Angin menembus wajah putih pucat yang tertunduk letih diatas bukit luas, rambut hitam sepinggang terus terseret arah angin bersama dengan perasaan yang menggemuruh letih.
gadis itu menghela nafas berat dan melipat ke dua kaki jenjang nya,lengan nya ia biarkan memeluk erat lutut pucat tersebut, seperti lutut itu adalah kekuatan untuk ia hidup.
Dengan mata yang tak berhenti mengalirkan cairan putih bening, sesekali suara tarikan nafas terdengar jelas dan berat.
"Tuhan, mengapa kau hidup kan aku, jika hanya untuk merasakan luka, mengapa engkau hidup kan aku, jika hanya untuk merasakan pedih,mengapa engkau tak cabut nyawa ku agar aku tak merasakan pedih nya takdir, kejam nya dunia, yang secara bersamaan merusak jiwa dan raga ku"
Gadis itu terus bermonolog dengan jiwa nya sendiri sampai hujan kembali membasahi dirinya.
Gadis itu pun menatap kosong ke arah kota yang terhampar luas didepan mata nya,bersama hujan mengguyur habis tubuh nya, ia pikir itu lebih baik.