ZOYA
(I love you, you love me, kan?)
Pas gue ngecek ponsel, udah puluhan panggilan dari Yoongi, juga pesan yang udah gak keitung. Baterai ponsel gue sampe merah begini jadinya. Gue ambil powerbank di tas dan gue sambungin ke ponsel. Gue buka semua pesan Yoongi--yang isinya nyaris sama.
Honey, aku udah nyampe nih. Kamu dimana? Jadi meetingnya?
Then,
Kok telepon aku gak di angkat? Kamu dimana?
Then,
Kamu dimana, honey? Aku udah mau naik panggung lagi nih.
Gue ketawa pelan. Semua isinya nanya gue dimana. Berasa lagi di culik aja deh. Gue memicing baca pesan yang terakhir. Gue baca beberapa kali. Yoongi emang orang yang suka merintah, maksa, manja, gue udah tau banget. Tapi ini pesan nya kok begini sih?
Turun! Atau aku yang naik?
Turun? Turun kemana? Dan naik? Maksudnya apa sih? Gue angkat bahu cuek. Maybe suami gue ini lagi salah makan kali di sana, jadi ngirim pesan aneh begini. Atau salah kirim. Atau dia lagi ngomong sama siapa gitu, trus sambil ngetik pesan ke gue. Kan orang biasanya gitu, kalo lagi ngetik pesan sambil ngomong biasanya yang diomongin malah yang keketik.
"Eun, gue ke toilet bentar ya. Panggilan alam."
Gue terkekeh ngeliat Eunha yang ngedumel ngedenger kata-kata gue. Gue ngacir ke toilet. Gue menghela nafas lega setelah mengeluarkan apa yang dari tadi gue tahan. Abis dari sini gue janji akan jujur ke Yoongi tentang semuanya. Urusan dia marah--yang pasti dia bakal marah dan itu marah besar--itu nanti gue pikirin. Gue gak tenang banget boong-boong begini. Dosa banget gue udah bohongin suami gue kayak gini. Kalo Yoongi tau gue bukan meeting tapi ke resepsi kakaknya Taehyung sebagai desaigner keluarganya, gue semingguan ini sibuk ngurusin pesanan client yaitu Taehyung, kalo aja Yoongi tau, gue gak kebayang deh gimana murkanya dia.
Tapi gue tertekan dengan keadaan begini. Kalo Yoongi sampe tau dari orang lain, habislah gue. Habis sehabis-habisnya. Pasti itu.
Gue natap pantulan gue di cermin. Menghela nafas berat sambil memejamkan mata. Nyemangatin diri sendiri.
Begitu gue buka pintu, Eunha udah di depan pintu toilet sambil meringis-ringis. Gue memicing. "Kenapa, Vi? Kebelet?"
"Apapun yang terjadi, gue tetep di sini. Okay?"
Kening gue mengkerut. Gak ngerti sama omongan Eunha. "Apaan sih, lo? Aneh deh." Gue jalan keluar dari kamar mandi. Gue duduk di kursi meja rias, memperbaiki lilitan sepatu gue yang mengendur. Saat itulah gue dengar deheman yang berat. Yang bikin gue langsung merinding. Yang gue kenal banget.
Pelan-pelan gue duduk tegang dan mendongak.
"Good job, Y/N. Good job."
Baru kali ini Yoongi manggil begitu setelah lamaran itu. Gue menegang. Membatu. Habis gue! Habis!!!
@@@
"Entah aku yang bodoh, entah kamu yang kepinteran." Yoongi berujar dingin sambil natap gue. Tajam. Sinar laser, pisau, lumpur panas, semua keluar dari mata Yoongi yang tujuannya cuma satu: matiin gue. Gue yang duduk di pinggir tempat tidur makin mengkeret takut. Gue memejamkan mata kuat-kuat.
Mana gue tau ternyata acara resepsi yang ngundang Yoongi sebagai penyanyi adalah acara resepsi kakaknya Taehyung. Mana gue tau ternyata Yoongi bener-bener hapal desain yang gue buat. Mana gue tau ternyata Yoongi nyamperin keluarga Taehyung khusus nanya siapa yang ngedesain bajunya.
"Kalo aku tau yang undang aku itu keluarganya Taehyung, gak mungkin aku terima job itu." Yoongi berujar penuh emosi. "Aku ngerasa bego banget waktu sadar ternyata aku di bohongin sama orang yang paling aku cintai sejagad raya."
Gue meremas tangan sendiri. Pliss, Yoon, udahan bentak-bentaknya. Pliss, Yoon.
"Apa harus aku mentato di otak kamu bahwa aku gak suka--demi Tuhan aku gak akan pernah suka kamu dekat dengan Taehyung."
"Aku gak mungkin--
"Jadi kalo bohong sama suami mungkin gitu?!"
Gue mendongak. Mata gue udah berkaca-kaca. Antara sedih dibentak-bentak dan ketakutan setengah mati. Gue emang sering denger bentakan Yoongi setiap kami berantem. Tapi baru kali ini gue denger dia berteriak murka. Gue emang salah banget udah ngebohongin dia, tapi kan--ah shit, gue udah bohongin dia abis-abisan, jadi dia seakan abis-abisan pula menghakimi gue dengan bentakannya.
Airmata udah gak bisa gue tahan lagi, mengalir begitu saja saat gue liat Yoongi buka lemari, ngambil baju dan travel bag.
"Kamu mau kemana?" Tanya gue sesengukan
"gak tau." Dia menatap gue penuh kekecewaan. "Sama gak tau-nya seperti saat kamu lebih milih membohongin suami kamu demi untuk keprofesionalan kerja." Yoongi berdesis sinis. "Itu kan alasan kamu dari tadi?"
"Yoongi, forgive me." Gue pengen nahan waktu dia ambil beberapa baju dan dimasukkin ke travel bag. Tapi gue terlalu kaget dengan semua yang terjadi, jadi gue cuma bisa terisak-terisak sambil ngeliatin Yoongi masukin baju asal-asalan. Yoongi ngambil underwearnya di laci bawah lemari. Dia ke kamar mandi, keluar membawa peralatan mandinya. Apa-apaan ini? Yoongi bener-bener mau ninggalin gue? Gue udah cukup kacau gara-gara ke-gep ngebohongin, dan sekarang Yoongi mau ninggalin gue sebagai hukumannya? Kenapa gak sekalian aja dia bunuh gue? Gue gak akan mungkin--gak akan pernah mungkin bisa tanpa Yoongi. Cukup 4 tahun--saat kami putus--gue tanpa dia, yang bisa gue dapati adalah gue hidup tanpa rasa. Semua jadi hambar. Mau ngapain juga tanpa ada emosi apapun. Datar. Dingin. Suram.
Gue tahan tangan Yoongi--yang langsung ia tepis seakan dia baru tersentuh sesuatu yang menjijikan. Gue nangis makin pedih.
"You know, Y/N? I love you, so much. Bahkan aku sengaja gak nanggapin sapaan Suran waktu itu karena aku tau kamu gak suka sama dia." Yoongi mengusap mukanya. "Aku kira kamu udah cukup ngerti aku, ternyata aku salah."
Yoongi keluar kamar. Berasa ada batu es super besar sekarang. Sedang menimpa gue sampai gue gak bisa apa-apa kecuali mati.
@@@
Gue terbangun karena sinar matahari yang masuk. Gue lupa nutup gorden ternyata. Dan ingatan tentang kemarin seketika memenuhi kepala gue ampun-ampunan. Gue yakin banget mata gue udah gak jelas lagi bentuknya gimana. Gue nangis sampai ketiduran, dan gue kebangun langsung kembali menangis. Dia bilang dia mencintai gue setengah mati. Tapi dia tega bikin gue serasa mau mati saat ini.
Dengan langkah terseret gue bangun, ke kamar mandi. Gue inget, hari ini ada pertemuan akbar dengan semua desaigner peserta SFW musim ini. Gak boleh di wakilin. Dan keadaan gue mengenaskan begini? Muncul dalam keadaan begini?
Harus!
Gue mandi, bersih-bersih, ngompres mata. Gue balik ke kamar dan ngambil baju asal-asalan. Persetan sama style hari ini mau gimana, gue bisa nyeret badan gue dari tempat tidur aja udah syukur banget. Selesai pakai baju, gue cek ponsel gue, kosong. Gak ada notif apapun.
Lord! Yoongi lagi apa? Dia udah sarapan? Apa dia bisa tidur semalam? Apa dia inget gue? Apa dia--sreekk--gue nangis lagi. Mewek lagi. Gue mau Yoongi! Hiks...
Gue nyaris loncat ngedenger ponsel di genggaman gue berdering. Buru-buru gue angkat dan gue tersenyum sangat lebar.
"Yoongi? Kamu udah--
"Ini gue, y/n. Eunha."
"Oh." Gue terduduk di pinggir tempat tidur. Gue hapus airmata di pipi gue. "Kenapa, Eun?"
"Hari ini ada pertemuan untuk SFW."
"Iya. Ini gue mau berangkat."
Eunha berdehem. "Are you okey? Mau gue jemput?"
"Gak usah, Eun. Gue pergi sendiri aja." Jawab gue sebiasa mungkin. "Lo di butik aja."
Kalo boleh, hari ini gue mau di apartment aja. Di kamar aja. Di tempat tidur aja. Di bawah selimut aja. Gue gak mau kemanapun dan ngapain pun.
"y/n?"
"Hmmm..."
"Kalo ada apa-apa, bilang gue ya."
"I'm fine, Eun." Jawab gue terisak. "I'm fine. Fine." Gue nangis terisak-isak dengan ponsel masih di telinga gue. Gue pengen muter semuanya jadi beberapa minggu yang lalu. Gue pengen gak nerima tawaran Taehyung waktu itu. Gue pengen waktu itu gue jujur ke Yoongi. Gue pengen gak kayak gini. Gue gak sanggup. Yoongi bilang dia cinta gue, tapi dia beginiin gue. Dia bisa aja sedang tertawa sekarang dengan temen-temen artisnya, sedangkan gue kayak orang bego nangis-nangis begini. Gue salah. Iya, gue tau. Tapi jangan ditinggalin. Kenapa sih?!
@@@
Gue terhenyak mendapati pintu apartment gak terkunci. Apa gue tadi lupa ngunci pintu ya? Gue udah cukup gila karena di tinggalin suami, gue gak mau nambah-nambah gila karena apartment kemasukan maling. Gue cepet-cepet masuk. Ada seseorang yang lagi jongkok di depan kulkas. Airmata yang dari tadi berhasil gue tahan--gak mungkin gue nangis-nangisan di rapat SFW--sekarang netes lagi. Gue lari ke dapur. Setengah jongkok gue peluk yang lagi jongkok di depan kulkas.
"Forgive me, yang. Aku bener-bener nyesel. Maafin aku."
"Apa sih?!" Yoongi berseru sangat ketus sambil melepaskan pelukan gue. Dia natap gue seolah-olah gue orang paling gak pengen dia jumpai di dunia ini. Yoongi meminum jus langsung dari botol dan berjalan ke ruang tengah. Dia duduk di sofa.
Gue ngikutin, berdiri di depan dia.
"Masih marah?"
Yoongi diam aja. Dia menghidupkan TV. Menontonnya. Gak natap gue sama sekali. Gue masih berdiri. Berharap Yoongi tiba-tiba ngerasa kalo dia harus memaafkan gue, lalu meluk gue erat-erat, nyium gue dalam-dalam. Sambil sesekali menghapus airmata, gue menatap Yoongi dengan tatapan sangat rindu. Padahal gue baru gak ngeliat dia tuh sebentar. Tapi rasa rindu gue, kangen gue, udah numpuk-numpuk dan siap meledak.
"Pergi."
Gue menyerngit. "Apa?"
"Pergi." Yoongi bangkit. Dia berdehem, natap gue dingin. Gue gak pernah ditatap begini sama Yoongi. Gue menegang dan rasa takut langsung menggrogoti hati gue. "This is mine." Matanya menerawang. Gue tersentak seketika. "Aku yang beli apartment ini. Trus kenapa aku yang harus pergi ya?" Dia lebih bertanya ke dirinya sendiri, yang tentunya itu ditujukan untuk menyindir gue habis-habisan.
"Yoon, kamu...tega? Ngusir aku?" Tanya gue tanpa bisa lagi menyembunyikan betapa hancurnya perasaan gue. Gue nangis. Menggenggam tangan Yoongi kuat-kuat.
Yoongi--untuk kesekian kalinya--menepis tangan gue. "Setiap sebab pasti ada akibatnya." Lalu Yoongi dengan cueknya kembali menonton tv.
Gue membatu di tempat. Makin frustasi. Lord, gue mau kemana? I have nothing. Gue ngejual apartment lama gue dan pindah ke sini saat kami menikah. Dan sialnya, ini apartment pure Yoongi yang beli. Gak ada uang gue se-sen pun. Gue masih ingat betapa senangnya gue saat dulu Yoongi ngasih liat apartment ini pertama kalinya dan memproklamirkan bahwa ini akan jadi nanungan kami setelah menikah. Apartment yang mewah, gede, indah, view-nya bagus--oh, shit.
"Tunggu apa lagi? Sana pergi."Load more...
KAMU SEDANG MEMBACA
ZOYA (yoongi x reader) ;End
FanfictionHappy Reading all of this story original from @irma_yr