Selamat pagi. Bagaimana kamu bangun pagi ini? Bagaimana tidurmu semalam?
Aku merasa aneh. Ku rasa itu wajar terjadi ketika manusia mengetahui bahwa harapannya tidak akan menjadi kenyataan, kan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setiap kali aku mulai merasa sedih-dan mual entah kenapa-, aku menguatkan diriku. Ini hanya salah satu cobaan yang akan membuatku kuat dan lebih baik nanti.
Hari ini aku pulang, jika kamu masih ingin tahu tentang aku.
Akhirnya aku selalu kembali kepada orang-orang yang menyayangiku. Selalu.
Setidaknya kali ini aku tidak akan bingung mengenai bagaimana caranya untuk menelponmu.
Kamu pasti akan muak mendengar atau membaca apa pun yang berasal dariku.
Tapi aku juga gak bisa menolongnya.
Aku tidak tahu kapan aku akan bangun dan menyadari bahwa aku sudah tidak merasakan apapun lagi terhadapmu. Ku harap tidak akan lama. Tapi aku bodoh dalam hal ini.
Benar, aku tidak mengenalmu. Aku mengenalmu berdasarkan bagaimana otak dan hatiku ingin mengenalimu. Bukan antara kulit dengan kulit atau berada di satu atap yang sama, walaupun itu tujuan akhir kita kemarin.
Aku terus-terusan berpikir, people makes mistake. Tapi itu juga memberikanku sebuah harapan bahwa kamu hanya khilaf.
Kamu bukan orang bodoh, dan ku yakin kamu memikirkan semua tindakan mu sebelum melakukannya. Dan kamu melakukan yang kamu anggap benar.
Ini bukan sebuah candaan. Ini menyangkut hidup insan manusia. Ini menyangkut perasaan nya.
Dan perasaan tidak bisa dipaksa maupun dibohongi. Hati manusia akan menginginkan apa yang dimauinya. Dan aku berpikir cinta bukan pada saat saling menyakiti.
Aku ingin baik-baik saja, dengan caraku. Aku tidak butuh simpati dari banyak orang, itu sebabnya aku tidak membuat sebuah petisi (:
Bagaimana dengan cerita ini? Itu apa yang dilakukan seorang penulis. Menuangkan apa yang mereka rasakan ke dalam tulisan. Menujukannya kepada yang ingin dituju.
