Pertemuan

3 1 0
                                    







—-
"Seluruh peserta harap ke lapangan sekarang, karena kita akan melakukan kegiatan perkemahan"- hufttt pak Hjjarjo yang sudah menyuruh anak-anak segera kelapangan.


Para panitia menggiring adik kelasnya untuk segera ke lapangan.


Sebetulnya panitia kemah diambil dari beberapa sub organisasi yaitu, osis, opk, tks, pramuka dan juga tim medis (PMR).

Hari pertama perkemahan ini akan di mulai dari beberapa games ringan, sekalian menunggu makan siang. Para peserta pun kini berada di tengah-tengah lapangan yang dibagi menjadi 2, laki-laki dan perempuan.


Kini langit sudah tampak gelap, suhu ibukota terasa begitu dingin dikala malam hari. Hujan deras mengguyur tempat ini, semua orang berada di dalam tenda menghangatkan badan di bawah butiran air hujan dan dingin yang teramat menusuk.

Resya dengan tangan yang dimasukkan ke dalam jaket karena kedinginan, namun ia harus menguatkan diri karena kini dia harus menahan rasa sakit. Sebab ia dan tim medis lainya tak boleh sakit, nanti siapa yang akan mengobati jika ada yang terluka.


Drtt drttt



Notif masuk dari grup panitia

"PMR ke tenda tks sekarang, gue sakit bawaain gue obat"- Mara tks yang ya bisa dikatakan dia juga cogan (cowok ganteng).

Semua mata saling bertatap, para tim medis saling bersaut
"Siapa yang mau kesana?" Dina- ketua PMR

Semua saling tunjuk, karena tak ada yang mau, bagaimana tidak tanah begitu lengket usai di basahi hujan membuat orang-orang enggan untuk keluar tenda. Namun gadis itu mengangkat suara.


"Siapa yang mau ikut gue? Atau gue sendiri?"- Resya yang sudah sigap dengan tas p3k nya itu.


Semua terdiam, "yaudah gue ikut lo deh sya" sahut Dika yang sudah berdiri.
Mereka pun lantas keluar tenda dan menuju tenda TKS yang berada diujung lapangan.

Anjir jauh banget taek gumam Resya yang sembari memegang senternya.

Tak lama mereka sampai, Dika segera membuka pintu tenda itu yang dibelakangnya diikuti Resya.

Deg, perasaan apa ini



"Cowok itu" gumam resya, kaget melihat cowok yang sedari tadi ia cari-cari ternyata seorang TKS, pantas saja Ia takut saat melihat wajah cowok itu dengan tampang yang innocent.


"Res ayo masuk diem aja lo, mau diluar terus" dika yang menyenggol lengannya memberi aba-aba untuk segera masuk ke dalam.

Terlihat 2 orang cewek yang sedang ber sua foto di samping cowok yang Resya tak ketahui namanya itu. "Ganjen" apa lagi ni, Resya nampak begitu kesal, perasaannya kini tak karuan.

"Eh gue minta obat dong"- mara yang tengah tiduran disamping Resya.


"Bentar gue catet dulu ya mar," resya membuka buku diagnosis. Dan menulis Pusing terkena air hujan.

Lantas Mara yang menoleh ke buku itu protes
"Jangan kayak gitu, ganti aja yang keren dikit apa" mara

"Terus apa"

" kan lu sendiri bilang kalo lu tadi ga pake topi pas ujan, ya berarti lu pusing karena ujan. Makannya lain kali kalo ujan kepalanya tutupin biar ga pusing. Minum paracetamol aja terus istirahat" hufttt Resya bawel bukan? Seperti itu lah Resya. Walaupun ia sedang berbicara pada Mara tetap saja matanya tertuju pada wujud disampingnya itu.

Tatapan mata cowok itu membuat jantung Resya tak karuan, Resya yang sedang berusaha keras untuk tak salah tingkah, dan tersenyum tanpa sadar.

"Tuh dengerin makannya hello kitty kalo ema gue ngomong", Dika yang seperti lengket dengan Mara itu. Yap karena mereka satu kelas.

Cowok itu pun tak berkata-kata saat melihat cewek didepannya berbicara dengan sangat banyak.

Anjir nih cewek ko bacot ya, gumam cowok itu

Dika dan Resya pun beranjak dari situ, namun langkah kaki Resya pun terhenti saat ingin keluar. Tangan Resya sudang memegang pintu tenda lalu langkah kakinya berputar mencari sumber suara.


" eh"

Deg, aduh perasaan apa lagi ini gumam Resya yang memegang dadanya yang berdegup tak karuan.

"Iya" Resya pun menoleh ke arahnya.

"Gue boleh minta obat?" cowok itu yang juga menunjuk lukanya di bagian perut.

Huhhh kenapa harus nunjukin bagian itu sih, gumamnya. Cewek yang disamping itu tetap fokus pada handpone nya.

"Hah iya"- Resya yang tersadar dari gumamnya.
Ia pun memberikan obat betadine yang sudah ia keluarkan. Tapi

"Nih, pake sendiri ya, gaenakkan kalo gue yang obatin," Resya dengan muka malu-malunya sebab itu bagian terlarang menurutnya.

Tak ada sepatah kata apapun yang keluar dari mulut cowok itu.

Omg,

"Makasi ya" cowok itu memberi obatnya pada Resya.

"Sama sama, nama lu siapa? Soalnya mau gue catet di buku diagnosis" yuhuu, jurus andalan yang tak tau dari mana Resya dapatkan. Nasib bagus yang ia dapatkan malam ini, sedari tadi ia mencari tahu cowok itu akhirnya kini dia tau namanya.

"Dane"
"Dane Stevtriot" lanjutnya dengan tatapan yang tak bisa Resya artikan.

"O-oh iy-aa, Dane" . Huh Resya bisa saja akal akalannya.
"Nanti kalo masih sakit ke tenda posko aja ya, minta sama anak PMR buat diobatin biar ga infeksi, biar cepet sembuh dan"-Resya yang lagi-lagi seperti ibu-ibu.


Kini Resya kembali ketendanya. Perasaannya kini benar benar tak karuan dan ia bingung mengartikan perasaannya saat ini.
Tidak mungkin bukan?
Tidak mungkin,
Masa ia jatuh cinta dengan cowok jutek, dingin itu. Yang mukanya flat kayak teras rumah.(flat:datar)

Nooooooo, teriaknya tanpa sadar orang orang di sekitar Resya menoleh kearahnya.

"Kenapa res"

"Lo kenapa res"

"Kesabet lo"

Wah mereka sepertinya kilat, bertanya tanpa henti.

" heh? Engga-engga. Gapapa kok"

Resya pun beranjak pergi dari teman-temannya. Dan kini ia sedang melonjorkan badannya dengan menatap bintang yang indah. Ternyata setelah hujan yang begitu deras tadi muncul bintang yang begitu indah untuk dilihat.


Ga mungkin kan gue suka sama lo dan







Waseuppppppp gaissss!!!!!
Semoga cerita ini bisa yu dengan segenap hati dan jiwa raga kalian yaa:))
Memberi kesan yang baik di hati para pembacanya, terimakasih banyak para Riders❤️tetap temani Resya sampai akhir ceritanya yaaa teman-teman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang