two.

4.7K 486 19
                                    

H I G H N E S S



Sinar matahari masih belum ingin menampakkan dirinya tetapi Eleanor sudah beranjak dari ranjangnya sambil memandang jendela di kamarnya. Hari ini merupakan hari terpenting bagi hidupnya dimana dia akan mengambil sumpah ratunya. Semalaman ia telah merapalkan sumpahnya tetapi hal itu tidak mengurangi rasa gugupnya.

"Ah aku bisa gila, kenapa hanya mata Hazel itu yang dipikaranku." Umpat Eleanor sambil bermondar-mandir di kamarnya

Semalaman ia masih memikirkan sang pemilik mata Hazel dengan tampannya yang mengintimidasi seluruh istana. Ayolah siapa yang tidak tertarik dengan pemuda Ainsworth itu, seluruh istana bahkan dapur pun memperbincangkan pemuda bersurai cokelat tersebut bahkan dalam batin Eleanor sendiri, terlebih sekarang pria tersebut tinggal di sebelah kamarnya. Sebenarnya bisa saja Jeffrey tidur bersama pengawal yang lain di kamar bawah tetapi Perdana Menteri setidaknya ada satu dari mereka untuk tetap dalam jangkauan dengan ratu mengingat kejadian pembantain beberapa hari yang lalu, dan tentu saja Jeffrey lah yang harus disana karena dia merupakan pimpinan dari pasukan khusus tersebut.

Tok tok..

Lamunan Eleanor akan Jeffrey pun buyar ketika Eliza, Sang Kepala Rumah Tangga Kerajaan masuk ke kamarnya sambil membawakan nampan berisi teh chamomile sarapan.

"Yang Mulia, ada apa gerangan yang membuat anda terbangun ? ini masih terlalu pagi." Ujar Eliza sambil menuangkan teh ke cangkir Eleanor.

"Eliza, aku sangat gugup akan pengambilan sumpah ku hari ini, aku takut saat aku berjalan ke arah sang uskup kakiku akan tersandung jubahku nantinya atau bahkan lebih buruk dari itu."

"Tenang Yang Mulia, saya yakin anda akan melewati coronation dengan lancar nantinya."

"Aku tidak menyangka harus menjadi ratu karena kematian ayahku sendiri, Eliza. Aku merasa tidak p-pantas..."

" Shtt. Anda tidak boleh mengatakan hal seperti itu lagi Yang Mulia, Edelweiss mengandalkan anda sekarang. Anda adalah ratu kami sekarang. Kami percaya bahwa anda dapat memimpin kami semua."

Eleanor pun memeluk Eliza sambil menahan isak tangisnya. Ia bersyukur setidaknya Tuhan masih menyisakan Eliza pada malam itu walaupun Eliza sendiri menaruhkan nyawanya untuk melindungi dirinya. Tidak bisa dibayangkan apa yang terjadi apabila malam itu.. ah sudahlah yang terpenting hari ini dirinya kembali memiliki keyakinan untuk menjadi ratu yang yang dicintai rakyatnya seperti ayahnya.

"Semalaman hanya bola mata itu yang kupikirkan..." Gumam Eleanor sembari meminum tehnya

"Jangan bilang anda memikirkan Tuan Ainsworth Yang Mulia."

"A-aku tidak memikirkan Sir Jeffrey, aku hanya memikirkan tatapannya ketika ia melihatku kemarin."

Eliza pun hanya terkekeh mendengar sangkalan Eleanor yang sekarang tampak seperti kepiting rebus

" Tenang saja Yang Mulia, ketika anda sudah jatuh hati kepada Tuan Ainsworth, saya yakin tidak ada yang berani merebutnya dari seorang ratu."

— H I G H N E S S —

Eleanor sudah bersiap dengan gaun putihnya, penata riasnya melakukan tugasnya sebaik mungkin agar sang putri menjadi pusat pada hari ini, menata rambutnya dengan gaya french dan sedikit memoleskan pemerah bibir agar sang putri terlihat lebih segar. Hari ini merupakan hari sibuk bagi warga Kerajaan karena sebentar lagi mereka akan memiliki ratu baru. Eleanor melihat pantulan dirinya di cermin untuk kesekian kalinya, menatap lekat dari atas sampai ujung kakinya, tak menyangka dirinya yang kerap dipanggil 'Si kecil Elena' oleh orang tuanya sebentar lagi akan menjadi seorang ratu.

HIGHNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang