"Aku gamau lanjutin kuliah kalau udah lulus sekolah. Sekolah aja aku udah muak, pokoknya entar abis aku lulus SMA aku maunya ngelakuin apapun sesukaku!" ucapku keras kepala.
Dengan sabar, lelaki disampingku mengusap kepalaku perlahan. "Harus kuliah dong, meskipun kamu masih kelas 2 SMA, kamu mesti tetep belajar dengan rajin, Valen."
Lelaki ini namanya Genta. Setahun lebih tua dariku, tapi tak pernah mau dipanggil dengan embel-embel 'Kak'. Sosoknya begitu sabar menghadapi diriku yang keras kepala ini. Ia pintar. Bahkan jenius. Besok Genta menghadapi ujian nasional, tapi ia rela menemaniku mengobrol di malam hari, sambil memandangi langit yang penuh bintang di balkon kamarku.
Masa depan, sudah tergambar jelas dipikirannya. Ia sudah cukup dewasa untuk memilih kemana ia akan melanjutkan studinya nanti. Berbanding terbalik denganku. Tidak usah dijelaskan oleh kata-kata, intinya aku ini orang yang pemalas.
"Kamu emangnya mau kuliah dimana?"
"Jogja." Kata Genta santai.
Aku terkejut. "Jogja? Jauh banget! Kita ga bisa main lagi dong!" kataku tidak terima. Dari kecil aku mainnya sama Genta. Dialah satu-satunya temanku yang tahu segudang cerita tentangku. Masa tiba-tiba pergi ninggalin aku gitu aja?
"Valen belajar yang rajin. Biar nanti bisa nyusul aku di Jogja."
Awalnya, aku tidak terlalu menanggapi begitu serius kalimat Genta. Sampai akhirnya, Genta memang benar-benar meninggalkanku sendirian di Jakarta, tanpa hadirnya. Meskipun Genta masih sering menelpon dan mengirim pesan, tapi sosoknya tidak ada lagi disampingku. Aku merasa bahwa takdir semesta memang membawaku untuk selalu bersama Genta. Aku terkesiap, kehadirannya sudah jadi kebutuhanku. Jangan tanyakan alasannya. Kadang sesuatu terjadi tanpa menyertakan alasan. Ia hanya terjadi dan kita menikmatinya. Sejak saat itu, aku bertekad, akan menyusul Genta di Jogja. Aku Valen. Berjuang sekeras tenaga agar bisa menyusul Genta di Jogja. Sebelum segalanya terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Lara
Short StoryPerihal singkat akan cerita dua insan di kota Yogyakarta.