Part 3

8 3 0
                                    

Evelyn POV

    Mataku masih terbuka dengan amat segar. Setelah menyelesaikan makan malam aku melakukan aktivitas seperti biasanya. Cuci muka, sikat gigi dan beranjak tidur. Terkadang aku meminum obat yang bisa membuatku bisa langsung tertidur nyenyak.

   
    Dan ini mungkin saatnya untuk aku meminum obat. Kaki telanjangku menyentuh lantai yang dingin dan melangkahkan kaki untuk menuju ke meja rias. Di dalam laci meja ada berbagai macam obat. Kenapa aku sediakan? Karena aku benci dokter. Mereka hanya sok pintar dengan apa yang kurasakan.

   
    Tapi, suara bel rumah dari lantai bawah membuat ku terganggu. Siapa juga yang ingin bertamu malam-malam begini? Apa pendaki yang tersesat lagi? Terkadang aku benci tinggal disini karena banyak tamu. Ramai, berisik, dan berbanding terbalik denganku yang hanya ingin sendiri dengan keheningan.

   
     Niatku untuk minum obat jadi tersingkirkan dan memilih keluar untuk memenuhi rasa penasaran ku. Dengan gaun tidur berlengan panjang berwarna putih dan brukat nya yang pas di lutut, kaki ku belum memakai alas kaki. Dan terkadang Deris menegur ku akan hal sepele ini.

   
    Dari pandanganku diarah tangga. Terlihat Deris yang mempersilahk  tiga orang asing masuk ke rumahku. Dua di antaranya memapah temannya yang kondisinya cukup mengkhawatirkan.

   
    Pandangan kami bertemu. Tepatnya dengan laki-laki yang dipapah ditengah. Entah dari mana magnet ini menarikku untuk mendekat kea rah mereka seolah aku sangat khawatir dengan mereka. Tidak lebih tepatnya dengan laki-laki yang tengah terluka itu.

“Ada perlu apa kemari?” ucapku to the point.

    Deris mendekat kearah ku dan memegang kedua pundakku. Seolah aku benci kehadiran mereka yang malam-malam begini. Mereka terlihat ragu untuk menjawab.

“Maaf Nona, mereka pendaki tersesat dan ingin menginap disini” jawab Deris.

    Aku hanya ber-oh-ria dan tidak ingin melanjutkan pertanyaanku. Hanya membuang waktu untuk tidur nyenyak atau sekedar melanjutkan rajutan syal ku yang tidak kunjung selesai.

“M-maaf nona, kami hanya..”

“Sudahlah,” sanggah ku tanpa sopan, “Ada banyak kamar di lantai tiga. Kalian bisa pakai.”

    Kaki ku melangkah meninggalkan mereka menuju ke lantai dua. Tempat dimana segala rutinitas ku dilakukan. Lantai tiga hanya berisi ruang keluarga dan kamar-kamar yang banyak. Aku tak tau kenapa kakek ku membangun banyak ruang kamar. Tapi, karena letaknya di tengah pegunungan banyak sekali pendaki yang menumpang tanpa pungutan biaya.

    Tanganku hampir menutup pintu kamar. Namun, ketika bayangan mereka melewati kamar ku, aku kembali menatap mata itu. Mata yang entah menghipnotis ku dengan sihir yang sangat meneduhkan.

    Tatapan kami juga bertemu hanya sampai aku yang memutuskannya terlebih dahulu. Menutup pintu ku dan menguncinya. Aku bersandar pada pintu dan memegang bagian dadaku. Berdegup kencang. Maksudnya apa?

Dean POV

    Seorang pelayan mengantar kami menuju lantai tiga tanpa lift ini. Tangga nya seperti apartemen pada umumnya. Karpet nya berwarna merah maroon dan yang menjalar dari ujung tangga lantai pertama melewati koridor di lantai dua.

    Deris menjelaskan tentang hal-hal yang ada di rumah ini. Aku tak focus karena mata yang menatap ku dari balik pintu itu. Pandangan kami bertukar hanya beberapa detik dan lenyap setelah pintu itu tertutup.

“Ini adalah lantai dua area nona Evelyn, jadi tolong jangan pernah mendekat ke pintu nya. Dan kalian boleh menggunakan ruang televisi disini setela Nona tidur” ucap Deris.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang