Introduction of Eri's complicated love

36 1 0
                                    

Namaku Erina. Biasa dipanggil Eri, sama yang udah kenal aku dengan baik.

Gadis biasa. Bukan anak orang kaya. Kadang di kampus pintar tapi lebih sering mencontek kerjaan teman. Nggak cantik walau banyak yang bilang aku manis dan cute. Nothing special about me sebenarnya.

Tapi ada tiga orang yang membuatku sering merasa spesial. Bukan, bukan orangtua dan adikku Sehun, melainkan tiga pria yang selalu mewarnai hari-hariku sampai saat ini. Yang sayangnya juga sumber kebimbanganku. Baiklah aku ceritakan satu-satu tentang mereka!

Pertama ada Kai. Aku kenal dia sejak SMA. Cinta pertamaku. Pacar pertamaku. Ciuman pertamaku. Patah hati pertamaku. Sampai sekarang dia masih jadi temanku yang selalu siap datang jika aku butuh bantuan. Kebetulan dia anak jurusan sebelah, aku Planologi, dia Arsitektur karena sejak dulu memang pintar menggambar.

Kai dan aku pacaran saat kami kelas 10 sampai 12 SMA. Masa SMA-ku indah karena dia. Lalu mengapa kami putus? Aku sering marah karena dia suka main game dan kadang seperti anak kecil. Dia bilang aku terlalu dekat dengan teman-teman cowokku. Bahkan Kai pernah melabrak Ten gara-gara ini.

Dengan alasan lebih baik jadi sahabat saja dan konsentrasi menghadapi ujian akhir SMA, kami memutuskan untuk putus. Sampai sekarang kami masih jadi sahabat walau kadang rasanya lebih dari itu. Karena cemburu dan hal-hal romantis masih ada di antara kami.

Kai masih menjemput dan mengantarkanku pulang (hampir setiap hari). Kai masih suka minta ditemani makan di kantin. Aku masih suka minta antar ke mana pun. Kai masih akrab dengan ibuku, seperti calon menantu. Aku masih sering diminta ibunya membantu kalau ada acara di rumahnya. Kakaknya masih menghubungiku untuk sekedar cerita soal kelakuan absurd adiknya. 

Apa dia pacarku? Entahlah. Dia juga dekat dengan Krystal, teman sekelasnya. Mereka sering keluar berdua dan terlihat akrab. Jujur yang satu ini sering bikin aku kesal.

Hubungan kami memang aneh, tak ada ikatan resmi tapi selalu tak bisa lepas satu sama lain. Kai bilang tak bisa mengerjakan tugas kalau tidak dapat kata-kata semangat dariku. Moodku juga langsung jelek, kalau tak ada chat darinya seharian. Kai minta aku buatkan bubur kalau sedang sakit. Dia juga yang sigap membelikan obat kalau aku bilang sedang flu atau sakit perut.

Kai yang kadang hanya dengan melihatnya saja membuat hatiku tenang dari rasa khawatir. Melihatnya di dekatku membuatku merasa aman.

Pria selanjutnya dalam hidupku adalah Dio. Aku kenal dia karena teman lesku saat kelas 12 SMA. Pertama kali melihatnya, aku kira dia cowok super cool. 

Aku tak kenal begitu saja dengannya. Dio pendiam. Saat di kelas les hanya bicara seperlunya dan lebih sering ngobrol dengan anak-anak cowok. Padahal cewek-cewek di les dulu fangirling-an dia banget. 

Aku bisa akrab dengannya karena suatu hari dia dan aku datang terlambat ke tempat les yang membuat kami duduk bersebelahan. Awalnya kami diam sampai akhirnya aku tertawa saat melihat tulisannya yang jelek di jawaban kuis. Dia melihatku dengan aneh dan bertanya kenapa aku tertawa.

"Kamu mau tahu kenapa aku ketawa?"

"Hmm iya."

"Tulisanmu susah dibaca," kataku menahan tawa.

"Memangnya kamu mau nyontek ya?"

"Nggak lah. Kan keliatan."

"Bilang aja kalo mau nyontek. Nih aku kasih."

"Tapi jawabanmu salah yang nomer 2."

"Emangnya yang bener apa?"

"Ini punyaku."

Dio melirik bukuku. "Serius itu? Punyaku ah yang bener."

"Punyaku lah."

"Berani taruhan?"

"Ayo. Kalo aku yang benar beliin es krim."

"Boleh kalo aku yang benar, kasih nomor hapemu ya!"

Smooth. Tapi pada akhirnya aku yang benar dan dapat es krim darinya. Sejak saat itu kami selalu duduk sebelahan saat les dan sampai les berakhir dan kami kuliah, aku sengaja tidak memberinya nomor hape. Jadi kami benar-benar hanya ngobrol akrab dua kali seminggu saat les.

Sampai akhirnya kami bertemu di kampus, karena ternyata dia anak teknik sipil, jurusan sebelah juga. Karena dia memberiku es krim lagi sebagai ucapan persahabatan sebagai teman kuliah, aku pun memberinya nomor hapeku.

Aku tidak setiap hari bertemu Dio. Tidak setiap hari juga chat atau telepon. Tapi ketika kami tak sengaja atau janjian bertemu, bisa seharian ngobrol dari masalah kampus sampai cerita masa kecil. Dio bilang aku cewek yang satu-satunya dekat dengannya. 

Saat aku menggodanya apa dia suka aku, Dio cuma bilang 'Hmm aku nggak tertarik buat pacaran sampai sekarang'. Dio memang bukan yang aku hubungi saat aku sakit, tapi dia adalah sosok yang sering tiba-tiba datang ke rumah sekedar membawa cokelat sampai tteokbokki dengan alasan butuh teman ngobrol. Dio yang tiba-tiba hari Minggu mengajak jalan ke pantai atau maraton nonton empat film di bioskop sampai jam midnight. Dio yang tiba-tiba datang ke rumah lalu main monopoli sama Grass dan Ten. Dia sangat unpredictable dan itu yang aku suka darinya.

Pria lain yang sangat membuatku beruntung dengan kehadirannya adalah Baekhyun. Teman sekelasku di jurusan Planologi. Bukan sekedar teman, tapi dia sahabat bagiku, sejak hari pertama kuliah. Di mana ada Baekhyun, pasti ada aku di kampus. Kalau nggak ada aku di dekat Baekhyun saat di kelas dan sebaliknya, berarti salah satu dari kami titip absen.

Apa yang membuat kami bersahabat? Itu semua karena Baekhyun yang langsung sok kenal sok dekat sok akrab. 

"Eri ya? Aku Baekhyun. Salam kenal. Semoga kita jadi teman baik selama kuliah di sini."

Setelah itu dia cerita segala hal, mulai dari SMA-nya sampai cewek yang sedang dia taksir saat itu, kakak senior, Kim Taeyeon, yang sekarang sudah jadi mantannya. 

Awalnya aku merasa, 'Nih anak kenapa sih cerewet sekali?'. Tapi sekarang aku nggak bisa rasanya sehari tidak mendengar ocehan dan keimutannya yang bikin aku selalu gemas ingin mencubit pipinya. Kalau masalah curhat, Baekhyun adalah tempat terbaik. Bahkan aku bisa cerita hal-hal yang tak pernah aku bicarakan pada Grass dan Ten. Dia tahu masalahku soal beasiswa sampai tentang Jongin. Aku juga tahu siapa saja incerannya dan orang-orang yang bikin dia naik darah. Kalau sudah curhat-curhatan bisa berjam-jam.

Baekhyun idola di jurusanku. Gantengnya memang nggak yang wow banget, tapi dia  pintar mengambil hati banyak orang dengan pesona yang hanya dia punya. Cewek yang deket dia banyak, walau dia selalu bilang, 'Eri, kamu tetap nomor satu di hatiku'.

Dan aku mulai merasa kata-katanya itu bukan hanya sekedar ucapan bohong belaka. Suatu hari, perutku kram. Lalu ada telepon dari Baekhyun yang bilang dia on the way mau ngapelin Wendy, cewek incerannya saat itu. Karena perut sakit, aku tak bisa menanggapinya dengan baik yang membuatnya langsung curiga kalau aku kenapa-kenapa. Dan benar saja, lima menit kemudian dia muncul di rumahku dengan muka khawatir melihatku yang menangis karena menahan rasa sakit dan terharu melihatnya datang.

Baekhyun langsung membelikan aku obat dan setelah itu menemaniku sampai aku ngantuk. Ya dia batal kencan dan bilang Wendy got nothing on me.

Baekhyun sering bertanya, aku pilih Kai atau Dio. Karena aku selalu menolak menjawab, dia akan tersenyum menggoda dan bilang, 'Aku tahu sebenarnya cuma aku di hatimu. Cepat atau lambat, kamu pasti sadar'. Dan aku hanya tertawa lalu dia akan mengacak-acak rambutku.

Hidupku indah karena mereka. Kalau kamu tanya aku paling suka yang mana (pertanyaan yang sering diajukan Grass dan Ten), I don't even know.

Love ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang