Ctak!
Di sebuah taman luas di dalam istana, terdengar suara pedang kayu saling beradu. Orfeo yang tengah berlatih pedang dengan Frezel tampak begitu kelelahan. Di bawah sinar mentari yang memancar terik, Orfeo tak sedikitpun lengah saat melawan pengawal pribadi sekaligus guru berlatihnya tersebut. Sudah dua jam ia berlatih, namun Orfeo masih tetap kuat berdiri. Frezel dapat melihat semangat di mata Orfeo mulai meredup kala tubuhnya sudah menunjukkan kelelahan.
Lantas, Frezel mulai menyerang Orfeo lebih dulu, menangkis serangan balasan Orfeo, lalu menjatuhkan pemuda itu ke tanah. Pedang di tangan Orfeo pun terlepas dan menancap dengan sempurna di atas tanah.
"Yang Mulia, mari kita akhiri latihan untuk hari ini." Ucap Frezel seraya membantu Orfeo bangkit. Orfeo yang masih letih, membiarkan dirinya terduduk sebentar dan merilekskan tubuhnya.
"Frezel," Orfeo tiba-tiba memanggil lelaki itu. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam dan membiarkan wajahnya ditutupi poni. "Apa belum ada laporan apapun dari para pasukan?"
"Belum, sampai saat ini belum ada laporan apapun mengenai keanehan yang terjadi di Kota." Frezel menjawab seraya mengambil pedang-pedang mereka kembali dan mengumpulnya di satu tempat.
"Begitu ya. Ayah juga belum pulang, Noez malah ada tugas tiba-tiba di tempat lain." Orfeo menghela nafas berat. "Apa boleh buat."
"Memangnya ada apa, Yang Mulia? Apa ada sesuatu?"
"Tidak, tak ada apa-apa." Orfeo lalu bangkit. Membersihkan pakaiannya sejenak sebelum berjalan meninggalkan Frezel. Frezel yang tak mengerti, hanya diam dan menatapnya bingung. Sebelum kembali ke dalam istana, Orfeo menghentikan langkah kakinya dan berbalik melihat Frezel. "Frezel, sehabis ini aku ingin pergi ke kota sebentar. Tolong siapkan kuda."
"Baik, Yang Mulia." Frezel menunduk patuh. Setelahnya ia melihat Orfeo kembali berjalan masuk ke istana.
+++
"Allen, jangan lari."
Hedros yang mengekor di belakang Allenzel, terus memperhatikan langkah kaki anak itu. Di hadapannya, Allenzel tengah berlari mengejar kucing kecil. Ia berusaha menangkapnya namun kucing itu berhasil lolos dari tangannya. Tak menghiraukan ucapan Hedros, Allenzel mempercepat langkah kakinya.
"Allen! Astaga." Hedros terpaksa menambah kecepatan langkah kakinya pula. Meski jalanan sedang sepi, namun bukan berarti akan aman. Ia harus mengawasi Allenzel setiap saat sendirian. Perjalanan pulang Hedros dan Allenzel seperti biasa tak ada masalah. Namun tetap, Hedros sedikit khawatir.
"Waa, tunggu!" Allenzel yang masih fokus mengejar kucing, semakin jauh dari pengawasan Hedros. Tak memperhatikan sekitarnya, ia hanya sibuk pada binatang yang di jalanan. Hingga tanpa sadar Allenzel menabrak seseorang, yang membuatnya sedikit terpental lalu terjatuh ke belakang. "A-Aduh..."
"Ah, kamu baik-baik saja?" Orang itu langsung berhenti melangkah, lalu cepat-cepat menunduk. Ia pun membantu Allen berdiri dan membersihkan pakaiannya. "Lain kali hati-hati, ya."
"Allen!" Hedros yang melihat kejadian itu, segera menyusul Allenzel. Ia membungkukkan tubuhnya sedikit untuk melihat keadaan sang anak. "Kau tak apa? Ah, saya minta maaf karena dia tak berhati-hati."
"Tak apa, tak apa. Eh, lho? Kamu... Hedros, bukan?" Orang itu memperhatikan Hedros dengan seksama. Dan setelah ia mengingat-ingat kembali, barulah ia sadar.
"Eh, Anda kan..." Begitu mendengar ucapan orang itu, Hedros pun ikut menyadari siapa yang di hadapannya. "Ah, sudah lama sekali tidak bertemu."
"Iya, ya. Aku tak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Bagaimana kabarmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Sea Mermaid
FantasySeekor duyung bernama Arlunna tak sengaja menemukan seorang bayi laki-laki manusia di tepi pantai. Sampai ia dapat menemukan keluarga bayi itu, Arlunna pun memutuskan untuk merawat sang bayi. Tapi siapa sangka, bayi manusia bernama Allenzel yang ia...