#2 Satu Malam di Gultik

24 0 0
                                    

note :

maaf ya kalo gue gak konsisten di part 1 pake gue disini malah pake aku.

seterusnya bakal pake kata pengganti aku atau nanti ada author pov

selamat membaca :)


-----

"Maksud lo apansih Sel?" Labrakku ketika baru aja menginjakan kaki di kamar kostan Uus.

"Lo gila ya ngorbanin diri sendiri demi gue?"

Setelah sadar dari kagetnya karena aku mendobrak pintu, lalu memutuskan free call nya dengan ceweknya, Ansel pun bangun dari posisi tiarapnya.

"Eh pede bgt dah lu orang gue beneran gaenak badan! Yeee Karen pede gila dah lu"

"Ah intinya mah makasih banyak ya Sel, lo bener-bener nyelametin hidup gue banget!" kataku sungguh-sungguh sambal megangin tangan si Ansel.

"Lebay banget sih udah slow aja!"

Karena kayanya si Ansel gak mau aku ganggu lebih lanjut, akupun lebih memilih untuk merebahkan diri di Kasur uus yang sebenernya jauh dari kata empuk.

"Tapi sumpah makasih banyak ya Sel. Tapi karena bantuin gue, lu bakal praktek ulang dong?" Ingatku tiba-tiba

Sambil tetap memandang hpnya, Ansel berkata "Gapapa Ren, yang penting lo bias ikut praktek"

Hatiku menghangat seketika. Entah karena apa.

Mungkinkah karena perkataan Ansel barusan? Mungkin saja.
jujur saja, terlalu banyak berfikir setelah praktek kimia benar-benar membuat ku pusing dan mual sekarang ini.

Di kamar Uus, sekarang sudah kumpul kami berlima.
Aku, Davi, Emir, Uus, dan Ansel. Seperti biasa, kami cabut buru-buru dari kampus supaya tidak ikut ngumpul dengar senior yang tidak jelas arah dan tujuannya. Kami hanya tidur-tiduran sambal mendengar lagu dari speaker Uus. Kamar ini benar-benar sudah seperti kebakaran sekarang, asap rokok dan vape sudah bergerumul dalam kamar ini karena mereka ber-4 merokok dalam kamar. Bayangkan!

"Woy gedein dong lagunya!" Davi ini senang sekali berteriak. Mungkin terselip kata 'bacot di nama tengah nya.

"Kasih makan biar gede" Itu celetukan Uus.

"Gabut nihhhh 45 yuk sekali gue mau beli kapas nih!" Usul Davi dan masih dengan suara besarnya. Tidak ada dari kami berempat yang menjawab ajakan Davi itu. Karena seujujurnya, kami berempat sudah bosan nongkrong disana karena hamper setipa hari hanya disanalah kami berdiam diri sampai malam hari.

"Eh BL lah yuk, dah lama nih" usul Emir tiba-tiba. Kami berempat dengan serentak menoleh ke Emir. Sebuah ide bagus yang langsung disetujui olehh kami semua. Yaaa walaupun aku tidak bisa bermain billiard, setidaknya tidak bosan-bosan amat berdiam diri di kamar Uus yang sudah ngebul ini.

Bertemen dengan cowok tidak lah selamannya simple. Akulah yang sudah siap paling pertama untuk pergi lengkap dengan sepatuku. Namun, keempat teman ku itu sangat lama pergerakan rapih-rapih dirinya. Entahlah itu memakai pomade –walaupun mereka botak karena masih maba–, atau mencari liquid vape yang entah hilang kemana. Benar-benar lelet!

Dan Jakarta di jam pulang kerja adalah seburuk-buruknya Jakarta buatku. Karena benar-benar macet sekali bahkan dalam gang. Semua orang seperti berloma-lomba untuk lebih dulu membawa mobil mahal mereka dijalanan yang sempit ini. Dan kami membutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke blok-m yang seharusnya dapat ditempuh hanya 30 menit saja.

Begitu sampai di tempat BL, kami langsung membooking meja untuk 2 jam dan aku langsung duduk di kursi yang disediakan sedangkan keempat temanku yang lainnya langsung berebutan memilih stick yang bagus bahkan harus sampai berantem.

Not in That WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang