14. TENGGELAM

6 1 0
                                    

Descara

            Satu hari lagi yang melelahkan telah kulewati, tangis sedih melihat seseorang bersedih sungguh menguras emosiku. Setelah dari rumah sakit akupun teriangat akan Na eun yang tadi pergi karna ada Rintik. Saat itu tidak terasa waktu sudah petang. Sebentar lagi hari akan berakhir. Akupun mencoba menghubunginya, sekedar ingin meminta maaf dan menanyakan kabarnya.

            Segera aku mengeluarkan ponselku yang aku beli dari uang bulananku.

"Noona lagi dimana?"  ketikku

Setelah 10 menit pesan itu terkirim masih belum ada balasan dari Na eun, akupun terus mencoba mengiriminya pesan.

"Noona kamu marah?" akupun menunggu beberapa saat lagi. Tapi tetap masih tidak ada balasan dari Na eun

"Noona aku minta maaf, kamu lagi dimana Noona. Biar aku kesana"  ketikku dengan rasa penuh khawatir. Tapi tetap tidak ada balasan dari Na eun.

Setelah pesan itu aku kirimkan, akupun segera melangkahkan kakiku mencarinya. Entah apa yang membuatku bergerak kala itu, saat itu aku hanya mengkhawatirkannya.

Hari pun sudah makin gelap, akupun makin khawatir dengan kondisi Na eun, akupun memutuskan untuk mencarinya, meskipun sebenarnya aku tidak mengetahui keberadaannya, tapi tidak peduli aku terus mencarinya.

Akupun berlarian kesana kemari mencarinya. puluhan lampu merah aku sebrangi untuk mencarinya, setiap kafe aku periksa, mencoba mencari tahu keberadaannya, setiap taman aku datangi meskipun saat itu keadanya sudah gelap.

Sudah seperti orang gila, aku mencarinya tanpa peduli keadaanku sendiri. Berlarian kesana kemari mencari Na eun tanpa pasti. Rasa khawatir yang terus merasuki ku, membuatku tidak bisa berpikir jernih. Malampun semakin larut, sudah pukul 12 malam saat itu, tapi aku tetap tidak menemukan Na eun. Sudah sekirar 6 jam lebih aku berlari mencari Na eun, dan tubuhkupun sudah mulai kelelahan mencarinya kesana kemari.

"Semesta kumohon jaga Na eun untukku". Doaku putus asa kepada semesta.

Akhirnya tubuhku pun menyerah, akupun menundukkan kepala selagi berharap kalo Na eun akan baik-baik saja. Saat itu hanya Na eun dalam dunia ku, tidak terpikir olehku  untuk mencari Rintik yang sebelumnya juga pergi.

Tapi memang seperti itulah semesta, ketika aku sudah putus asa, semesta kembali memberiku harapan. Aku melihat wanita sedang mabuk disebuah kedai jalanan sambil memakan teeokpoki. Rasa lega akhirnya tiba. Segera aku menghampirinya, dan aku melihat Na eun yang sedang tertidur karna mabuk meminum puluhan botol soju.

"Sudah dari sore dia itu disini, dia terlihat sedih sejak tadi" ucap penjual di kedai itu tiba-tiba kepadaku, karna merasa bahwa aku memang mencari wanita itu.

"Oh iya, maafkan saya"

"Kamu pacarnya?" tanya penjual itu.

Belum sempat ku jawab pertanyaanya, penjual itupun melanjutkan ucapannya

"Dia ini wanita baik, dia tinggal di lingkungan sini, terakhir  dia seperti ini tahun lalu ketika dia di campakkan pacarnya, dia mabuk seperti ini. Aiigoooo kenapa dia tidak bisa mencari lelaki yang tepat." Ucap penjual itu seperti mengomeliku

"Iya, maafkan saya"

Akupun menghampiri Na eun yang sedang tertidur itu, sambil kutatap wajah lembutnya itu, tertidur bersandar di meja itu. "Iya ahjuma, aku tau dia wanita baik. Maka dari itu aku ingin menjaganya" ucapku dalam hati saat itu, sambil kutatap wajahnya yang cantik itu. Ku sisihkan rambutnya yang menghalangi wajah cantiknya, sambil berucap terima kasih sudah menjadi wanita baik dalam hatiku.

Semesta Kadang Sebercanda ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang