Langit ini mulai membiru lagi sudah lama ku tidak melihat langit seperti ini. Seakan baru pertama kali aku melihat dunia yang indah ini. Rasa gugup kembali hadir lagi dengan muka mereka yang saling tidak mengenal seakan kita semua sedang bermain survival. Wajah garang yang ada di muka mereka seakan memiliki banyak ancaman, padahal kita semua adalah murid baru di sekolah SMA ini.
"aduhhh kembali lagi deh, kaya dulu lagi."teriak dalam hati yang besar dari seorang Asta.
Surat pembagian kelas dan murid pun dicantumkan di mading oleh Guru SMA, murid-murid berkumpul, beramai-ramai mengerubuti papan Mading tersebut seperti semut mengerubuti gula yang manis, badan yang besar dan ramainya murid sehingga lubang celah untuk melihat surat yang manis itu sulit dibaca dari tempat yang kulihat.
"Mudah-mudahan aku dapat kelas yang baik-baik muridnya."pinta Asta untuk bertemu dengan semut yang baik dan agar dijauhi semut yang garang.
Surat pembagian kelas dan murid baru sudah dijauhi oleh semut-semut dan itu kesempatanku untuk melihat surat yang manis dan kesempatan itu hanya sekali.
"Aku dapat dimana ya kelasnya nanti?"sambil menunjuk surat satu persatu yang ada di mading.
Melihat banyaknya murid yang masuk sampai harus dua kali melihat dengan ketelitian harus 100 persen agar tidak melesat supaya tidak salah masuk kelas yang lain.
"Ini dia."dengan menunjuk surat di kelas 10 IPA 4 sambil bilang "Yes, akhirnya ketemu juga kelas gue."sambil tangan dikepal semangat dengan gembira memuncak, untungnya tidak ada orang jika ada orang bisa dikatakan orang tidak waras.
saat memasuki kelas dengan melewati lorong-lorong kelas lain. Kelas yang diujung itu membuat kelas itu sedikit rahasia bagiku dan rasa gemetar itu pun tiba saat ingin sampai di pintu kelasku itu seakan di dalamnya ada sebuah monster padahal tidak ada sama sekali kenapa aku takut dengan itu, mungkin rasa malu yang memuncak saat belum bertemu dengan semut asing.
Tatapan tajam depan bangku utama, duduknya para Professor atau orang jenius dan duduk dibelakang adalah orang pemalas,semua bangku depan penuh tinggal sisa bangku belakang, bangku yang sering dikepoin guru. Bersyukur aja dah mungkin jalan terbaik nanti.
"Sial, kenapa harus gue duduk dibelakang."rasa kesal Asta saat dapat bangku Legend dan merasa menyesal karena telat masuk ke kelas.
Bagaimana ini tidak satupun orang yang belum berbicara denganku apakah ini disebut sekolah favorit yang hanya fokus belajar tanpa bersosialisasi atau malu, gengsi lainnya untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu.
Rasa gemetar masih ada di diri ini, seakan belum tenang jika tidak ada satupun yang kenalan seakan hidup tidak bersosialisasi, tempukan badan dan kuncian maut sang smackdown dari SMP itu langsung menyambar ke diriku yang lagi gemetaran.
"Eh Asta masuk sini juga loh."ucapan gembira Bima bertemu dengan Asta sahabat dari SMPnya itu membuat hati yang kaku dan gemetaran Asta menghilang bahwa dia akan bertemu teman bercanda gurau itu ada disekolah yang sama.
Ruang yang menyeramkan ini dengan tatapan tajam ini seakan berubah menjadi biru terang seperti langit yang muncul di saat pagi hari dengan cerahan matahari pagi yang menyehatkan badan.
"Bima Lo juga masuk sekolah di sini". sahut Asta melakukan gerakan pertemuan dengan Bima seperti yang dia lakukan saat waktu SMP dulu.
"Hehehe jadi satu kelas lagi kita Asta."
"Mantap bim,untungnya ada Luh".muka Asta yang memperoleh harapan dari satu keinginan dengan mata yang terharu karena jika tidak ada Bima lantas siapa lagi yang dia bisa ajak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Utara
Teen FictionAsta, Bima, dan Clara sahabat sejak SMP berteman dengan baik sampai ingin masuk sekolah lebih tinggi untuk masa depannya. Rasa rindu yang berat bertiga saat Asta menemukan sebuah Buku berjudul "Angin Utara." Apakah mereka bertiga bisa melepas rindu...