Satu

27 4 0
                                    

Karna ia adalah orang yang sama, seseorang yang membuatku jatuh lalu cinta. Seseorang yang selalu membuatku terngiang akan parasnya. Ia gadis yang sangat menyebalkan, namun ia juga yang mengajarkanku bagaimana caranya menjani hidup tanpa perlu topeng untuk berdrama. Ia orang paling ceroboh dan paling tidak komitmen yang pernah ku kenal. Seseorang yang membuatku betah berlama-lama hanyut dan tenggelam dalam sorot matanya.

🐾

Alfan menggiring bola basket melewati pemain lawan yang mencoba menghadangnya untuk mencetak skor. Mudah bagi seorang Alfano Arthare untuk mengecoh tim lawan dan...

"Priitt..!"

Sorak sorai bergemuruh menggema memenuhi atmosfer lapangan SMA Satara.

"Ck, kok harus menang sih?!"

Dari sekian banyak pasang mata yang memandang Alfan kagum, ada seorang gadis yang menatapnya sinis. Alina mengerucutkan bibirnya sebal, ia kalah taruhan dengan Vella.

"Yes, gue menang!" Vella tersenyum lebar. "Gue gak mau tahu, pokoknya lo harus bisa dapetin WA, IG, sama Line si Alfan buat gue!"

Alina mendecakkan lidahnya. "Dih, ogah banget. Masa' gue yang samperin duluan?" Gadis itu tampak berpikir sejenak, "Gimana kalo traktir cilok sama batagor aja seminggu?"

Tawaran yang cukup menggiurkan untuk Vella yang notabene suka kuliner. Apalagi yang harganya low budget alias murah meriah dan bikin kenyang.

"Gak!"

Alina menyilangkan kedua lengannya. Tidak biasanya Vella menolak soal makanan.

"Gue contekin deh tiap ulangan."

Vella melirik Alina singkat, "Lo itu bego, Lin. Biasanya juga palakin Yudha buat ngasih kunci jawaban."

"Uang kas yang nunggak tiga hari biar gue yang lunasin, gimana?" Ia bahkan tersenyum lebar sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

"Gue mau, sih. Tapi tadi 'kan udah deal taruhannya. Lo juga kayaknya yakin banget si Alfan kalah. Lagian, kalo beneran kalah, gue mau kok nyanyi Śenorita sambil goyang dombret didepan kelas. Tapi 'kan Alfan menang, Lin."

"Duh, gimana ya? Gue tuh ogah banget samperin duluan."

"Jadi lo gamau?"

Alina menggeleng cepat, "Lagian mereka udah ke ruang persalinan buat ganti baju."

"Yaudah, gue laporin lo ke Pak Armen!"

Alina menautkan kedua alisnya pertanda tidak setuju. Ia ingat tragedi minggu lalu, saat kelas X.6 praktik nilai kesenian; bermain gitar. Alina sama sekali tidak tahu-menahu soal gitar, namun gadis itu tetap bernyanyi didepan kelas dengan percaya diri. Hasilnya, ia meraih nilai 35 atas petikan asal. Alina tidak menyerah, ia mengajak Vella agar menemaninya mengganti nilai dari 35 menjadi 85 dengan modal nekad; nyusup ke kantor guru.

"Iya, iya! Nih, gue mintain nih yang lo minta." Alina beringsut menuju ruang ganti baju cowok.

🐾

"Alfan," panggil Alina.

Pria yang dipanggil menoleh.

"Minta WA, IG sama Line lo, dong."

Seisi ruangan saling melempar tatap satu sama lain. Suasana yang tadi riuh kecil mendadak hening saat gadis berponi itu menyelonong masuk dan tanpa dosa berdiri didepan Alfan yang akan membuka bajunya.

"Lo tau ini ruangan apa?" Suara itu terdengar dingin dan sama sekali tidak ada nada bersahabat didalamnya.

Alina mengangguk cepat. Ia menyodorkan ponselnya ke hadapan Alfan yang menatapnya tajam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALINALFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang