Yang Memukau

5 0 0
                                    

Malam itu adalah malam yang sangat ramai. Sebuah pentas kesenian menampilkan pertunjukan hiburan. Aku berpikir untuk menemukan hiburan di atas panggung pementasan. Beribu-ribu orang memadati tempat yang telah disiapkan. Mereka menikmati malam itu dengan nyanyian dan tarian. Bagiku, malam itu terasa sangat mendamaikan.

Sebelum dia datang lalu tiba-tiba melahirkan rasa yang mendebarkan. Sebuah senyuman di tengah-tengah kerumunan, bercahaya dan membuat malam dipenuhi dengan ketakjuban. Sesuatu yang sangat memukauku sehingga mengubah sudut pandangku. Sekarang, tak lagi pentas kesenian yang kuperhatikan. Dan kini, bukan lagi panggung pertunjukan yang menjadi pusat perhatian. Entahlah, karena akupun juga bertanya-tanya. Dalam benakku, aku menemukan dia sebagai tokoh utama dalam pementasan malam itu. Dan juga dia, yang merampas panggung pementasan itu dari perhatianku untuk hanyut kedalam seutas senyuman yang memiliki keindahan.

Siapakah yang mendorongku untuk terjerumus ke dalam lamunan yang mendebarkan ini? Aku tak bisa mengelak dan kini rasaku pun mulai terasa berdesakan. Tetap saja aku hanya berani mencapainya dari kejauhan. Sebuah kagum dan kegelisahan yang bercampur menjadi satu, bertanyalah pada diriku untuk memastikan sebuah jawaban.

Siapakah namanya? Dari manakah dia berasal? Mengapa langkahku sangat sulit untuk digerakkan? Tapi aku tahu bahwa hati menginginkan sedikit sapaan.

Ah, tidak. Aku tak bisa melakukan sesuatu hal yang mungkin akan terlihat memalukan. Di atasku hanya ada langit hitam yang diterangi sinar rembulan. Tetapi, binar senyumnya lebih menarik untuk diperhatikan.

Ya, aku tahu. Bagiku, sangat mustahil melemparkan sebuah teguran. Aku bukan orang yang mudah untuk membuka sebuah obrolan. Apakah aku terlalu naif? Tapi memang benar yang terasa adalah sesuatu yang tak bisa kupastikan. Antara ingin namun tertahan. Aku mengerti bahwa Tuhan mengerti maksudku, lalu berharap mengetukkan pintu hatinya agar mendengar isi hatiku. Memang kemungkinan itu tak bisa dipastikan, seperti mendapatkan sebutir beras di tumpukan pasir di tepi pantai yang tak bertepian. Namun masih tetap ada harapan meskipun harus dengan sebuah keajaiban.

Aku hanya ingin bilang, "Hai!" Atau mungkin bentuk sapaan yang lain. Tapi, melihat tidak ada alasan untuk melakukannya aku merasa sangat kesulitan. Mungkin dia akan berkata, "hai" juga. Hanya adegan sederhana seperti itu sebenarnya, tapi tak mudah untuk mewujudkannya. Dan aku pun membayangkan hal yang memalukan, dalam benakku hal semacam itu masih terlihat terlalu mengada-ada untuk mengajaknya berteman.

Berteman? Bisakah kamu menerima orang asing untuk berteman? Ayolah, itu sebuah kemungkinan yang akan menimbulkan kecurigaan. Seharusnya jika memang takdir mempertemukan, ada semacam peristiwa pemantik untuk sekedar menunjukkan jalan. Atau mungkin sesungguhnya aku kacau dengan pikiranku. Sehingga membayangkan hal yang belum tentu, seperti sebuah kenyataan dalam duniaku.

Aku memilih diam. Hanya itu keahlianku untuk mengantarkan perasaan. Aku tak ingin cinta suci bercampur dengan keinginan yang berlumur nafsu setan. Aku masih berkutik pada takdir Tuhan yang tak pernah keliru pada setiap yang digariskan. Tak ada alasan kuat bagiku untuk mengadakan pendekatan. Tak ada tanda yang bisa kujadikan menjadi sebuah rujukan. Aku hanya bisa berdiam.

Gemilangnya malam itu karena seyum dan tawanya bisa membuat hati seseorang berbunga-bunga. Seperti secangkir susu yang dituang madu, manisnya sangat terasa ketika meneguknya. Tak ku lupa juga, senyum itu terasa hangat di dalam dada. Seperti saat kamu kedinginan lalu meminum secangkir wedang jahe yang hangat. Sejujurnya aku jatuh cinta dengan pandangan pertama.

Tak terasa cepat sekali waktu berlalu. Mengantarkan rasaku di ujung malam. Pementasan yang memukauku tak berasal dari acara malam itu. Tapi karena ada kehadiranmu yang seketika mengganggu pikiranku. Kukemas rasaku disaat langkahmu mulai menjauh. Kulepas kepergianmu tanpa kamu tahu.

Aku pulang, namun hatiku tak bisa menemukan tempat untuk pulang. Ia masih berharap akan bisa kembali untuk dipertemukan. Mungkin hayalan itu bisa sedikit menghiburku untuk sementara waktu. Sembari perlahan mencoba untuk melupakan.

Setiap yang memukau akan selalu terulang. Mata akan dengan mudah menemukan sesuatu yang lebih indah. Karena itu, hatiku tak bisa memastikan. Dan mengartikan bahwa sesuatu yang memukau ini tak semuanya bisa disimpan.

Ada kesamaan antara pertemuan singkat dengan sesuatu yang memukau. Itu seperti rasa lelah yang tak tahu arah. Hingga menuntun pada rasa yang mungkin seolah-olah seperti cinta. Maka kamu tak bisa segera mengartikan sebagai rasa sesunggunya. Sehingga aku memilih untuk bersabar sampai Tuhan memberikan jalan keluar.

 Sehingga aku memilih untuk bersabar sampai Tuhan memberikan jalan keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta yang SeribuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang