Part 9

193 14 0
                                    

ZOYA
(I love you, you love me, kan?)

Apa gue harus kayak Will Smith di film--great, gue lupa judulnya--yang nelpon polisi untuk ngabarin ada yang bunuh diri dan saat ditanya yang bunuh diri itu siapa, dia jawab: me! Oh Lord, gue bener-bener gak tau mau kemana jadi tiga hari lalu gue mutusin untuk ke butik. Nginap di butik. Betapa ternyata tidur di sofa itu bikin urat kejepit. Gak enak banget. Padahal sofa itu belinya impor. Sofa ternyaman yang pernah gue punya. Gue kira enak juga dijadiin alas tidur, ternyata bullshit! Tapi, gak ada pilihan lagi. Gue gak ada tempat tinggal lain. Sambil menghibur diri seakan-akan gue lagi lembur menyelesaikan target untuk SFW.

Gue selesai memperbaiki baju kelima, Eunha masuk ke ruangan pengepasan sambil memasang wajah ketat. Tuhan, sekarang apa lagi? Gue suruh pegawai gue keluar.

"Jadi lo nginap di sini?" Tuding Eunha sambil nunjuk gue.

"Gak. Siapa bilang?" Gue berdehem. Gue sapuin potongan-potongan kain yang berantakan. "Gue lembur, Eun. Nanti juga pulang."

"Okay, gue tungguin sampe lo pulang." Eunha duduk di sofa, melipat tangan di dada. Rautnya gak bersahabat banget. Gue gak ngerti deh, Eunha seakan-akan kayak punya indera keenam yang kalo orang-orang gak tau, dia bakal tau. Satpam butik aja maybe gak ngeh gue selama tiga hari ini nginap di butik.

Setiap Eunha tanya kenapa gue belum pulang, gue bilang lembur ngejar target SFW. Dia awalnya rada heran, sejujurnya gue seumur-umur gak pernah mau lembur. Kalo ada yang gak selesai, gue bawa pulang. Ngerjain sambil ditemenin suami. Tapi dengan bermacam alasan gombal, finally, Eunha percaya.

Gue duduk di samping Eunha. Menghela nafas pelan. Gak ada gunanya juga bohong ke Eunha. Toh dia juga udah tau kalo gue tiga hari ini bohongin dia soal 'lembur'. "Itu kan apartment Yoongi, lucu dong kalo Yoongi yang pergi."

"Jadi lo di usir?!" Eunha memekik kaget, matanya melotot. See, Eunha selalu tau apa-apa yang seharusnya orang gak tau--selain gue.

Gue nunduk. Lesu. Capek. Semua campur aduk kayak membengkak di kepala gue.

"Ampun deh laki lo, y/n. Banci banget. Dia ngusir istrinya? Otaknya udah penuh not semua apa? Sampe-sampe dia gak mikirin lo harus kemana kalo dia usir."

"Yaudahlah, Eun. Udah kejadian juga." Gue bangun. Berjalan pelan ke cermin besar di salah satu dinding ruangan. Gue menatap pantulan gue, Oh Lord, gue kuyu banget. Bawah mata menghitam, bibir pucat, rambut gak tau lagi gimana bentuknya, cuma pake sendal jepit. Gue terlihat seperti manusia purba kala.

"Mau sampe kapan tidur di sini?"

"Begitu SFW selesai, gue nyari apartment baru."

"Yaudah, selagi nunggu, lo nginep di apartment gue aja." Ujar Eunha membuat gue menggeleng kuat. "Kenapa?"

"Gue gak mau ngerepotin."

"Emangnya lo bayi?" Eunha bertanya sarkastis.

"Gue harus nyelesaiin target SFW. Acaranya 3 hari lagi. Masih ada satu desain yang belum gue buat sama sekali."

"Buat di apartment gue."

"Nanti berantakan."

"Kita bisa beresin."

"Gue--

"Fine, Y/N!" Potong Eunha, dia berdiri. "Ambil barang-barang lo, kita pulang!"

@@@

Gue tutup telinga gue pake guling. Dooohh, setiap pagi apa Eunha selalu ribut begini ya? Klentang-klentung suara panci di luar udah kayak lagi ada perang dunia. Gue duduk. Gak tahan lagi dengan kebisingan di luar. Cepat-cepat gue berdiri dan ngeliat apa yang sebenarnya terjadi. Sumpah, berisik banget.

ZOYA (yoongi x reader) ;End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang