Pertemuan Singkat

65 1 1
                                    

Jika kamu dapat menyelami waktu, mungkin kamu akan tahu, bahwa sebenarnya kehidupan ini singkat. Tapi, ada yang lebih singkat dari itu. Itulah pertemuanku denganmu.

Pertemuan yang tak pernah aku reka-reka kejadiannya. Mengalir begitu saja bersama lika-liku di dalamnya. Garis yang mengantarkanku menuju suatu tempat, lalu membenturkan pandanganku pada sebuah keniscayaan, yaitu dirimu.

"Siapa namamu?" perlukah mengetahui sebuah nama. Memang dirimu adalah sebuah keniscayaan, tapi, perihal dirimu? Sesuatu yang masih kamu rahasiakan.

Beribu manusia berlalu lalang, dan mengapa dirimu? Pertanyaan yang tak dapat atau belum bisa kujawab.

Pertemuan singkat yang memaksa, meninggalkan ribuan teka-teki baru. Sebuah nama, yang entah milik siapa dan untuk siapa. Langkahku terus berlalu, beriringan dengan langkahmu yang juga menjauh. Seperti pelangi yang muncul kala gerimis, dan bergegas pergi begitu saja.

Sudah ribuan kali terjadi. Setiap pasang mata yang bertemu, membawa pesan sama namun tak mudah untuk diterima. Mencoba menyeretku dari sudut terdalam yang sarat dengan makna.

Teka teki yang tak mestinya ku pertanyakan, karena aku tak punya alasan untuk mempertanyakannya. Teka-teki yang mungkin selamanya akan tersimpan, dan hanyalah sebagai bumbu-bumbu kehidupan.

Seperti saat itu. Di antara hamparan pasir pantai yang hitam. Deburan ombak melepas dan menyeret apa saja yang ada di dekatnya. Dan kamu pun sama, menghempaskanku setelah menyeretku. Meskipun tetap saja, aku tak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Bertegur sapa? Kita adalah dua insan yang tidak saling mengenal.

Kata orang, untuk melihat kupu-kupu tak perlu dipegang. Jangan mengejar atau berusaha menangkapnya, atau ia akan terbang.

Sama persis yang ku lakukan. Kamu seperti kupu-kupu dan aku tak punya cukup keberanian membiarkanmu terbang. Padahal, tak ada kupu-kupu yang tidak terbang.

Kata adalah perantara, untuk mengantarkan makna yang kuikat bersamanya. Aku bisu untuk mulai menyapa, meski telah kusiapkan beberapa baris kata-kata. Tapi aku baru saja terbangun dari mimpi, mimpi indah yang kamu menjadi tokoh utamanya.

Walaupun kata tak pernah sampai padamu, tapi khayalmu berhasil mendobrak imaji pengembaraanku. Kamu di sana, dan aku beberapa meter saja dari tempatmu berdiri. Semampai, dan mengalahkan pesona pantai ratu yang membiru.

Ini hanya pertemuan singkat, yang hanya aku yang tahu. Tidak denganmu. Tuhan memberiku kebebasan, menulis kisahku. Biarlah ini menjadi tinta emas yang menjadi suatu bagian yang tak terpisahkan.

Satu dari cinta yang seribu. Surut bersama senja, memudarkan niat dan langkahku. Ini bukan kisah yang menyedihkan, justru menjadi komedi hidupku. Aku tertawa kecil. Sementara kamu masih dengan senyuman itu. Senyuman yang hanya dimiliki olehmu.

Di duniamu, tak ada namaku. Meskipun itu juga bukan permintaanku. Demi eloknya lautan yang telah kamu taklukkan, dan diriku yang berhasil kamu tepikan.

Waktu menyudahi pertemuan yang singkat. Dengan keberanian, aku mengatakan, aku akan mulai melupakan. Tak tahu kemana takdir akan membawamu. Tapi aku seorang yang dengan dorongan, akan berusaha bertahan pada pendirian.

Apakah Tuhan mendengarku? ah, tak mungkin Ia tak mendengar. Mungkin, Ia sedang mengusiliku.

Apa yang datang dan apa yang pergi. Padahal tak ada yang mengetuk pintu dan tak ada kata pamit yang ku dengar. Siapa yang mengantarkan kue kesukaanku ini? Dibungkus dengan rapih dan memukau. Seseorang hanya mengantarkan, lalu meninggalkannya kah? Yang kulakukan tentu menikmati kue itu. Dan seolah aku berbicara dengan diri sendiri "Terimakasih, ini sangat enak" kataku sambil mencernanya.

Kue itu adalah kecantikan dan perangaimu, yang terus membuatku terbius dengan bujuk rayumu.

Aku berterimakasih kepada Tuhan, yang telah menganugerahkan kepadaku banyak hal. Walaupun tidak semua pertemuan singkat itu menyenangkan. Tapi, dari situ aku dapat melihat keanggunan ciptaan, yang melatihku dengan kesabaran.

 Tapi, dari situ aku dapat melihat keanggunan ciptaan, yang melatihku dengan kesabaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cinta yang SeribuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang