuhan.
"Kenapa lo?", suara Alif yang tak asing bagiku, karena pagi tadi aku telah mendengarnya.
Aku hanya diam menanggapi pertanyaan Alif dan mulai berhenti menangis serta mengelap sisa air mataku menggunakan tisu yang ku bawa.
"Nangis boleh, tapi jangan lama-lama. Hidup harus tetap berjalan, luka juga harus menghilang secara perlahan, kan ada Tuhan."
"Tuhan?"
"Iya, Tuhan. Lo punya Tuhan untuk tempat lo mengadu"
"Tadi kamu tanya aku kenapa kan?"
"Iya"
"Aku kayak gini karena Tuhan! Terus aku harus mengadu ke siapa?", ucap Tasya dengan nada suara sedikit keras lalu pergi menuju kelasnya, karena jam terakhir akan segera dimulai. Alif yang mendengarnya hanya diam saja mencoba untuk mencerna maksud gadis itu.
♨♨♨
Sebaiknya, sebelum aku ke kelas, aku ke kamar mandi terlebih dahulu merapikan penampilanku dan mengusap wajahku dengan air agar terlihat segar.
"Tasya!", teriak Ghina memanggilku yang hendak memasuki kamar mandi. Sontak membuat langkah kakiku terhenti dan membuat Ghina bersama teman-temannya menghampiriku.
"Sya, gue sama teman-teman gue minta maaf soal tadi siang yang udah ngatain lo ateis", ucap Ghina dan diiringi dengan uluran tangan dari dia dan juga teman-temannya.
Aku hanya diam, lalu akhirnya menerima uluran tangan Ghina dan teman-temannya, tanda aku sudah memaafkan mereka.
"Makasih Sya, gue sama yang lain ke kelas duluan ya, assalamulaikum", ucap Ghina lalu melangkahkan kakinya bersama teman-temannya menuju kelas dan akupun langsung memasuki kamar mandi.
♨♨♨
Selama perjalanan di koridor menuju kelas, teman Ghina yang bernama Dini masih saja membicarakan Tasya.
"Guys, tadi gue gak dengar si Tasya jawab salam Ghina. Apa gue budek ya?", ucap Dini kepada teman-temannya.
"Lo ngerumpi mulu dah! Kita kan tadi udah minta maaf sama Tasya. Udah, jangan ghibah mulu! Mau lo, makan daging sodara lo sendiri?", ucap Ghina memperingatkan.
"Tapi, sayangnya dia bukan sodara gue Ghin", ucap Dini dengan nada bercanda sambil mengangat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf v sebagai tanda perdamaian. Ghina hanya mendengus pelan melihat tingkah sahabatnya itu.
Tak berapa lama, kini Ghina beserta teman-temannya sudah berada di dalam kelas, begitupun dengan Tasya.
♨♨♨
Jam terakhir mata pelajaran Bu Aisyah pun di mulai, yaitu mata pelajaran matematika. Semua murid memperhatikan Bu Aisyah dan mengerjakan tugas yang diberikan Bu Aisyah setelah ia selesai menjelaskan materinya.
"Tasya, nanti bantu Ibu untuk membawa buku teman-teman kamu ke ruangan Ibu ya?", aku hanya diam mengangguk menuruti permintaan Bu Aisyah.
"Aku akan mengambil kesempatan ini untuk dekat dengan Bu Aisyah, seperti yang Pak Yusuf katakan tadi saat mengajar. Aku bisa menanyakan lebih rinci pada Bu Aisyah mengenai apa yang terus bergejolak di dalam batinku.", ucapku dalam batin.
♨♨♨
Hai, hai, hai 😊 Bagaimana dengan bagian kelima dari cerita ini? Apa yang ingin kamu sampaikan pada Tasya yang dengan tega menyalahkan Tuhan? 😥 Maaf ya untuk banyaknya kekurangan-kekurangan di dalam tulisanku 🙏
Tolong beri vote untuk tulisan ini jika tulisan ini baik menurutmu, beri komentar bermanfaat versimu untuk tulisan ini, bagikan cerita ini jika baik untuk dibagikan menurutmu dan jangan lupa follow akun aku @alsavatan untuk mendapatkan notifikasi dari cerita ini selanjutnya yaa 😊
Salam dariku,
Alsavatan
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencarian Jiwa
SpiritualPutri Anastasya, murid baru SMA Langit Jakarta yang dianggap aneh teman sekelasnya. Bukan hanya karena dia suka menyendiri, tapi juga karena mukanya yang dingin, tidak banyak bicara dan sangat kritis sekali ketika membahas tentang agama dan juga Tuh...