Zara merapikan rambutnya di depan cermin, lalu melirik ke arah Salsha yang sedang sibuk dengan handphone bututnya.
“Sal, hidung gue kok ada lubangnya, ya?” tanya Zara seraya menatap hidungnya di cermin lalu memencetnya pelan.
Mereka sedang berada di toilet sekolah hanya sekedar untuk cuci muka yang mereka rasa agak kusam, karena harinya sudah siang.
Salsha melirik ke arah Zara dengan tatapan sulit diartikan, kemudian menaruh handphone bututnya ke saku seragamnya. “Ya ampun Zaraaa, kalau hidung lo gak punya lubang, gak bakalan bisa napas lo!” Salsha mencubit pipi Zara gemas.
Zara hanya ber-oh ria sambil sesekali melihat hidungnya. Salsha hanya bisa terkekeh pelan kemudian menarik tangan sahabatnya keluar dari toilet tersebut. Zara hanya mendengus pasrah ditarik-tarik seperti kucing garong.
***
“Menurut buku yang gue baca, ciri-ciri dari kelakuan Zara itu gak oon, tapi bego.” Ayu membenarkan letak kacamatanya kemudian menarik hidung Zara pelan.
Zara mendelik tajam ke arah Ayu. “Enak aja lo ngatain gue bego! Gue ‘kan, cantik,” ucap Zara seraya mengibaskan rambutnya ke depan wajah Ayu, Ayu hanya bisa menahan napas karena aroma shampo yang dipakai Zara membuat dia mual. Karena memang Ayu kurang suka dengan aroma mint yang melekat di kepala Zara.
Ayu hanya diam sambil kembali membaca bukunya membuat Salsha heboh sendiri.
“Ayuuuuuu, udah deh gak usah diladenin yang namanya Zara ini, udah tau oon, malah ngatain bego.” Zara mendengus mendengar ucapan Salsha. Kemudian Salsha diam dan mengambil handphone butut kesayangannya.
Ayu melirik kedua sahabatnya secara bergantian, Salsha dan Zara memang banyak memiliki kesamaan, hanya saja Salsha tidak oon seperti Zara. Tapi dengan kecantikan Zara, dapat menutupi sifatnya yang oon. Ayu hanya bisa menggelengkan kepala menatap kedua sahabatnya yang biasa adu mulut itu.
***
Rio menghempaskan tubuhnya kasar ke atas ranjang UKS, mengistirahatkan badannya yang terasa remuk, setelah melaksanakan hukuman lari 10 putaran di lapangan upacara, karena telah bermain uno di kelas bersama kedua sahabatnya. Ia hanya sendirian di sini, tidak tahu kemana kedua sahabatnya, mungkin mereka sedang ke kantin untuk membeli minuman. Rio sudah sangat lelah, merasa tak berdaya jika harus berjalan ke kantin.
“Woiiii, brooo!” Aldhi dan Kiki masuk dengan heboh seraya duduk di ranjang yang menjadi tempat Rio berbaring, Rio meringis karena lutut Kiki menghantam kakinya pelan.
Aldhi mengeluarkan sisir andalannya dari dalam saku seragamnya, kemudian menyisir rambutnya perlahan. Lalu menyerahkan kantong kresek ke arah Kiki. “Ki, nih kasih ke Rio, gue mau ngerapihin rambut gue yang cetar ini dulu,” pinta Aldi seraya berjalan menuju cermin yang ada di dalam UKS. Kiki menerima kresek tersebut dan menyerahkannya kepada Rio.
Rio menerima kresek tersebut, kemudian menatap Kiki dan Aldhi secara bergantian. “Kalian nggak ngerasa capek abis lari?” tanya Rio menatap keduanya dengan tatapan bingung, karena melihat keduanya merasa biasa saja sehabis dihukum lari 10 putaran di lapangan paling besar di sekolahnya, kemudian meneguk minuman yang diberikan Aldhi dan Kiki dari kresek tadi.
Aldhi berjalan mendekat ke arah Rio, sedangkan Kiki memilih duduk di sofa tunggu sambil memakan camilan yang ia beli di kantin.
“Yo, lo gak sadar apa? Gue sama Kiki ‘kan, bentar-bentar jalan, bentar-bentar lari. Gak kaya lo, yang lari terus, ya gak, Ki?” ucap Aldhi lalu melirik Kiki meminta persetujuan. Kiki hanya manggut-manggut sambil terus memakan camilannya.
