Hingga Akhir

72 10 6
                                    

Sebuah mesin berbentuk telur tersimpan di ruang bernuansa putih. Sorot lampu yang begitu terang menerangi seluruh ruangan. Tampak seorang siswi duduk rapi menggepit kakinya yang tertekuk di dalam telur. Mesin waktu, begitu sebut mereka terhadap telur itu. Dinding tipis berbentuk setengah oval menutupi tubuh bagian bawahnya. Setengah lainnya terangkat tepat diatas kepalanya.

"aku yakin, kau tidak akan bisa menggunakan benda itu" ucapnya kepada Hivend, rekan sepenelitiannya yang tengah mengotak-atik komputer pengatur mesin.

"jangan mengganggu konsentrasiku, kalau aku sampai salah kau bisa terlempar kemasa lalu dan akan sulit bagimu untuk kembali kemasa ini, apalagi jika kau tiba ditahun dimana mesin waktu belum ditemukan" balas Hivend pada adik kelas kurang ajarnya, Femme.

Mereka berdua tengah menguji coba mesin waktu buatan tangan mereka sendiri. Femme akan dikirim ke 1 bulan yang akan datang lalu meminta Hivend di masa itu untuk mengirimnya kembali kemasa ini.

"amin" gurau Femme

"aku sarankan kau jangan menyepelekan apa yang aku katakan tadi, bila kau tidak bisa kembali, itu lebih baik daripada kau lenyap dan mengubah masa depan dengan tindakan bodohmu" Hivend mengalihkan pandangannya ke arah Femme.

Tanpa sepengetahuan Hivend, Femme menambah filter mesin waktu pada jam tangan miliknya, namun, ia tidak pernah mengujinya, karena prosesor pada mesin waktu yang ia buat bersama Hivend, ia masukkan juga pada jamnya, jika mesin itu berhasil kemungkinan jam miliknya juga.

"aku tidak peduli, yang terpenting bila hal itu terjadi aku dapat menyaksikan pementasan Kuda Lumping yang sangat aku sukai, dan membuatnya tidak terlupakan" ucap Femme.

Di tahun 2119 ini, Indonesia sudah lama melupakan banyak sekali budaya, termasuk Kuda Lumping. Bagi Femme melihat secara langsung pementasan Kuda Lumping sudah bagaikan mimpi. Membayangkan seolah ia adalah tuan putri diantara para pangeran yang menari bersama kuda putih untuk menghiburnya. Sudah membuat hatinya sangat senang.

"terserah kau, jangan salahkan aku jika apa yang aku katakan terjadi" Hivend kembali fokus dengan komputernya.

"kau sudah siap?" tanya Hivend memastikan

"tentu" balas Femme.

Tombol berwarna biru Hivend tekan, setengah oval yang mengangkat mulai turun dan menyatu menjadi telur.

"akan aku sampaikan salammu pada dirimu sendiri nanti" ucap Femme sebelum telur besar itu benar benar tertutup.

Berputar, berputar, telur besar itu terus berputar. Suara terdengar. Tanda pengiriman sukses terpampang di komputer. Namun, Hivend terkejut ada bagian yang tidak sesuai disana. Ia memeriksanya kembali, masalah ditemukan, ternyata penulisan satuan tujuan berupa abad, dan karena adanya virus membuatnya salah memilih masa. 18 agustustus 2019, Femme terkirim ke sana.

"selamat Femme keinginanmu terkabul" Hivend tersenyum menggelengkan kepala tak percaya.

***

Matahari bersinar terik. Bayangan tercipta tepat di bawah kaki. Lautan manusia mengisi tanah kosong. Sentuhan tanpa sengaja dapat dirasakan disana. Berkali-kali gamelan ditabuh. Suaranya menggema di telinga, kuda yang ditunggangi digerakkannya kekanan kiri. Lonceng kaki memperjelas setiap langkah mereka.

Kuda Lumping, begitu nama tarian asal jawa itu disebut. Seni tari ini dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang digulung atau dikepang. Masyarakat Jawa sering menyebutnya dengan Jaran Kepang.

"aku tak percaya ini, aku dapat melihat mereka menari di depanku" monolog Femme yang berdiri diantara lautan manusia.

"mbak, kapan jaran eblek e ndadi?" ucap gadis kecil di sebelah Femme.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terbawa Oleh WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang