Aku menatap Bagas yang sedang memeletkan lidahnya padaku setelah dia menyandung kakiku dan membuatku jatuh dengan posisi memalukan. Aku mencoba berdiri untuk membalasnya, tapi sialnya kakiku merasa ngilu luar biasa. Dasar Bagas berengsek, dia membuat kaki indahku terkilir.
"Ck, udah gue bilang beberapa kali sama lo bukan?? Jangan berurusan dengannya lagi" celetuk Aldey seperti nenek-nenek sambil membantuku berdiri.
Aku mendengus kesal "Hey nek, gue juga ngga mau berususan sama laki-laki kayak dia. Hanya saja dia membuat masalah dan mencoreng harga diri gue yang berharga" balasku sambil berjalan tertatih-tatih
Aldey memutar matanya malas "Memangnya apalagi yang dia perbuat?"
"Dia memfitnah gue berbuat curang dan menjadi provokator disana, membuat seluruh orang disana percaya padanya begitu aja tanpa tahu yang sebenarnya. Bagas memang sialan!!" makiku kesal sekali sampai-sampai rasanya asap mulai keluar dari lubang telingaku, Aldey hanya menghela nafasnya lelah.
Saat kami berdua menginjakkan kaki di lantai 2 tiba-tiba saja Aldey mencengkram tanganku dengan kuat, membuatku memandangnya penuh Tanya "Ada ap-"
"Jalan terus dan jangan menoleh sedikitpun" ucap Aldey memotong pertanyaanku, karena aku tipe anak yang tidak mau mendengarkan orang lain aku tolehkan kepalaku dan benar saja mataku bertemu tatap dengan mata bewarna hitam pekat yang membuatku terasa aneh?? Awalnya kupikir dia hanya menatapku biasa, tapi tatapannnya seperti mencoba masuk ke dalam pikiranku. Setelah cukup lama kupikir dia akan mengalihkan padangannya, tapi sepertinya aku salah dia masih terus bertahan dan sekarang aku mulai merasa tak nyaman.
Hentakan keras pada lengan kiriku membuatku kembali tersadar dan menoleh kearah Aldey yang menatapku tajam. Lalu, kami melanjutkan jalan yang sempat tertunda beberapa detik itu.
"Udah gue bilang jangan noleh, kenapa lo sangat keras kepala sekali si?" Tanya Aldey gemas pada sifatku yang ngga berubah ini.
"Jangan salahkan gue, lo yang bikin gue penasaran" balasku tidak ingin disalahkan, Aldey hanya memutar matanya jengah.
"Intinya jangan sesekali lo dekat sama dia, tau kan rumor yang sudah beredar tentangnya?" Tanya Aldey sambil melototiku, aku hanya mengangguk malas mengiyakan. Soalnya Aldey tidak akan berhenti menuntut sampai apa yang dia mau tercapai, sebenarnya agak menyebalkan juga.
Kuberi info sedikit tentang laki-laki tadi, dia bernama Gama. Seorang laki-laki berumur 16 tahun, dia sangat pendiam dan tidak bergaul pada banyak orang. Banyak yang bilang dia aneh, cupu, sixsenth, dan lebih parah lagi ada yang bilang bahwa dia punya penyakit kejiwaan Eww? Dapat rumor dari mana mereka semua itu?
Aku bukan membelanya hanya saja Aku memang tidak tahu harus menanggapi rumor yang mana, karena Aku sama sekali belum melihat dengan mata kepalaku. Tapi, saat bertatapan dengannya tadi sedikit membuatku waspada.
"Hmm gue tau, tapi ada yang aneh sama dia tadi" balasku setelah sampai di depan pintu kelas
"Hei, dia memang aneh bukan??"
Aku langsung menggeleng tak setuju "Bukan itu, gue merasa dia mencoba masuk ke dalam pikiran gue"
"Gue nggak peduli, duduklah sekarang di tempat lo" suruh Aldey dengan dengusan yang menganggu pendengaranku, Aku duduk dengan mencebikan bibir sexyku.
"Hentikan bibir lo itu atau dia akan menembus papan tulis di depan" celetuk Genna sambil mengunyah bubble gum kesukaanya.
"Mungkin bisa menembus dinding juga dan mencium cowok tampan di kelas sebelah" celetukku asal dan langsung mendapat toyoran sayang dari kedua sahabatku ini, Aku menatap mereka bergantian dengan sebal, ada apa si dengan mereka?
"Anak ini abis terbentur dimana deh?? Suka ngawur kalo ngomong" Tanya Genna sembari kepalanya geleng-geleng, Aldey langsung nyerocos begitu lancar menceritakan perihal terjatuhya aku di tengah lapangan dengan indah.
Genna tertawa setelah Aldey selesai menceritakan dongeng jelek tadi, dia menatapku geli "Astaga, anak ini tak pernah berubah sama sekali"
"Bukan begitu , apa kalian akan berdiam diri saat harga diri kalian terluka??" tanyaku mencoba membela diri, mereka menggeleng bersamaan "Nahhh, karena harga diriku terluka makanya aku berniat menjahilinhya tadi. Tapi, kurasa aku sedang sial hari ini karena dengan cepat dia berkelit dan menyelengkat kakiku hingga menjadi bengkak seperti Talas" lanjutku sedih
Genna dan Aldey langsung tertawa terbahak-bahak tanpa ada rasa iba sedikitpun, mereka memang sangat senang melihatku menderita seperti ini. Huuuhhh, teman jahat.
Tiba-tiba saja sebuah permen cokelat favoritku berada di depan wajahku "Nih, buat lo" ujar Genna dengan senyum manisnya
"Ngga mau, kalian pikir dengan memberi gue satu permen coklat bisa memaafkan sikap kalian??" tolakku jual mahal, mendengar itu Genna dan Aldey menatapku mengejek.
"Yakin?? Yasudah terserah, mending gue makan" balas Genna mencoba memancingku, Aku meliriknya sinis. Genna mulai membuka bungkus cokelat tersebut dan tanpa aba-aba Aku langsung merebut dari tangannya, lalu melahapnya begitu saja .
Ahh~ manisnya.
"Menggelikan sekali" ujarnya geli, Aku segera menulikan pendengaranku dan mengalihkan tatapanku kearah lain. Namun, entah kenapa kali ini Aku tidak bisa memblock suara Aldey yang sedang membicarakan Cowok aneh itu.
Aku jadi teringat tatapan matanya yang sangat gelap itu, Aku merasa ada sebuah cahaya di baliknya.
*
*
*
Clear.