Chapter 4: A Villain Behind The Mask

29 3 0
                                    

Rabu pagi yang cerah.

Di hari efektif ini, hanya seorang Dante yang bersantai di sofa pada pagi hari. Dengan kacamata anti radiasi, ia membaca buku yang berkaitan dengan bisnis hingga halaman ke-30. Apartemennya yang sederhana namun rapi itu hanya ditempatinya seorang diri. Begitu hening dan damai, cocok untuk membaca buku.

Selagi pria 23 tahun itu menikmati kegiatannya, ia terusik oleh bunyi handphonenya. Dante menghela napas kasar. Ia berusaha menyembunyikan nomor pribadinya, tapi masih saja ada yang menghubunginya di handphone. Dengan kesal, pria itu meraih ponselnya yang ada di meja nakas.

"Ya?"

"Pagi, Pak Dante!"

Mendengar suara yang familiar itu, rasanya Dante ingin menutup teleponnya.

"Kalau tidak penting, jangan hubungi saya, Pak Alvin."

"Wow, wow. Jangan cuek gitu dong. Saya udah lama nggak main catur. Saya boleh ke rumah bapak nanti sore?"

Dante berpikir sejenak.

"Saya ada janji sama mahasiswa."

"What? Tumben bapak mau ngajarin."

"Ya emang saya ini dosen." 

"Siapa pak? Oh, apa Kirana?"

Dante mendengus kesal.

"Wah, mentang-mentang dia cantik. Bapak mau ngajarin."

"Maaf. Saya bukan anda."

Terdengar suara gelak tawa di seberang sana.

"Ngomong-ngomong, saya udah di depan pintu."

Dante mengenyit heran. Ia berjalan menuju pintu apartemen, lalu membukanya. Rupanya benar, Alvin sudah ada di depan mata. Pria berambut kecoklatan itu tersenyum manis.

"Surprise~" 

Dante berdecak kesal. Ada dua hal yang paling dia benci. Pertama, seseorang yang meneleponnya tanpa alasan yang penting. Kedua, seseorang yang datang ke rumahnya tanpa memberitahu terlebih dahulu.

~~~~

"Check mate."

Alvin bertepuk tangan, kagum pada kemampuan Dante dalam permainan strategi yang tidak tertandingi. Pria bersurai hitam bergelombang yang ada di hadapannya itu mulai bangkit dari kursi, lalu berbaring di sofa dan memakai kacamata bacanya. Mengabaikan Alvin yang masih di ruang tamu bersama papan catur.

"Bapak jenius. Sayangnya pemalas."

Dante membuka kembali buku wawasan bisnis. 

"Bukannya saya sudah menang? Kalau begitu, silahkan pergi."

Alvin geleng-geleng kepala.

"Kenapa sih? Orang istimewa kayak bapak harus jual mahal? Main satu kali lagi lah!"

"Saya nggak mood main catur pagi-pagi. Tamu nggak diundang harap pergi."

Alvin mendengus kesal. Satu tahun mengenal Dante masih belum membuatnya terbiasa dengan sifat dinginnya. Pria bersurai kecoklatan itu pun bangkit, lalu membuka kulkas untuk mengambil minum tanpa izin. Si tuan rumah hanya diam, seolah sudah terbiasa dengan Alvin yang memang seenaknya sendiri.

"Nggak ada bir?" Tanya Alvin.

"Saya nggak minum."

Alvin berdecak kesal. "Masa setiap di rumah anda, minumnya jus buah terus?"

Meskipun protes, tamu tak tahu diri itu tetap mengambil minum seadanya. Alvin meneguk jus langsung dari botolnya, merupakan hal yang paling Dante benci .Tapi Alvin tetap lanjut, toh Dante tidak melihatnya minum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang