Chapter 1 : Kehidupan Baru

43 5 0
                                    

"Wah, ini cewek lo?"

"Cantik ya. Bisa-bisanya cewek cantik kayak gini mau sama lo."

Nana menundukkan kepalanya takut, ia sesekali melirik Rafa, pacarnya yang berdiri tepat di sampingnya. Tangan Nana menggenggam erat tangan Rafa, berharap Rafa akan melindunginya dari cowok-cowok yang menatap lapar padanya.

"Rafa, ayo pulang. Ngapain kamu ajak aku ke sini?" Tanya Nana.

Rafa menyeringai. Ia mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya. Lalu menyalakan dan menghisapnya.

"Kamu ngerokok?! Aku udah bilang berkali-kali supaya kamu nggak coba rokok!" Bentak Nana.

Reaksi Nana mengundang gelak tawa dari sekumpulan cowok-cowok yang memenuhi gedung tua itu. Tak terkecuali pacarnya sendiri.

"Kirana, lo sok suci banget sih. Gue ngajak elo datang ke sini buat main bareng. Nih gue ajarin cara bersenang-senang ala gue."

Nana terkejut bukan main, Rafa menarik tangannya dengan kasar, lalu menghempaskan tubuh Nana ke lantai. Rafa melepas kaos hitamnya, lalu disusul dengan sabuknya. Tubuh Nana bergetar ketakutan. Sejak kapan Rafa yang ia kenal menjadi seperti ini?

"Gue yang ambil keperawanan dia. Abis gue, kalian boleh ambil jatah masing-masing." Ujar Rafa kepada cowok-cowok itu.

"Gila lo, Fa. Dia kan cewek lo."

"Ah, bacot lo! Rafa itu cuma mau bagi kesenangan sama kita. Terima aja kek!"

Rupanya hanya ada satu cowok yang masih mempunyai hati di sana. Sedangkan sisanya mulai kegirangan. Nana memundurkan tubuhnya,  ia gelisah mencari jalan keluar dari gedung itu. Namun, cahaya lampu yang remang-remang membuatnya sulit melihat keadaan sekitar.

"Rafa, apa salah aku?" Tangisnya pun pecah.

"Salah lo?" Rafa menindih tubuh Nana. "Gue muak liat orang yang sok suci kayak lo. Ngelarang gue begini-begitu. Tapi pada akhirnya kerjaan lo godain cowok kan?"

"Sumpah, aku nggak pernah godain cowok lain!"

"Bacot!"

Nana memekik ketika Rafa mencengkram lehernya.

"Banyak cowok lain yang datang ke gue gara-gara gue macarin lo, bangsat! Mereka bisa gitu gara-gara lo ngasih harapan ke mereka, kan?"

Nana membeku mengetahui fakta itu. Matanya beralih menatap pipi Rafa yang lebam dan sedikit lecet. Luka yang Rafa bilang cuma bekas terjatuh itu, ternyata adalah bekas pukulan cowok-cowok yang mengejarnya?

"Aku sudah tolak mereka, tapi kenapa?"

Nana menangis terisak. Selain karena kecewa pada Rafa, Nana juga merasa bersalah karena telah membuat Rafa terluka. Namun, Rafa seolah tuli oleh segala penjelasan Nana.

"Heh, kalian ikat dia."

Rafa melepas cengkraman pada leher Nana. Nana meronta ketika mereka mulai menarik tangan dan kakinya.

"Tolong! Hiks ... To ...."

Plak!

Teriakan Nana mengundang pukulan dari Rafa yang mengenai pipinya. Hingga darah mengalir dari sudut bibirnya.

"Diam, atau gue hancurin wajah lo."

Nana terdiam. Bibirnya mengatup rapat lantaran takut. Dengan dirinya yang sudah diikat, juga dikerumuni oleh orang-orang tidak dikenal. Tamat sudah.

Nana hanya bisa menangis saat Rafa mulai menanggalkan kemejanya. Hanya bisa pasrah saat ciuman mendarat di lehernya. Suara ciuman menggema di dalam bangunan itu. Nana merasa geli sekaligus perih. Rafa menghisap kuat, menggigit kulit lehernya hingga gigi Rafa menarik keras kulitnya.

Beautiful TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang