S A T U

219 15 1
                                    

Happy reading....

"Arum.. Ayo bangun sebelum telat, nak."perempuan setengah baya mengusap kening putrinya.

Arum yang mendengar suara merdu sang bunda di pagi hari langsung terbangun. Suara bundanya sangatlah ampuh untuk membangunkan nya dibandikan jam alarm.

"Ayo mandi, nanti telat."suruh sang bunda dengan suara sangatlah lembut. Bundanya ini bukan hanya cantik fisiknya tapi bunda yang sangat lembut dan perhatian pada anak-anaknya. Pantas saja mediang Ayahnya menikahi Bunda.

"Iya, bun."Arum langsung bangun pergi kamar mandi. Arum tidak ingin telat dihari pertama masuk pelajaran baru.

"Bunda, aku sudah siap."lapor Arum pada sang bunda yang sudah siap dengan seragam SMA tahun lalunya.

Bila adiknya ataupun anak-anak lain menginginkan seragam baru dan perlengkapan baru ketika kenaikkan kelas. Tidak dengan Arum, Arum lebih memilih memakai barang yang masih bisa di pakai ketimbang harus membeli pakaian yang baru. Belum lagi ukuran baju seragam yang susah dicari karena tubuhnya yang lebih mengembang dibandingkan siswi lainnya.

"Sudah cantik anak bunda."Kirana mengusap pipi chubby milik Arum.

"Tapi cantikan bunda tuh."ucap Arum.

Diumur bundanya yang menginjak usia 45 tahun, bundanya masih tampak seperti anak ABG. Padahal sang bunda sudah melahirkan 3 buntut tetapi badannya masih tetap langsing plus tampa kerutan di wajah dan rambut yang selalu di semir hitam tambah mempercantik sang bunda.

Berbeda dengan Arum, diumur yang baru menginjak umur enam belas tahun. Tubuhnya tampak seperti ibu-ibu yang habis melahirkan. Belum lagi wajahnya yang timbul jerawat batu tambah memperparah fisik Arum.

Terkadang ada rasa iri bila melihat adiknya yang bisa merawat diri. Adik perempuan Arum dan kakak laki-laki Arum mempunyai perawakan persis seperti bunda dan mediang ayahnya, Putih, tinggi, rupawan. Tapi tidak dengan Arum yang terlihat seperti anak pungut ketika mereka sedang berkumpul bersama.

Terkadang pula Arum takut terhadap orang yang berpapasan dengannya. Arum takut dan tidak kuat mendengar cibiran mereka yang selalu membuat Arum menangis secara diam-diam dikamar. Maka dari itu jika bundanya sedang berkumpul dengan teman-temannya, Arum memilih tidak ikut karena tidak mau sang bunda sedih mendengar cibiran para teman-temannya tentang Arum yang berbda dengan saudaranya.  
Arum tidak menyalahkan sang bunda yang telah melahirkan dirinya beda dari kedua saudaranya. Tapi Arum menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi seperti saudaranya.

"Bunda ini sudah tua, nak. Kamu yang masih muda yang cantik."balas sang bunda merendah yang tentu saja tak senang dengan ucapan anaknya yang selalu merendahkan diri sendiri.

"Tapi memang bunda cantik tau."balas Arum masih kekeuh.

"Iya bunda cantik kaya kamu dan Zella."sang bunda hanya pasrah mengiyakan toh memang mudanya Kirana sangat mirip dengan Arum.

"Sudah ayo makan sebelum telat."sang bunda mengandeng tangan Arum membawa ke maja makan.

Di sela sarapan Arum kembali membuka suara. 

"Bun. Zella mau sekolah kembali disini ya?"tanya Arum dengan mulut penuh suapan nasi.

"Iya, adikmu mau pindah kembali sekolah disini."jawab Kirana menuangkan segelas susu ke gelas Arum.

Bagaimana tubuh Arum tidak subur bila setiap pagi Arum selalu di beri sarapan ditambah meminum segelas susu.

"Mendadak sekali?"pikir Arum.

"Katanya gak betah adikmu tinggal disana."Arum mengagguk kembali mendengar penjelasan sang bunda.

"Sudah jangan bicara dulu. Habiskan makananmu lalu pak Bima akan antarkan kesekolah."pinta mamanya seraia mengikat rambut Arum. 

"Aku naik seperda, bun."jawab Arum.

"Kamu ini kenapa sih selalu saja menolak diantar pak Bima dan bunda."sang bunda kembali mengomel karena putri keduanya tidak pernah mau diantanya ataupun diantar pak Bima dengan mobil. Padahal Kirana, jujur ingin sekali-kali datang ke sekolah anaknya untuk sekerdar mengambil rapot. Tapi tidak pernah Arum bolehkan. Sampai saat ini Kirana tidak tau apa alasan anaknya melarangnya untuk datang kesekolah.

"Naik sepeda sehat, bun."Arum melap mulutnya. Ia sudah selesai sarapan.

"Bunda tau, tapi alasan itu tidak bisa Bunda terima, nak. Apa salahnya sekali-kali bunda antar atau pak Bima antar dengan mobil."Kirana memegang tangan Arum.

"Gak ada salahnya, cuma aku gak mau di cap manja sama teman-teman."Arum memberi alasan yang lagi-lagi tak Kirana terima.

Anak sekarang memang lebih memilih menyetir kendaraan pribadi sendiri. Tapi apa salahnya bila diantar jemput. Apa anak muda sekarang mempunyai pikiran yang sangat sempit. 

"Terserah kamu saja lah."sang bunda menyerah.

"Mobil sudah siap, bu."pak Bima yang siap membuka pintu kembali menutup pintu setelah Kirana beritahu kalau Arum akan pergi dengan sepedanya. 

"Hati-hati nak."Kirana melambaikan tangannya.

Arum memberhentikkan sepedanya, ia mengeluarkan sebuah masker. Masker inilah yang akan menutupi wajah menjijikan Arum dari teman-temannya.

Arum lebih baik menyembunyikan wajah buruk rupanya dari teman-temannya. Dibandingkan harus tambah dibully karena menampilkan wajah buruk rupanya yang membuat para teman-temannya gemas untuk semakin membullynya.

Teringat satu tahun lalu, saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah barunya. Arum dibuli habis-habisan oleh kakak kelasnya. Dan sejak saat itu Arum memutuskan menutup sebagian wajahnya dengan masker bergambar kartun kesukaannya.

Sesampai di sekolah, Arum memarkirkan sepedanya tidak di parkiran. Tapi di gudang sekolah agar terhindar dari tangan jahil teman-temannya. 

Arum berjalan melewati beberapa kerumunan siswa siswi yang sedang berkumpul setelah lama mereka tidak bertemu.

Arum yang sejak awal masuk sekolah  SMA tidak mempunyai teman hanya bisa menunduk saat melewati kerumunan para siswa dan siswi.

Sesampainya di depan mading, Arum melihat namanya untuk mengetahui dimana kelasnya.

Kim Arum.

Arum meneguk salivanya melihat namanya diantara nama perempuan yang saat kelas satu kerap membullynya.

"Hallo gendut... Kita sekelas."beberapa siswi datang mengerumuni Arum.

"Lo pasti senang kan sekelas sama cewe terkenal dan tercantik di sekolah ini."ucap Becca memainkan rambutnya.

Arum tidak membalas ucapan Claritta dan teman-temannya, Arum hanya cukup diam sampai mereka cape sendiri.

Tak lama, datanglah empat siswa laki-laki yang mempunyai visual menawan mampu membuat para siswi perempuan bermimpi untuk mengencani salah satu diantara mereka. 

Salah satu diantara empat pria itu. Ada satu yang mampu membuat hati Arum berdetak tak karuan selama satu tahun belakangan ini. Bahkan aroma tubuhnya kakak kelasnya itu bila melewatinya saja mampu membuat Arum deg-degan.

Sekarang Arum semakin menundukkan wajahnya kebawah. Arum berharap ia menghilang sekarang dari hadapan kakak kelas yang ia sukai. Arum tidak mau wajahnya yang menjijikkan dilihat kakak kelasnya itu.

"Minggir gendut."Claritta menarik Arum yang menghalangi keempat kakak kelas yang menjadi incaran Claritta dan teman-temannya itu.

"Ma-af."cicit Arum yang masih terduduk pada keempat kakak kelasnya itu.

"Dasar gendut gak tau diri!"cibir salah satu dari keempat kakak kelasnya itu pada Arum. Arum yang telinganya masih normal tentu bisa mendengar cibiran dari salah satu dari keempat kakak kelas yang terkenal ketampanannya juga dengan mulut pedasnya itu.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang