Chapter 2

6 2 0
                                    

Bagas Aditya Firmansyah. Seorang pemuda yang sangat di gilai oleh para murid perempuan di sekolahnya. Ia mempunyai tiga teman yang selalu ada disaat suka maupun duka. Eaaa

Pagi-pagi sekali Bagas bangun dari tidurnya, tetapi bukannya langsung mandi ia malah duduk di pinggir ranjang sambil menatap sebuah gelang kecil dengan bandul berbentuk bintang.

"Kamu kemana sih Ra? Aku kangen" Ucapnya lirih. Cukup lama ia memandangi gelang itu sampai akhirnya ia meletakan kembali dan mulai melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi.

Hanya memakan beberapa menit saja. Bagas sudah siap dengan memakai kemeja sekolah yang dikeluarkan, dasi di ikat asal dan sebuah tas punggung yang bertengger di sebelah tangannya.

Bagas mulai melangkahkan kakinya perlahan melewati beberapa anak tangga. Sesampainya dibawah ia menemukan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik meski terdapat beberapa kerutan diwajahnya.

"Pagi Mah" Sapa Bagas sembari memeluk sang mamah dari belakang.

"Loh tumben jam segini udah siap?" Tanya sang mamah heran karena tak biasa melihat anaknya bangun di pagi hari seperti ini.

"Lagi pengen aja mah" Jawabnya sambil mengambil sehelai roti yang sudah di olesi selai kacang. Dan di ikuti dengan susu coklat kesukaannya.

"Yaudah mah aku berangkat dulu yaa dadah mamah cantik. Assalamualaikum" Pamitnya sambil mengecup kedua pipi sang mamah.

"Waalaikumsalam" Jawab Kia-- mamah bagas sembari menggelengkan kepala melihat tingkah anak bungsunya.

Bagas keluar dari rumah menuju mobil sport putih kesayangannya. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, dengan mulut yang tidak berhenti bersenandung kecil untuk mengiringi perjalanan pagi ini kesekolah.

Sesampainya di sekolah ia memarkirkan mobil dan keluar dengan santainya. Menjadi sorotan adalah hal yang sudah biasa baginya. Suasana pagi ini masih terlihat sepi karena memang ia datang pagi-pagi sekali. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah lapangan basket. Bukan Bagas namanya jika ia langsung memasuki kelasnya. Ia adalah pencinta bola basket dan Aurora. Yaa Aurora

"Woy bro tumben jam segini udah stay di lapangan?" Tepukan dari belakang membuat bagas menolehkan pandangannya dan menatap sahabatnya dengan tatapan malas.

"Bodo amat lah Sya suka-suka gue" Jawab Bagas cuek.

"Udah gue bilang panggil gue Al bukan Sya lo ngerti enggak sih" Saking greget pada sang sahabat Alsya menarik jambul Bagas membuat sang empunya meringgis.

"Apaan sih lepas deh Al sakit dodol" Bagas mulai membenarkan jambulnya kembali dengan sesekali meringgis kesakitan. "Lo gak kira-kira jambak jambul gue" kesalnya.

"Bodo" Jawab Alsya cuek

"HALO GUYS ALDO YANG TAMPAN COME BEK AGAIN LOH. PADA KANGEN KAN SAMA GUE." Teriak Aldo yang tak lain adalah sahabat Bagas dan Alsya dengan berjalan bak artis terkenal membuat Bagas dan Alsya memutar bola matanya malas. "Cobaan apalagi ini tuhan?" Batin keduanya.

"Bisa diem gak sih lu do. Habis makan toa lu?" Sembur Alsya yang kesal melihat tingkah sahabatnya yang satu ini.

"APAAN SIH SYA LO KALO IRI BILANG DONG JANGAN KAYA GINI" Dan lagi Aldo menjawab dengan teriakannya yang membahana dan bisa membuat telinga seketika berdengung kencang.

"APA GUE IRI SAMA LO? ENGGAK LAYAW. TUNGGU, KAN GUE UDAH BILANG PANGGIL GUE AL BUKAN SYA. LO KIRA NAMA GUE SYASYA HAH?" Alsya sangat tidak suka jika dirinya dipanggil Sya menurutnya panggilang itu terlalu feminim untuk Alsya yang macho. Takut jika dirinya di kira bernama Meisya, Syasya, Keisya kan gak lucu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang