Bagian 5

36 3 0
                                    

Pukul 05.30 Rain terbangun karena kucing kecil itu membangunkan Rain, kucing itu mengusap wajah Rain dengan kakinya yang mungil.

"Eh iya kucing kecil elu belum gue kasih nama ya ?'', ucap Rain dalam dirinya sendiri sambil memikirkan nama apa yang cocok untuk kucing kecil ini.

"Emm.. gue kasih nama elu siapa ya ?, aha.. Ucrit! nama kamu Ucrit aja ya kucing kecil .'', ucap Rain senang karena menemukan nama yang cocok untuk kucing kecilnya itu. Lalu ia bergegas untuk mandi dan siap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Rain mengayuh sepeda kesayangannya itu untuk berangkat ke sekolah, ia sangat semangat karena ia akan bertemu dengan Vano sang pujaan hatinya. Sesampainya di sekolah, ia bertemu dengan Sari di lorong.

"Sar, lo tau gak ? '', ucap Rain.

"Enggaklah Rain, kan lo belum kasih tau gue .'', balas Sari dengan ketidaktahuannya.

"Semalam Vano chat gue .'', ucapnya Rain dengan menggebu – gebu dan senyum lebar yang terus terpatri di bibir merah mudanya.

''Oh yaa? Emang chat apa Rain ?'', balas Sari yang kepo.

"Dia nanyain tugas mulu yang buat kelompok itu loh, terus gue jawab dong. Abis itu dia bilang maksih, terus gue bales sama – sama. Udah. Abis itu kagak dibales .'', ucap Rain dengan tertunduk lesu.

"Yaelah Rain, ini masih awal. Lo harus perjuangin dia, buktikan kalo lo emang sayang sama dia .'', Sari menepuk pundak Rain pelan memberi semangat pada Rain.

"Ahhh.. lo, emang temen gue yang paling baik. Do'a in ya biar gue bisa rebut hati Vano, nanti kalo gue bisa, gue akan traktir lo bakso deh '', ucap Rain dengan semangat membara.

"Ashhiiappp .'', balas Sari dengan mengacungkan kedua ibu jari tangannya.

Di kantin jarak tempat duduk Rain dengan Vano cukup dekat. Hanya menyisahkan satu meja kosong, sehingga membuatnya dengan mudah memperhatikan Vano. Vano yang sedang asik mengobrol dengan teman – temannya di kantin, padahal ia sudah memesan satu mangkok mie ayam namun hanya ia aduk – aduk aja, karena fokusnya teralihkan oleh senyum manis Vano bak jajan rambut nenek.

"Eh, Rain Sar, duluan ya gue cabut dulu .'', ucap Vano yang pamit pada Rain dan Sari.

"Eh, iya Van .", balas Rain dengan senyum merekah diwajahnya, padahal nanti juga bertemu di kelas.

Waktu pulang sekolah, Rain bertemu dengan Vano di gerbang, terlihat Vano tidak membawa sepeda motor dan seperti menunggu bis datang, dan tanpa basa basi Rain segera menghampiri Vano dengan langkah lebarnya yang tak seberapa.

"Eh, Sar gue pamit dulu yaa. Daahhh .'', pamit Rain dengan buru – buru.

Dengan langkah cepatnya akhirnya Rain sampai dan duduk disebelah Vano dengan senyum lebarnya.

"Eh Rain, ngapain ? nunggu bis juga?'' tanya Vano pada Rain.

"Enggak Van, gue lagi nunggu jemputan .'', alibinya.

"Tumben ? nggak bawa sepeda lo ?'', tanya Vano.

"Sepeda..aaaa emm.. bannya bocor, iya bannya bocor. Jadi gue dijemput deh .'', balas Rain dengan gugup karena sedang mencari alasan agar tidak ketahuan kalo lagi bohong.

"Oh gituu, yaudah Rain gue duluan ya, bisnya udah dateng tuh .'', ucap Vano tanpa basa basi ia langsung masuk ke dalam bis.

"Yah, Cuma gitu doang pamitnya, apa kek apa gitu yang laen. Hmm .'' batin Rain dengan wajah sebal.

Buru – buru Rain pergi mengambil sepedanya yang ia tinggal di parkiran. Tanpa babibu Rain mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Tak lama sepedanya sangat berat, Rain pun berhenti dan turun untuk melihatnnya.

"Kok berat sih ?'', gumam Rain. Tanpa pikir panjang Rain melihat sepedanya, dan ternyata ban sepeda belakang Rain kempes.

"Ah, sial gara – gara gue bohong sama Vano, ban sepedanya jadi kempes beneran deh .'', gumam Rain dengan wajah cemberutnya.

Dan dengan terpaksa Rain mendorong sepedanya untuk mencari tukang tambal ban, namun tidak ketemu. Karena kecapekan ia istirahat sebentar di mini market untuk membeli minum dan beberapa snack untuk mengisi perutnya yang terasa lapar.

"Ternyata bohong demi kebaikan itu gak ada ya .'', ucap Rain sambil dengan wajah lesunya.


NEXT YOO
TERIMAKASIH YANG UDAH BACA ;)

SEUTAS HARAPAN (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang