"Dek, doakan Abang ya. Semoga Abang bisa kembali dengan selamat satu tahun lagi. Jaga kesehatan kamu, jangan sampai capek, kegiatan berat dan semua yang bisa membuat kamu lelah. Dan semoga bayi kita selalu sehat dan bisa lahir dengan selamat". ucap Patra kepada Zahira ketika akan berangkat ke Lebanon sebagai Pasukan Perdamaian yang dikirim Indonesia atas nama PBB."Abang jangan khawatir, disini Adek akan selalu berdoa dan menunggu Abang kembali. Semoga Abang selalu berada dalam lindungan Allah, dimanapun dan kapanpun". ujarnya seraya tersenyum. "Abang juga tidak usah merisaukan Adek dan calon bayi kita, Adek akan selalu menjaga calon anak kita sekuat tenaga". tambahnya lagi.
Patra mendekat untuk memeluk dan mencium Istri tercinta yang sedang mengandung lima bulan. Dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi, pertanda ketidak relaan harus berpisah dengan orang tercinta.
Sejujurnya ia pun tak tega harus meninggalkan sang istri dalam keadaan hamil, namun apa mau dikata ketika sudah menjadi prajurit maka ketika tugas sudah memanggil tiada alasan untuk menolak.
Begitu pun Zahira, ia tidak rela suaminya pergi. Namun, ada tanggung jawab di pundak sang suami yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
"Dek jika anak kita laki-laki, berinama dia Yusuf Sastra Patrajaya. Dan jika perempuan namai dia Cempaka Zahra Patrajaya". pintanya pada sang istri sebelum pergi bertugas.
"Akan kuberikan nama itu kepada anak kita, Bang". ucapnya sambil tersenyum, walau air mata tetap deras mengalir membasahi pipi putihnya.
Setelah berpelukan untuk yang terakhir kali, sebelum pergi selama satu tahun dalam misi perdamaian, Patra pamit kepada Istri dan kedua orang tuanya
"Pak, Bu, aku titip Zahira. Tolong jaga dia selama aku pergi". permintaan Patra kepada Bu Salwa dan Pak Dewa, yang juga merupakan perwira tinggi TNI-AD.
"Kami akan selalu menjaga Zahira untukmu. Jagalah kesehatan disana, jangan lupa jaga Shalatmu, dan selalu memohon perlindungan Allah dimanapun, kapanpun".
ucap Bu Salwa seraya berpesan kepada pu Putra sulungnya."Kembalilah dengan selamat, dan harumkan nama Indonesia!" ucap Pak Dewa, ketiganya pun berpelukan sebelum waktu berpamitan selesai
Setelah berpamitan kepada keluarga masing-masing, semua prajurit langsung berkumpul kembali dan segera menaiki pesawat untuk menuju ke negara nun jauh disana guna menunaikan misi perdamaian".
---***---
Flashback on.
Satu bulan lagi anak kelas XII akan menuju hari paling menentukan dalam masa depan, ya UN. Semua siswa belajar dengan sungguh-sungguh supaya bisa lulus dengan nilai yang memuaskan, tak terkecuali Zulfikar Prawira Patrajaya.
Patra yang sudah sejak kecil ingin menjadi seorang tentara selalu fokus untuk menghadapi ujian, supaya bisa lulus dengan nilai tinggi.
Ia juga mengambil jurusan IPA supaya bisa masuk AKMIL dan menjadi seorang prajurit tentara. Bukan tanpa alasan ia bercita-cita menjadi seorang tentara, karena Ayahnya juga seorang tentara angkatan darat.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Pengabdian
RomanceTentang perjuangan seorang prajurit tentara untuk cinta kepada seorang kekasih dan negaranya.