Rio hanya mengulum senyum kemudian memejamkan matanya.
“Lah, ini anak tumben keliatan capek banget, biasanya santai-santai aja, apalagi kalau masalah gangguin Zara, gak pernah ada capek-capeknya,” ucap Kiki pelan sambil berjalan keluar membuang sampah-sampahnya.
Mendengar nama Zara, Rio langsung membuka matanya lebar, dan duduk secepat kilat. Dia berpikir sejenak kemudian turun dari ranjang UKS menuju sahabatnya yang duduk di sofa tunggu. “Hari ini kita belum gangguin Zara, Ayu, sama Salsha, ‘kan?” tanya Rio diangguki oleh Aldhi dan Kiki.
Aldhi mendelik sekilas ke arah Rio. “Eh, kok bawa-bawa Salsha sama Ayu, sih. ‘Kan, biasanya lo doang yang paling semangat gangguin Zara,” ucap Aldhi.
“Eh, tapi gue kangen juga sih, sama Ayu.” Kiki mengembangkan senyumnya sambil menatap ke atas langit-langit UKS dan mulai membayangkan Ayu yang sedang membaca buku.
Rio berdiri sambil menarik kedua tangan sahabatnya, membuat lamunan Kiki buyar. “Ayo, ke kelas mereka, lagian sebentar lagi istirahat ke-2, jadi lebih gampang nyari mereka bertiga.”
***
Bel berbunyi menandakan jam pelajaran telah usai dan tergantikan dengan jam istirahat. Zara, Ayu, dan Salsha bergegas keluar kelas untuk menuju kantin, karena daritadi perut Salsha sudah berbunyi tidak jelas. Saat berjalan menuju pintu kelas, kaki Salsha dan Zara tersandung sesuatu membuat keduanya tersungkur ke lantai, kemudian terdengar suara tawa dari dua makhluk yang sangat mereka kenal.
Salsha biasanya langsung marah jika diperlakukan seperti itu, tapi berbeda, kali ini Zara yang angkat bicara. “Lo berdua bisa gak, sih, sehari aja gak usah naruh kaki di situ, ‘kan gue sama Salsha gak liat, jadinya kesandung.” Salsha menepuk jidatnya mendengar penuturan Zara yang kelewat oon tersebut, apakah Zara tidak mengerti bahwa kedua makhluk tersebut sengaja? Karena hampir tiap hari kejadian ini terulang. Padahal mereka berdua tidak tahu, mereka salah apa, sampai-sampai dua makhluk tersebut seringkali mengganggu mereka. Kemudian Salsha menarik tangan Zara, diikuti oleh Ayu. Daritadi Ayu hanya diam, karena pada dasarnya Ayu ini akan berbicara jika merasa sudah saatnya ia berbicara.
“Zara, menurut buku yang gue baca, kejadian yang hampir tiap hari keulang itu bukan hal yang wajar, mereka berdua itu sengaja,” ucap Ayu sambil mensejajarkan jalannya dengan Zara dan Salsha.
Zara melirik Ayu sekilas, “Masa, sih, yaudah, gue gak peduli.”
Ayu dan Salsha hanya mendengus mendengar jawaban Zara. Selain oon, Zara ini juga keras kepala.
Mereka bertiga pun melanjutkan jalannya ke arah kantin, untuk menikmati makan siang yang daritadi tertunda karena ada sedikit perdebatan.
Dua makhluk tadi adalah Thifa dan Cassandra, teman sekelas Zara. Awal masuk sekolah mereka biasa saja, tapi semenjak Rio dan Aldhi, kakak kelas yang digemari keduanya sering mengganggu Zara dan Salsha, membuat mereka tidak menyukai Zara dan Salsha.
***
To Be Continued
Assalamualaikum, terimakasih udah mau mampir diceritaku, maaf kata-katanya masih berantakan, karena memang pada dasarnya aku kurang jago dalam hal merangkai kata. Semoga kalian suka yaa. 🥰
-Putri Alicya Damayanti
KAMU SEDANG MEMBACA
My Oon Girl
Non-FictionEntah kenapa, seorang Rio orang paling ganteng, keren, dan kece di sekolah suka banget deketin dan gangguin Zara yang oonnya minta ampun itu. Bikin Zara jadi bahan bully-an oleh Thifa dan Cassandra teman sekelasnya. Tapi emang dasar Zaranya oon, dia...