Di sebuah danau kota, dengan banyaknya pohon cemara yang tumbuh rindang di pinggiran, dengan angin sepoi-sepoi yang menenangkan, hingga siapa saja yang berada di sana merasakan kantuk karena saking nyamannya. Namun tidak demikian dengan seorang wanita yang terduduk di bangku, di bawah salah satu pohon. Pandangan yang lurus kedepan tampak kosong, bahkan perahu nelayan yang sedang mencari ikan luput dari perhatiannya. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Raut wajahnya menggambarkan kesedihan yang teramat dalam. Earset yang terpasang di telinga, yang terhubung dengan handphone, melantunkan lagu dari Maudy Ayunda yang berjudul Cinta Datang Terlambat, menambah kesedihan pada sang wanita. Hingga terlihat bulir bening kristal membasahi pipi hingga bermuara di dagunya. Terdengar gumaman dari mulutnya, "Mengapa semua ini terjadi?" Sambil menangkupkan kedua tangan di wajahnya. Seakan menyesali yang telah terjadi. Bulir bening itu makin deras, tangisannya makin tergugu.Sedangkan di ujung jalan terlihat seorang pria memperhatikan wanita yang sedang duduk di bangku sambil menangis dengan terheran, hingga muncul pertanyaan dalam benaknya, apa yang terjadi? Mengapa wanita itu menangis? Apakah aku bisa menolongnya? Tapi aku tidak ingin mencampuri urusannya, lagian aku juga belum mengenalnya. Ya kalau si wanita mau ditolong, tidak akan jadi masalah, syukur kalau dia menangis karena patah hati, aku bisa menenangkan dia kemudian dia jatuh padaku lalu kita bisa menikah dan bahagia bersama seperti drama-drama korea, karena aku juga sedang mencari jodoh. Kalau tidak mau? Terus malah berfikir negatif padaku? Nanti aku dikira pencuri, penipu, atau malah dikira mau menghipnotis dia terus membawa dia ke semak-semak, lalu dia berpikir kalau aku akan memperkosa kemudian berteriak hingga para warga datang menghakimi aku dengan membabi buta, wah bisa jadi masalah besar dong. Mukaku yang kalem dan imut dan imut ini bisa berubah di cap jadi muka mesum. Sungguh pria dengan pemikiran yang liar.
Ketika sang pria sedang sibuk dengan pemikirannya, wanita berkaos hitam dengan celana jeans yang melekat di kakinya berdiri dari bangku dan bersiap pergi dirasakannya bisa tertinggal di sana. Tak lagi mengikuti. Pria berkemeja kotak tetap mengamati pergerakan, hingga saat wanita berjalan menuju motor di samping bangku terlihat sesuatu yang jatuh di bawah kakinya. Sang pria memanggil wanita agar menyadari hal yang terjatuh, namun tak terdengar dan tetap melanjutkan perjalanan pulang dengan memgendarai motornya.
Priapun berlari menuju bangku yang ditinggalkan sang wanita, terlihat sebuah dompet bermerek berwarna coklat muda hampir mendekati warna mocca, dibukanya dan dicarilah kartu identitas didalamnya. Tertulis Lailatuz Zahra, diperhatikan pula foto diri wanita berambut lurus sebahu dengan senyum menyungging, hidungnya yang kecil tapi tidak pesek, matanya yang indah berhias alis yang lebat. Cantik dan ceria. Berbeda dengan ekspresi tadi yang terlihat menyedihkan.
Kembali muncul pertanyaan yang baru saja terpikirkan, hingga semakin menumbuhkan rasa penasaran yang mendorongnya ingin mencari tahu kehidupan Laila. Tapi sebelumnya dia harus mencari tahu alamat rumah Laila untuk mengembalikan dompet yang tertinggal.
Sementara itu Laila yang sedang mengendarai motor dengan laju cepat, tak tahu harus pergi kemana, dia belum siap untuk pulang ke rumah dengan keadaan diri yang menyedihkan, pasti ibunya akan sangat khawatir. Di pertigaan kota, dia membelok ke kanan, menuju suatu tempat untuk menghibur diri. Menetralkan rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Fighter
Novela JuvenilTentang seseorang yang berjuang sendiri dalam menjadi hidup, melewati berbagai macam masalah baik cinta, sosial maupun keuangan. Apakah dia dapat melewatinya sendirian? Apakah kelak ada sosok yang menemani perjuangan hidupnya? Yuk dibaca