a good purpose|| 19

5.9K 746 80
                                    


Please baca ini dulu 👇

Jadi guys Letta semacam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jadi guys Letta semacam itu...

🌿🌿🌿🌿

Letta menghapus kasar air matanya, melangkah ke pintu keluar dengan tergesa sebelum segalanya menjadi semakin rumit. Ia tidak akan lagi terpengaruh oleh tatapan lelaki itu, segalanya telah berubah sejak tiga tahun lalu, sejak ia meninggalkan rumah Fano. Bukankah luka yang diakibatkan oleh perbuatan pria itu telah menganga lebar, tidak akan pernah sanggup tertutupi oleh apapun bahkan hanya dengan sebuah permintaan maaf. Tidak semudah itu lukanya bisa diobati.

Derap langkah kaki di belakangnya terdengar, tidak perlu menoleh pun ia tahu jika pria itu pasti mengejarnya. "Letta."

Letta mempercepat langkahnya, membuka pintu yang tidak terkunci itu dengan cepat saat suara Fano menghentikan langkahnya. "Please dengarkan aku, kumohon berikan aku kesempatan untuk menjelaskannya. we need to talk about this, Sayang!" ujarnya, tidak didengarkan oleh Letta sama sekali. Perempuan itu membuka pintu dengan cepat sebelum Fano berhasil menggapainya.

"Thomas."

Saat pintu terbuka Thomas telah berdiri di hadapannya, Letta tidak lagi terkejut dengan keberadaan orang kepercayaan mamanya itu. Pasti Thomas mencari dirinya karena perintah Mona.

"Non, Mama Non mencari Non sejak semalam." Thomas memberitahukan, pria itu menunduk hormat pada Letta, di belakang Thomas pun telah berdiri lima orang-orang kepercayaan mamanya yang dibawa Thomas.

Letta mengangguk. "Ya Thomas aku tahu." Ia melangkap lebih dulu dan diikuti oleh Thomas dan ke lima orang lainnya. Tatapan Letta terlihat dingin, tak ada ekspresi apapun yang saat ini ditampilkan oleh wajahnya, hanya datar dan penuh dengan kekosongan. Hatinya sakit, perih dan berlubang di sana-sini, disaat semuanya telah ia buka dihadapan Fano, tidak ada kepuasan yang ia rasakan saat melihat pria itu memohon ampun dan raut penyesalan yang ia lihat dari tatapan itu. Hatinya justru semakin meringis ngilu, ya Tuhan kenapa sesesak ini rasanya? kenapa setelah tiga tahun berlalu hatinya masih saja merasakan sakit yang sama? Apakah ia masih mencintai pria itu?

Rasa sakit hati semakin ia rasakan pada Fano, Shesil, dan pada kebahagian mereka. Letta benci melihat mereka bahagia bersama putri mereka sementara ia merana karena luka itu semakin menyesakkan paru-parunya.

"Pergi ... pergi, jangan sentuh aku, jangan sentuh aku."

Letta memberontak sekuat tenaga saat kelima orang tenaga medis berseragam putih itu mencoba memegang kedua tangannya. Histeris ia mencoba mencakar, menendang dan memukul orang-orang itu.

"Jangan sentuh aku, lepaskan aku, lepas."

Sekuat tenaga Letta mencoba melepaskan dirinya. Bayangan ketiga pria yang menyentuh dirinya selalu berputar di kepalanya membuat ketakutan itu menguasai dirinya. Ia menangis, terisak kencang, memukul, menjerit dan menendang para petugas medis yang membawanya. "LEPASKAN AKU, JANGAN SENTUH AKU." Teriaknya makin histeris, sebelum kesadarannya menghilang karena jarum suntik itu mengambil alih dirinya, masih ia ingat jelas samar-samar suara mama angkatnya.

A Good Purpose (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang