"Iya kak, kita masih nunggu Pak Soleh buat jemput."
"Pak Soleh ga bisa jemput, kalian bisa kan naik taksi."
"Kenapa? Bukannya Ayah bilang kalo Pak Soleh yang bakalan jemput kita?"
"Pak Soleh lagi nganterin Oma sama Opa ke Puncak."
"Bukannya acaranya minggu depan?"
"Engga jadi, acaranya jadi besok nyampe minggu depan."
"Yaudah, kita berdua naik taksi."
Aditya memutuskan panggilannya bersama Shanin.
"Kenapa?" Tanya Adinata yang berdiri disamping saudaranya.
"Pak Soleh ga bisa jemput, kata Kak Shanin, Pak Soleh lagi nganterin Oma sama Opa ke Puncak."
"Loh bukannya acaranya minggu depan? Terus kenapa jadi dipercepat?"
Aditya menggeleng. "Enggak tau, terus Kak Shanin bilang kita suruh pulang cepet buat beresin barang."
Adinata menghela nafasnya lelah. "Terus kita bakalan ijin lagi gitu? Baru juga sehari sekolah udah ijin lagi."
"Tenang aja, kita pasti naik kelas kok. Kita kan anak donatur sekolah."
"Ya ga bisa gitu dong, itu namanya ga adil sama yang udah belajar tiap hari."
"Lagian bukan cuma kita, lu lupa Arkan sama Rahman juga bakalan ikutan ijin. Kan mereka sama-sama sodara kita anaknya Tante Ranha sama Om Rafi."
"Iya juga sih, tapi-..."
"Udah ah, lu kebanyakan mikir. Ayo, taksinya udah ada, jangan banyak ngelamun entar lu kesambet."
Aditya dan Adinata berjalan untuk menaiki taksi yang telah Aditya pesan sebelumnya.
Butuh waktu selama dua puluh lima menit untuk pulang ke kediaman Pranaja, karena jalanan cukup macet hari ini tidak seperti biasanya.
"Kita pulang.." Kata Aditya sambil menyimpan sepatunya di rak yang ada didalam rumah.
Diikuti oleh Adinata yang ikut memasuki rumah setelah sebelumnya menyimpan sepatunya di rak yang sama dengan Aditya.
Cantika datang sambil tersenyum dikedua tangannya terdapat dua buah tas yang tidak terlalu besar. "Siap-siap gih, kita berangkat malam ini ke Puncak."
"Kenapa acaranya jadi dipercepat Bun?"
"Ga tau Oma sama Opa mintanya dipercepat."
Aditya dan Adinata melangkah menuju kamar mereka untuk membereskan semua keperluan mereka masing-masing.
"Nat lu bawa celana pendek ga?"
"Ya enggak lah, lu gila kali ya di Puncak pake celana pendek. Kan lu tah gimana suhu udara disana."
Aditya tersenyum. "Iya, gue lupa. Terus lu bawa apa aja?"
"Gue? Gue bawa sweater, hoodie, celana training, celana jeans, sama jacket."
"Lu ga bawa kaos?"
"Bawa cuma tiga biji, nanti kalo gue butuh gue bisa minjem ke Arkan atau Rahman, ke lu juga bisa."
Aditya mengangguk. "Okay deh."
"Obat lu jangan lupa di bawa." Kata Aditya yang sedang membereskan keperluannya.
"Oh iya, bentar gue ke bawah dulu tanyain ke Bunda."
Adinata berlari ke lantai bawah untuk bertemu dengan Bundanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADINATA ✔ [TERBIT]
Fiksi Penggemar[Beberapa Part Di Hapus untuk Keperluan Penerbitan] Namanya Adinata Putra Pranaja yang memiliki kekurangan. namun semua anggota keluarganya tidak mempermasalahkannya. Semua anggota keluarganya sangat menyayanginya, melebihi apapun. Namun dalam sebua...