"Pergilah, Bang."
"Tidak, kakakmu memercayaiku untuk menjagamu dan--"
Pria itu tak melanjutkan ucapannya. Hanya menatap gamam kepergian gadis yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri.
*
"Dia pergi terlalu jauh dan aku tak bisa meraihnya. Aku kakak yang tidak berguna. Aku ... aku gagal. Aku malu pada kakakku." Gadis itu sudah tak kuat lagi. Entah sudah berapa gelas minuman yang ia tenggak. Bahkan untuk mengangkat kepalanya dari meja saja ia tak sanggup.
Lelaki di sebelahnya hanya bisa menatap sahabatnya prihatin. Kalau sudah begini, tidak ada yang bisa dia lakukan.
Suasana gerai sederhana di malam itu cukup ramai. Angin malam berembus bercampur dengan aroma makanan pendamping dan Soju.
*
Gedebuk samsak yang ditendang dan menjadi tempat bogem mentah mendarat itu memenuhi gelanggang.
Seorang wanita dengan balutan kemeja tak kunjung pergi dari tempatnya. Ia terus berusaha untuk berbicara pada adiknya agar pulang bersamanya.
"Pergilah."
Wanita berkemeja itu tetap bergeming.
"Itu bukan rumahku. Berhentilah menemuiku. Itu takkan mengubah apa pun. Lebih baik kau urus saja perusahaanmu baik-baik agar kedua orang tuamu bangga dan memujamu hingga seluruh dunia tahu."
"Yujin, tak bisakah kau melakukannya untukku dan kakak?"
Kakak? Yujin refleks menghentikan kegiatannya. Ia melirik wanita di sebelahnya itu. Dingin dan menusuk. Sedangkan yang ditatap sudah tak bisa menahan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. Matanya tampak berkaca-kaca, tapi dengan segera ia mendongakkan kepalanya agar tidak ada air yang akan membasahi pipinya.
Tak berselang lama, ponsel wanita itu berdering.
Yujin memilih untuk bungkam dan melanjutkan aktivitasnya. Tak menghiraukan wanita yang kini menjawab panggilan dari ponselnya.
Tepat setelah wanita tadi pergi. Ia memukul samsak dengan membabi buta. Dadanya bergemuruh, matanya terasa panas. Hingga isakannya terdengar memenuhi ruangan. Begitu sesak. Nyeri. Relung hatinya seolah menjerit. Seperti awan mendung, kedua maniknya berderai hujan.
Tunggu, jangan lagi. Semua yang berada di hadapannya kini tampak berputar tak karuan. Yujin memukulkan pergelangan tangannya pelan ke kepala; berharap rasa sakit yang mulai menjalar itu hilang. Menundukkan dirinya yang kuat, setetes darah jatuh menghantam ubin lantai. Tidak-tidak, masih ada lagi. Banyak. Sampai merenggut kesadarannya. Membuat tubuh yang penuh keringat itu tumbang dengan keras.
"YUJIN!"
*
Halo! Ini karyaku dari tahun lalu, dan baru sekarang aku benahi lagi 😂
Kalau kalian suka, silakan vote dan beri komentar ya! Aku akan sangat menghargai itu ^^
Kalau ada kritik dan saran, boleh disampaikan juga. Senyamannya kalian aja, boleh di kolom komentar, boleh juga di dm 👍5/4/22
KAMU SEDANG MEMBACA
There's One Thing I Can't Do
FanfictionBagi Yujin, tak masalah jika seluruh dunia membencinya, termasuk kedua orang tuanya sendiri. Tak apa, asalkan sang kakak tercinta tetap berada di sisinya. Memberi segala yang ia butuhkan: dukungan, kasih sayang, sampai perhatian yang takkan pernah b...